"Tidak tahu darimana datang seseorang yang membuat saya kaget. Ia katakan, kalau kamu ingin menghabisi anak ini, lewati dulu mayat saya," kisah Eddy.
Pada kesempatan itu, Eddy melarikan diri tanpa menghiraukan temannya. Dimulai dari situlah setiap hari Eddy bertambah antusias. Ia cepat menghafalkan dan cepat mempelajarinya hingga gurunya sampai kebingungan.
Banyak sekali yang ia ajarkan kepada Eddy bahkan ia mendelegasikan murid-muridnya itu kepada Eddy. Disana mereka belajar ilmu-ilmu gaib kepada Eddy.
"Kami praktekkan ilmu-ilmu yang kami pelajari itu kebanyakan kepada orang-orang sakit. Begitu banyak yang disembuhkan juga," Eddy menceritakan mengenai kegiatan dirinya bersama teman-teman belajar ilmu gelapnya.
Hingga suatu hari ada seseorang yang berbincang dengan Eddy bahkan hingga berdebat. Eddy katakan bahwa dewa-nya sudah yang paling sakti. Yesus itu hanya nabi biasa. Untuk membuktikannya, Eddy menantang, "Jika Yesus memang sakti, coba injak puntung rokok ini jika kaki Om tidak hangus berarti Yesus-mu itu jago. Sebab saya bukan hanya puntung rokok, tetapi bara api pun kaki saya sudah lewati. Saya jalan dan kaki saya tidak hangus."
Saat itu Eddy sudah merasa bangga sekali dengan dewa-dewanya.
Lalu Eddy katakan lagi kepada lawan bicaranya, "Yesus itu manusia biasa. Dia bukan Allah."
Di tengah kebanggaan, papa dari Eddy terkena serangan jantung dan harus terbaring di ruang gawat darurat.
"Dokter yang biasanya menangani papa itu mengatakan agar saya pulang memanggil ibu saya sebab papa saya sudah koma," kisah Eddy mengenai keadaan papanya di rumah sakit.
Eddy terkaget sekali mendengar pernyataan dokter tersebut hingga terbengong-bengong. Eddy sangat mengasihi keluarganya. Papanya dan mamanya. Karena Eddy mengetahui bahwa kedua orang-tuanya mencintai dirinya.
Eddy merasa tertantang. Karena orang lain yang sakit saja Eddy obati. Maka itu ia ingin mengobati papanya juga.
Eddy mulai mengundang semua dewa-dewa yang Eddy kenal. Tapi tiba-tiba dokter menepuk dirinya di tengah doanya. Eddy melihat heart rate ayahnya sudah naik hingga 172. Itu sangat menakutkan sekali bagi Eddy. "Saya berpikir siapa lagi yang belum saya panggil...," pikir Eddy. Menurut kepercayaannya, dewa-dewa yang selalu menolongnya, semua sudah ia panggil.
"Sudah 23 tahun saya bergaul dengan roh-roh ini. Dulu saya berdebat dengan orang-orang Kristen bahwa Yesus itu bukan Allah. Sekarang saya mau panggil nama Yesus... Malu dong. Tapi siapa lagi yang mau saya panggil?" Eddy mengungkapkan kebingungannya.
Kontradiksi terjadi di dalam hati Eddy. Ia tersentak dan ia ngomong sendiri, "Okay Yesus, kalau Kamu bisa sembuhkan papa saya... Malam ini juga saya ikut."
Pada waktu Eddy menyebut nama Yesus... Eddy melihat perubahan di heart rate monitor bahwa ada perubahan. Jika tadi heart rate-nya mencapai 172, telah membaik hingga 168.
"Secara perlahan-lahan juga heart rate itu mulai turun dan turun... Sampai balik ke 148, papa saya loncat dari tempat tidur dan teriak dalam bahasa kita, bahasa Manado - ‘Kita so hidup'," kisah Eddy.
Disitulah ketika Eddy melihat bahwa papanya sudah sadar, keluarganya pun sudah merasakan kesenangan karena papanya hidup kembali, Eddy jadi terbengong.
Eddy berkata, "Selama ini saya memang mencari mana itu yang sebenarnya Allah. Saya sudah belajar mati-matian, saya sudah melakukan apa saja syarat-syarat yang diminta... Saya ikutin semua. Tapi mengapa dewa-dewa saya yang sudah saya layanin selama 23 tahun dengan setia. Setiap hari saya layanin, tapi kenapa mereka tidak dapat menolong? Belakangan pun saya sadar bahwa mereka memang tidak punya kuasa di atas kehidupan. Tetapi akhir dari semuanya itu, kehidupan itu tidak berada di tangan mereka. Jadi sewaktu saya panggil nama Yesus, waktu kurang dari dua menit, mungkin satu menit saja, tetapi di saat itu Dia menjawab bahwa sesungguhnya Dia adalah Pencipta, Allah yang mengatur segala-galanya di dunia ini!" (Kisah ini ditayangkan 29 Mei 2009 dalam acara Solusi Life di O'Channel).
Sumber kesaksian:
Eddy Tatimu