Yongky William, Dipenjara Oleh Mesin Judi

Family / 23 December 2009

Kalangan Sendiri

Yongky William, Dipenjara Oleh Mesin Judi

Puji Astuti Official Writer
6568

Sejak usia remaja pria ini sudah berkenalan dengan perjudian, terutama judi mesin. Kebiasaan buruk tersebut tidak juga berubah ketika ia masuk dalam pernikahan. Semakin hari, judi makin mencuri waktu-waktu Yongky William. Inilah pengakuan jujur pria ini:

"Sebelumnya saya mengasihi istri saya, tetapi karena hati saya tertarik dengan judi mesin itu, rasanya saya cukup terpuaskan. Jadi saya tidak begitu mementingkan keberadaan istri saya."

Semua ini bermula ketika Yongky masih berumur 17 tahun, ketika pertama kali berjudi.

"Saya pergi ke satu tempat, tempat permainan judi mesin, saya lihat orang main. O... caranya gitu. Lalu saya ikutan main saja. Wah..saya dapet gede.. untungnya besar sekali. Nah.. dari saat itulah. Besoknya saya berpikir saya harus kembali ke sana. Dari saat itu saya mulai pelajari bagaimana caranya bermain judi dengan mesin. Saya pikir, ternyata gampang sekali dapat uangnya."

Ketika Yongky bertemu dengan pujaan hatinya bernama Inggrid, dan menikahinya pada tahun 1994, kebiasaannya berjudi itu sempat berhenti selama satu tahun. Tapi memasuki tahun kedua, rupanya kebiasaan judi Yongky kambuh kembali.

"Awalnya saat itu karena mengantar teman ke tempat judi mesin. Dan saya pikir, saya kan sudah bisa mengendalikan diri dan tidak seperti dulu, jadi saya pikir tidak ada problem lah," tutur Yongky.

"Lama-lama, saya makin penasaran. Jadi pagi-pagi saya sudah berangkat pergi kesana dan pulangnya malam. Sejak itulah perhatian saya pada istri saya otomatis berkurang."

Ketika Yongky pulang kerumah, istrinya Inggrid sudah tidur karena suaminya pulang pagi. Dalam hati Inggrid tidak terbersit sedikitpun dugaan negatif pada suaminya. Hal ini di dasari oleh kondisi usaha keluarga mereka yang saat itu mulai menunjukkan kemajuan dan juga setiap kali Yongky ditanya oleh istrinya selalu dijawab "ada kerjaan."

Istrinya melayani semua kebutuhan Yongky dengan setia, tidak berubah sedikit pun. Dia masak, disiapkannya kopi, dan semua kebutuhan lainnya. Hingga satu titik, istrinya merasa kehilangan semua perhatian dari Yongky yang selama hampir satu tahun lalu ia terima.

Sebelum tidur, Inggrid selalu datang kepada Tuhan menyampaikan semua isi hatinya dengan diiringi deraian air mata. Hingga suatu hari, sebuah kabar gembira diketahuinya. Ia sudah hamil. Dengan harapan suaminya berubah ketika mendengar kabar ini, Inggrid menyampaikannya pada Yongky.

"Waktu saya mengetahui bahwa istri saya hamil, saya merasa bahagia karena akan menjadi seorang ayah. Tetapi hal itu tidak membuat saya lebih memperhatikan istri saya. Dia kemana-mana pergi sendiri, yah.. banyak aktivitas kadang-kadang dia sendiri."

Selama berbulan-bulan Yongky bagai terpenjara oleh permainan judi mesin tersebut. Bahkan Yongky tidak bisa mewuudkan keinginan istrinya yang sedang hamil besar untuk di temani pergi ke dokter kandungan. Ketika melihat wanita-wanita lain yang ditemani oleh suami mereka, Inggrid hanya bisa menguatkan hatinya. Bahkan hingga anaknya lahir, Yongky tidak juga berubah sikap. Inggrid sudah tidak tahan lagi atas sikap suaminya yang sering pulang pagi. Kata "cerai" mulai muncul dalam pikirannya.

"Saya sebagai suami atau seorang ayah tidak begitu memperhatikan keluarganya, akhirnya istri saya mengambil keputusan untuk membawa anak saya pulang ke rumah orangtuanya. Dan waktu itu, saya juga tidak begitu peduli. Ya, saya persilahkan saja. Karena saya masih punya kegiatan main judi mesin. Jadi waktu saya lebih banyak di habiskan di judi mesin."

Waktu terus berjalan, Yongky masih terpaku pada kesenangannya yang fana. Hingga Yongky mengabaikan perusahaan miliknya, sampai suatu hari sesuatu terjadi di peruhaannya itu.

"Perusahaan jarang saya perhatikan. Saya banyak pakai uang perusahaan untuk kebiasaan saya main judi mesin. Di sisi lain juga ada karyawan saya yang melakukan penggelapan atas barang-barang perusahaan. Mereka menjual barang dengan membuat nota-nota fiktif. Saya ingat pada tahun 1997, utang dimana-mana. Utang ke supplier itu, kami tidak bisa bayar. Otomatis, kami tidak punya barang untuk di produksi. Akhirnya perusahaan itu berhenti total."

Saat itulah baru Yongky merasakan bagaimana ketika tidak memiliki uang sama sekali. Dari memiliki segalanya, dan membeli apa saja bisa, saat itu bahkan dia sudah tidak memiliki barang untuk di jual supaya bisa menghasilkan uang.

"Saat itulah saya merasa sangat terpukul dan mulai membuat saya jarang keluar rumah. Karena mau main judi juga ngga ada uang. Sepertinya tekanan itu begitu bertubi-tubi, yang membuat saya jadi sakit. Sakitnya disebabkan stress itu."

Yongky begitu dihantui oleh hutang-hutangnya, bahkan untuk mengangkat telephon saja dia merasa sangat takut. Para penagih hutang mengejarnya dan membuat dia mengurung diri dirumahnya.

"Seorang kakak saya pernah menyarankan untuk mencari Tuhan, tapi saya ngga dengerin. Saya berpikir bahwa kalau mau tolong saya, ya bantu saja. Ngga usah cari Tuhan, cari Tuhan. Saya cari orang yang bisa kasih uang untuk menyelesaikan masalahnya. Kan kalau cari Tuhan, ngga kelihatan, bagaimana carinya."

Ketika para penagih hutang berdatangan ke rumahnya, Inggrid istri Yongky mulai bertanya kemana saja uang perusahaan di pakainya. Disitulah Yongky mengaku pada istrinya bahwa selama ini uangnya dia pakai untuk berjudi. Sang istri begitu marah pada Yongky, namun berusaha meredamnya. Entah dari mana asalnya, dalam hati Inggrid timbul rasa kasihan, dan juga rasa tanggung jawab sebagai istri. Inggrid akhirnya memberikan uang tabunganya untuk membereskan hutang yang masih kecil-kecil. Namun pertolongan dari istrinya, tidak membuat Yongky merasakan kelegaan.

 "Saya merasa dalam kondisi letih, lesu, cape. Cape marasakan keberadaan saya. Cape memikirkan hutang-hutang saya. Cape memikirkan keluarga saya. Pokoknya saya merasakan kehidupan saya teh.. berat sekali. Saat itulah Tuhan menjamah saya. Saya seperti diperlihatkan oleh Tuhan kehidupan saya di masa lalu. Saya seperti melihat film di televisi. Pemerannya saya. Saya lagi minum-minum, saya main judi, saya melihat istri saya menangis. Bagaimana saya menyakiti keluarga saya. Semua perbuatan-perbuatan saya yang salah, dibukakan dan saya hanya bisa menangis. Saya merasa, ternyata dosa saya banyak sekali. Kok saya ngga menyadari. Sejak saat itu, doa saya hanya minta ampun pada Tuhan."

"Tuhan ampuni kesalahan saya, ampuni dosa saya. Saya tahu saya salah," demikian doa Yongky.

Tidak berhenti di situ, Yongky mendatangi istrinya dan meminta maaf. Namun ternyata Inggrid belum siap mendengar kata "maaf" itu. Sekalipun saat itu, Inggrid berkata sudah memaafkan Yongky tapi dia tidak bisa bersikap seperti dulu lagi. Inggrid ingin suaminya membuktikan kata-katanya.

Semua itu bisa dipenuhi oleh Yongky, janjinya dia buktikan dalam perbuatan. Kini dia lebih memperhatikan istri dan anak-anaknya, juga sudah tidak pernah lagi keluar malam ataupun pulang pagi untuk berjudi. Semua itu membuat Inggrid membuka hatinya dan menerima Yongky kembali dengan sepenuh hati.

Kini, usaha Yongky kembali pulih. Dan dalam waktu 10 tahun, semua hutangnya berhasil ia lunasi.

"Itu semua karena kemurahan Tuhan. Saya sangat bersyukur pertama-tama karena Tuhan Yesus sudah selamatkan saya. Saya seperti diberikan kesempatan hidup untuk kedua kalinya. Tuhan Yesus sudah pulihkan keluarga saya. Tuhan Yesus itu mengubahkan saya sehingga saya senantiasa sukacita dan merasa damai sejahtera. Saya sangat bersyukur sekali," demikian tutup Yongky dalam kesaksiannya di Solusi Life.

(Kisah ini ditayangkan 23 Desember 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).

Sumber Kesaksian
Yongky Willia
Sumber : V091211144207
Halaman :
1

Ikuti Kami