Itu semua terjadi di masa depan, ya, hanya saja masa depan di masa 2000 tahun yang lalu dengan setting futuristik. Well, Eli saja masih berkelana sambil membawa i-Podnya.
Eli seorang pejuang pengembara yang bukanlah karena pilihan tetapi karena kebutuhan. Ia mengembara sambil membawa sebuah buku yang diyakini satu-satunya buku yang tersisa yang menyimpan nilai-nilai berharga yang pernah ada di dunia ini. Pengembaraannya tidaklah mudah, karena ia berhadapan dengan tokoh antagonis yang sangat menginginkan buku tersebut. Diperankan oleh Gary Oldman sebagai Carnegie, ia akan melakukan apa saja demi mendapatkan buku yang dijaga oleh Eli tersebut.
Buku yang menjadi perebutan di masa pasca apocalyptic tersebut tak lain dan tak bukan, sebenarnya adalah Alkitab. Ya, film ini mungkin akan membuat penonton ke arah diskusi ataupun perdebatan mengenai nilai-nilai keagamaan di dalamnya. Tetapi tetap saja, film yang disutradarai oleh Hughes Brothers ini masih memiliki interpretasi-interpretasi pribadi di dalamnya.
Sebagai seorang Kristiani taat, Denzel sendiri sangat menyenangi dengan perannya di film ini. Ternyata ia pun menjalani kehidupannya dengan kebenaran Alkitab. Di masa ketenarannya, ia sampai pada titik pertanyaan kehidupan, "Apa lagi yang kau mau? Kau sudah memiliki semuanya, Denzel."
Disitulah Denzel merenungkannya dan berpikir bahwa ia menginginkan hikmat sebagaimana dasar ia untuk menjalani kehidupannya. Ditambah lagi ia mendapatkan konfirmasi dari pastornya untuk membaca Amsal 4 yang berbicara mengenai hikmat. Pada dasarnya itu berbicara bahwa hikmat sangatlah berkuasa. Milikilah hikmat dan mengertilah bahkan meskipun itu harus merelakan hartamu. "Saya berpikir, ya, dari situlah kehidupan dapat bekerja."
Sumber : berbagaisumber/Tmy