Sukses Karena Melayani

Kata Alkitab / 27 March 2009

Kalangan Sendiri

Sukses Karena Melayani

Lestari99 Official Writer
7597
Matius 20:26
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.

Di suatu malam berguntur, tampak sepasang orangtua yang sudah lanjut usia dan kedinginan memasuki sebuah hotel kecil di kota Philadelphia. Keduanya berharap bisa menemukan sebuah kamar untuk menginap. "Maaf bapak dan ibu, kamar di hotel kami penuh, sama dengan hotel-hotel lainnya karena di kota ini sedang ada tiga konferensi besar," jawab sang penerima tamu.

Setelah diam sejenak, sang penerima tamu ini kembali berujar, "Tapi saya tidak akan membiarkan bapak dan ibu kedinginan di luar pada pukul 1 pagi ini. Maukah bapak dan ibu tidur di kamar saya? Ya, sebuah kamar kecil yang dikhususkan bagi karyawan. Memang tidak seperti kamar hotel namun bapak dan ibu dapat beristirahat dengan tenang di dalamnya." Semula pasangan itu agak enggan untuk menerima tawaran ini, namun kembali sang penerima tamu ini berkata, "Jangan kuatirkan di mana saya akan tidur. Saya masih muda dan bisa tidur di mana saja."

Keesokan harinya saat pasangan ini akan pergi, sang pria berujar kepada penerima tamu yang baik hati itu, "Anda seharusnya menjadi bos hotel terhebat di Amerika. Mungkin suatu hari nanti saya akan membangun sebuah hotel untuk Anda." Sang penerima tamu ini hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

Dua tahun kemudian, penerima tamu ini menerima sepucuk surat berikut sebuah tiket untuk berangkat ke kota New York. Pengirim surat tersebut adalah pria tua tersebut. Penerima tamu ini pun berangkat. Ia dijemput oleh sepasang orangtua yang pernah ditolongnya itu. Mereka kemudian menuju ke sebuah perempatan jalan besar. "Itu," kata si pria tua sambil menunjuk ke sebuah gedung besar, "adalah sebuah hotel yang saya bangun khusus untuk Anda kelola."

"Anda pasti bergurau," kata sang penerima tamu. "Saya jamin, saya tidak sedang bergurau," kata si pria tua ini sambil tersenyum. Nama pria tua itu adalah William Waldorf Astor dan gedung besar itu adalah Waldorf - Astoria hotel yang pertama. Dan penerima tamu yang baik hati itu adalah George C. Boldt, manager pertama hotel itu.

Cerita di atas kerap membuat saya "merinding". Betapa tidak, sebuah perubahan besar terjadi hanya karena hati yang mau melayani. Benarlah apa yang pernah dikatakan oleh Martin Luther King, Jr, "Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan. Jiwa yang digerakkan oleh kasih." Tapi, benarkah kalau sikap yang mau melayani dapat membawa kita pada kesuksesan hidup?

Melayani: Bagian dari Tugas

Suatu hari, saat berada di sebuah bank saya membaca sebuah tulisan di meja petugas customer service: Rule #1: If we don't take care of our customers, someone else will. Tulisan tersebut seakan menjadi pengingat baginya betapa pentingnya melayani nasabah. Tanyakan kepada banyak perusahaan besar, apa kunci prestasi mereka sehingga perusahaan mereka bisa bertahan di tengah maraknya persaingan bahkan terus bertumbuh. Saya sendiri berani memastikan bahwa salah satu kunci terpenting adalah kesediaan untuk melayani pelanggan. Tidak heran jika tema "kepuasan pelanggan" menjadi begitu penting dalam beberapa tahun terakhir ini.

Perusahaan yang senantiasa mau mendengarkan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen niscaya akan lebih mudah dalam meraih dan mempertahankan kesuksesannya. "Sayangnya, masih banyak orang yang beranggapan bahwa melayani itu sama dengan babu," ujar Arvin Felim, deputy manager Aspek Peningkatan Layanan Nasabah Bank Central Asia (BCA).

Itulah sebabnya beberapa tahun belakangan ini BCA gencar melakukan berbagai inovasi, seperti Debit BCA, Tunai BCA, m-BCA, klikBCA, dsb. Bank dengan jumlah ATM terbanyak di Indonesia ini (mencapai 3.100 ATM) juga memiliki visi menjadi bank terbaik dalam pelayanan. "Inovasi adalah salah satu bentuk pelayanan. Intinya, kami ingin lebih peduli dan memudahkan nasabah dalam segala hal. Ujung-ujungnya, profit akan kami dapatkan," jelas Arvin. Sebagai catatan, dulunya BCA sering disindir sebagai Bank Cuek Abis dan Bank Capeh Antri (karena saking panjangnya antrian di ATM). Namun dengan perubahan paradigma menjadi bank yang mau melayani, BCA kini disebut sebagai Bank yang Cepat dan Aman atau Bank yang Canggih dan Akurat.

BCA tampaknya tidak main-main dalam hal ini. Berbagai training dan program pun dilakukan, termasuk program SMART (Sigap, Menarik, Antusias, Ramah dan Teliti). "Kami ingin agar setiap karyawan BCA memiliki paradigma bahwa melayani adalah bagian dari tugas," tambah Arvin.

Sebenarnya paradigma melayani bukanlah sesuatu yang baru. Lebih dari 2.000 tahun silam, Yesus telah mengajarkan bahkan mempraktekkan hal yang sama. Dengan jelas Ia mengatakan bahwa siapa pun yang ingin menjadi terbesar harus mau menjadi pelayan. Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. (Matius 20:25-28)

Hati yang Mau Melayani

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana agar kita juga bisa memiliki hati yang mau melayani? Pertama, pandanglah pekerjaan kita sebagai kesempatan untuk memuliakan nama Tuhan. Kedua, pandanglah kehidupan ini sebagai kesempatan untuk membantu orang lain menjadi lebih baik. Dengan demikian, hidup kita akan jauh lebih bermakna. Motivator kelas dunia, Zig Ziglar pernah berkata, "Anda bisa memperoleh apa pun dalam kehidupan ini sepanjang Anda juga mau menolong orang lain memperoleh apa yang mereka inginkan." 

Ketiga, sadarilah bahwa apa yang kita tabur akan kita tuai (Galatia 6:7). Jika kita selalu melakukan yang terbaik, kita pasti akan menerima upahnya. Begitu pun sebaliknya! Sayangnya, para karyawan sering tidak menyadari kalau para pelangganlah yang menggaji mereka, bukan sang pemilik atau pemimpin perusahaan. Itulah sebabnya mereka kerap mengabaikan suara dan keluhan pelanggan. Padahal jika pelanggan diperlakukan dengan baik, semua akan menuai keuntungannya. Selamat melayani!

Halaman :
1

Ikuti Kami