Anak Perempuan Berperilaku Agresif

Parenting / 21 August 2009

Kalangan Sendiri

Anak Perempuan Berperilaku Agresif

agnes.faith Official Writer
2903

Pada umumnya, tingkah laku agresif pada anak bermuara pada dua hal. Pertama, pada anak usia dibawah 2 tahun, tingkah laku agresif lebih didorong oleh kepentingan pribadi untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Misalnya, padanya telah diberikan sepotong kue dan sepotong lainnya diberikan pada saudaranya, seringkali anak kemudian ingin mendapatkan semuanya. Jika anak tidak mendapatkan sesuai keinginannya ia akan menangis, melempar atau merusak benda-benda di sekitarnya. Jadi tingkah laku agresif tidak lebih merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan.

Kedua, pada anak usia diatas 2 tahun, tingkah laku agresif lebih didorong oleh adanya perasaan marah pada orang lain ketika dirinya merasa terganggu kehidupannya. Misalnya, ketika anak sedang asyik bermain, tiba-tiba orangtuanya menyuruh dia makan atau tidur. Perintah orangtua itu tentu menyebabkan dia harus mengakhiri bermainnya itu. padahal sejak awal bermain dia merasa sudah bersusah payah membangun daya nalarnya. Hal ini sering membuat anak marah. Ungkapan rasa marah itu bisa diwujudkan dalam bentuk memukul, menendang atau merusak benda-benda di sekitarnya.

Secara kuantitatif memang tingkah laku agresif lebih banyak dilakukan oleh anak laki-laki. Namun demikian bukan berarti tingkah laku seperti itu tidak dapat dilakukan oleh anak perempuan. tingkah laku seperti itu sebaiknya segera dihentikan. Karena itu, sekalipun hal itu dilakukan oleh anak perempuan sebaiknya orangtua tidak membiarkannya. Memang ada sisi positifnya mempunyai tingkah laku agresif, misalnya untuk mempertahankan diri dari ancaman yang muncul. Akan  tetapi untuk dapat mencapai pengelolaan tingkah laku agresif diperlukan pengelolaan emosi secara tepat. Hal itu memerlukan pengarahan dari orangtua.

Oleh karena itu, orangtua harus tetap berusaha mengarahkan munculnya tingkah laku agresif pada anak. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajarkan anak untuk mengekspresikan emosi secara tepat. Misalnya ketika anak jatuh dari sepeda dan terluka kemudian menangis kesakitan, berikan kesempatan kepadanya untuk menangis dan merasakan sakitnya. Bukan sebaliknya, melarang anak untuk tidak menangis, sebab hal itu hanya akan mengajarkan padanya untuk menglaihkan perhatian pada sikap agresif.

Sumber : Kartini magazine
Halaman :
1

Ikuti Kami