“Baik untuk memaafkan, lebih baik lagi melupakan.” - Robert Browning
Pernyataan ini mungkin seringkali mampir di telinga Anda. Tetapi pada kenyataannya butuh kekuatan ekstra untuk mengambil satu langkah awal untuk memaafkan seseorang. Apalagi seseorang yang menyakiti itu adalah rekan terdekat.
Jurnal ilmiah EXPLORE (The Journal of Science and Healing), edisi Januari/Febuari 2008, Vol. 4, No. 1 menurunkan rangkuman berjudul “New Forgiveness Research Looks at it’s Effect on Others” (Penelitian Barutentang Memaafkan Mengkaji Dampaknya pada orang lain).
Telah ditemukan banyak sekali bukti bahwa sikap memaafkan itu sangat berpengaruh kepada kesehatan seseorang dan juga kepada orang yang dimaafkan.
Ada perbedaan gambar otak orang yang memaafkan dan yang tidak memaafkan menurut hasil penelitian pencitraan otak seperti tomografi emisi positron dan pencitraan resonansi magnetic fungsional.
Orang yang tidak memaafkan cenderung mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh dan gangguan aktifitas hormon. Hal ini dikarenakan orang yang tidak memafkan dapat disamakan dengan orang yang sedang marah dan stress sehingga yang ada adalah emosi negatif yang menutupi emosi positif.
Selain itu orang yang tidak memaafkan beresiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi. Sikap tidak memaafkan ini ternyata memicu gangguan pada sistem kerja aliran darah otot jantung, sehingga si pendendam ini kehilangan pengendalian diri dan membuatnya menjadi lebih agresif.
Ternyata memaafkan adalah obat sederhana yang mampu mengobati banyak penyakit dan menjadikan kita pribadi yang lebih sehat lahir dan batin. Semuanya kembali kepada keputusan Anda apakah mau memaafkan atau tidak. (Y)
Sumber : hidayatullah.com