"Kami akan turunkan (tarif internet) bukan 100 persen tetapi 200 persen," kata M. Nuh di Jakarta setelah membuka acara One Day Seminar bertema "Memanfaatkan Indikator Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi."
Namun, ia menekankan bahwa penurunan itu harus realistis karena saat ini menurut dia tarif internet sangat tergantung pada Internet Service Provider (ISP).
ISP ada yang menawarkan tarif yang sangat mahal tetapi sebaliknya ada ISP yang menawarkan tarif sangat murah.
"Kenapa bisa begitu? Karena paling tidak itu dipengaruhi oleh dua hal yaitu investasi yang terlalu mahal dan captive market yang kecil sehingga tarif ritel naik," katanya. Oleh karena itu, pihaknya akan mendorong agar market bisa semakin besar.
"Internet itu digunakan oleh satu orang tetap sama dengan dipakai oleh 10 orang. Ini yang harus dicari trade off-nya," katanya. Menteri mengatakan, pihaknya tidak akan menerbitkan regulasi terkait penurunan tarif internet tetapi lebih ke arah regulasi yang dapat mendorong agar tarif dapat turun.
Contoh sederhana adalah dengan mempermudah proses perizinan dan uji wilayah.
Saat ini, tarif internet di Indonesia tergolong mahal dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Mahalnya tarif tersebut disebabkan oleh infrastruktur internet yang belum memadai. Harga langganan termurah saat ini sekitar Rp 100 ribu per bulan dari operator seluler.
Namun, dengan semakin agresifnya operator telekomunikasi membangun jaringan, tarif internet diharapkan bakal segera turun. Salah satu yang bakal mendorong penurunan tarif itu adalah pembangunan proyek Palapa Ring yang didanai oleh Konsorsium Palapa Ring. Konsorsium ini beranggotakan PT Telkom, PT Indosat, PT Excelcomindo Pratama, dan PT Bakrie Telecom.