Kisah Taklunya Nono Sang Pemburu Kebahagiaan

Family / 11 November 2009

Kalangan Sendiri

Kisah Taklunya Nono Sang Pemburu Kebahagiaan

Puji Astuti Official Writer
4772

Hanya demi mendapatkan kesenangan dan pengakuan dari teman-temannya, Nono Tjokro merusak hidupnya dengan minuman keras. Ketika masih duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP), Nono berkenalan dengan minuman keras yang kemudian membawanya kepada narkoba, perkelahian dan juga seks bebas.

"Siapa sih laki-laki yang ngga bangga kalau kita punya nama? Kita dikenal...?" demikian ujar Nono mengungkapkan alasannya menjalani semua kebejatan itu.

Berkelahi adalah salah satu cara untuk menunjukkan kejantanannya sehingga bisa mendapatkan penghormatan baik oleh kawan maupun lawan.

"Waktu itu saya sekolah di SMA 2. Ada seorang teman yang menelpon saya."

"Eh..ada anak baru nih.."

"Emang kenapa?" Tanya Nono.

"Ngga..sombong aja.."

Hanya dengan alasan seperti itu, Nono tega menghajar orang lain yang tidak dikenalnya.

"Karenanya mereka tahu kalau saya suka berkelahi.."

Mabuk-mabukan dan berkelahi sudah menjadi hal biasa bagi Nono. Bahkan ketika ia bekerja di luar daerah kelakuannya pun semakin menjadi-jadi.

"Waktu saya mau ke kantor, saya harus konsumsi ganja dulu.. supaya saya merasa fit. Narkoba sudah menjadi seperti suplemen buat saya. Ketika saya sampai dikantor, saya duduk dan meminta rekan saya memutar lagu. Lalu saya denger lagu, sambil saya ngelinting di depan mereka!! Saya sudah tidak peduli dengan pendapat orang. Saya bertumbuh menjadi orang yang berpikir ‘Udah deh, kalau saya mau mati, mati aja..' Yang saya tahu, saya cuma mau senang. Jadi kalau saya bisa konsumsi ganja, atau saya bisa konsumsi jenis narkoba yang lain itu berarti saya ngga bakalan sedih. Saya pasti senang dan saya harus senang."

Kesenangan demi kesenangan terus dicari Nono, sampai akhirnya ia terjerumus dalam dunia malam.

"Saya mulai masuk di diskotik. Saya merasa ini tempat yang sangat mengasikkan banget. Sepertinya ini bisa lebih menyenangkan hati saya lagi. Waktu on dengan teman-teman, kami dugem sama-sama, saya sudah seperti penggembira. Saya bisa naik ke atas-atas speaker, saya bisa goyang di atas mejanya orang. Sudah seperti kita yang punya dunia. Disitulah awal-awal saya berkenalan dengan perempuan. Kalau orang bicara narkoba tanpa perempuan tanpa seks, itu omong kosong. Saya karaoke, saya berkenalan dengan perempuan, ditemani perempuan, begitu pulang pasti buntut-buntutnya seks. Dua hal yang sangat menyenangkan buat saya, adalah narkoba dan perempuan. Jadi sampai tahun 2001, bayangkan, hampir setiap hari kehidupan saya hanya seputar itu. Mabuk-mabukan, narkoba, perempuan, itu seperti sesuatu hal yang sudah mendarah daging dalam hidup saya."

Tiada hari yang dilaluinya tanpa mabuk-mabukan dan narkoba. Demi kesenangan yang ia cari, Nono pun terus berpetualang dalam kehidupan liarnya. Hingga suatu hari, sesuatu terjadi dan meluluh-lantahkan semua harapannya.

"Sampai 2001 malam natal, akhirnya saya ditangkap. Hari itu adik-adik sedang bakar petasan di depan, lalu perintis masuk. Kebetulan saya lagi minum di belakang dan ada ganja di tangan saya. Saya pingin ke depan, karena saya liat rame di depan. Jadi saya sembunyikan bungkusan rokok itu di pinggir jalan, saya ngga sadar intel polisinya masuk. Empat orang polisi sudah langsung pegang saya,"demikian Nono bercerita tentang penangkapannya.

"Selamat malam pak, ini punya bapak?" Seorang polisi menunjukkan sebungkus rokok pada Nono.

"Ya.. benar. Itu punya saya."

"Tangkap.."

Akhirnya Nono di gelandang ke Poltabes. Detik itu, ketakutan mulai menyusup di benak Nono.

"Waktu saya di borgol, waktu dalam perjalanan ke Poltabes, mulai ada ketakutan yang timbul dalam hati saya. Pada hal saya dulu orang yang tidak kenal rasa takut."

Bagai jatuh tertimpa tangga, ketika Nono mendengar kabar yang membuatnya merasa seluruh masa depannya hancur.

"Satu kali, sewaktu saya masih di penjara, teman-teman dari kantor datang. Saya pikir ada apa? Ternyata mereka datang untuk mengantarkan surat pemecatan saya. Pemecatan saya, jujur sangat membuat saya kecewa. Saya ngga nyangka SK pemecatan saya itu datang di akhir-akhir masa hukuman saya. Saya hanya tahu pekerjaan ini adalah satu-satunya harapan buat saya. Jadi waktu saya tidak lagi memiliki pekerjaan ini, dan SK pemecatannya keluar, saya seperti kehilangan hal yang besar. Seperti saya kehilangan sesuatu yang benar-benar penting dalam hidup saya. Saya berpikir, kenapa di saat-saat seperti ini, tinggal tiga bulan lagi masa hukuman saya selesai, tetapi kok bukan hal yang baik yang datang, bukan hal yang menggembirakan, tetapi kok hal yang menyedihkan!"

Tidak bisa menerima kenyataan, Nono pun semakin larut dalam keputusasaannya. Perbuatan nekad pun akan dia lakukan.

"Saat itu saya sedang di kamar mandi, di sel, saya seperti antara ingin memotong urat nadi saya, tetapi seperti ada banyak suara yang berbicara dalam hati saya. Saya ngga tahu mau dengar suara yang mana. Tapi yang saya tahu, saya sudah ngga punya pengharapan. Pada waktu tangan saya yang memegang silet sudah di urat nadi, ada suara yang lain yang ngomong dalam hati saya. Suara itu kecil banget tetapi tegas. Suara itu hanya berkata ‘Bangun, jalan!' Sewaktu saya dengar suara itu, saya hanya bisa nangis. Tetapi tangisan saya, seperti tangisan yang lain. Saya ngga tahu mengartikannya sebagai apa, tapi bagi saya seperti tangisan sukacita. Saya ngga bisa jelaskan kenapa saya batalkan untuk bunuh diri."

Seakan mendapatkan kekuatan baru, Nono pun mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Sampai hari pembebasannya tiba, Nono memutuskan untuk kembali ke Ambon dan mengikuti suatu ibadah.

"Saya duduk dalam ibadah itu, setengah jam sampai 45 menit saya menikmatinya. Tetapi ada satu statement yang pendeta ini kemukakan yang sangat menarik di hati saya. Yang sangat menarik di pikiran saya. Statemennya seperti ini, ‘Bahwa yang paling payah dari mati konyol adalah orang yang hidupnya konyol.' Waktu saya dengar kata-kata itu, sepertinya Tuhan sedang berkata kepada saya, ‘Kamu orang konyol.' Kenapa saya berkata kalau Tuhan seperti bicara pada saya kalau saya orang konyol? Karena semua  kehidupan yang pernah saya habiskan, semuanya konyol. Entah itu mabuk-mabukan, entah itu saya berkelahi dengan anaknya orang, entah itu saya menyakiti hati orang, entah itu saya merokok, entah itu narkoba, entah itu saya free seks dengan banyak perempuan, saya mulai mengerti semua itu konyol. Saya minta ampun pada Tuhan, saya ngomong dalam hati ‘Tuhan ampuni saya.' Saya tahu persis ini saya. Dan saya tahu Tuhan tidak tinggalkan saya. Saya seperti merasakan Yesus sedang bersama-sama dengan saya. Yesus sedang memeluk saya, Yesus bilang, ‘Kamu ngga sendiri, kamu ngga dikucilkan, kamu ngga dibuang. Kalau kamu merasa kehilangan pengharapan, Saya punya pengharapan. Saya janjikan pengharapan itu buat kamu. Saya yang punya pengharapan.' Waktu saya ada di posisi ini, saya merasa sangat nyaman. Saya hanya bisa menangis dan menangis dan menangis. Saya menikmati benar, bahwa Tuhan Yesus ada bersama-sama dengan saya. Saat itu saya tahu kalau Tuhan Yesus memberi saya kekuatan. Saya tahu kalau Tuhan Yesus sudah menyelamatkan hidup saya. Saya tahu kalau Tuhan Yesus akan memberikan masa depan yang luar biasa."

Melalui satu pribadi, Nono kembali menemukan pengharapan baru. Ia pun merasakan kebahagiaan sejati yang selama ini ia cari.

"Jadi semua yang dulu saya pikir adalah hal-hal yang bagus, hal-hal yang prioritas kini ngga berarti buat saya. Waktu saya di titik orang ngga indahkan saya, dimana dunia buang saya, dimana manusia kucilkan saya, dimana saya ngga berarti buat orang, tapi saya tahu kalau Tuhan Yesus sangat mengasihi saya. Kenapa saya katakan begini? Karena ada sesuatu yang membuat saya bahagia. Kenapanya, saya ngga bisa jelasin. Tapi sekalipun saya kurang, sekalipun saya ngga punya apa-apa, tapi saya bisa bahagia. Kasih Yesus itu sangat memberikan suatu damai sejahtera yang luar biasa. Cuma Yesus yang bisa memulihkan separah apapun kehidupan kita dan yang memberikan jaminan masa depan yang cerah," ucap Nono menutup kesaksiannya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 11 November 2009 dalam acara Solusi Life di O'Chanel).

Sumber kesaksian:

Nono Tjokro

Sumber : V091109135336
Halaman :
1

Ikuti Kami