Bila Si Kecil Berkacamata

Parenting / 24 January 2009

Kalangan Sendiri

Bila Si Kecil Berkacamata

agnes.faith Official Writer
3171
Tidak perlu risau bila si kecil harus memakai kacamata. Sebab, alat bantu ini justru akan membantunya beraktivitas. Jadi, pilihkan saja kacamata yang tepat untuknya.

Masa kanak-kanak adalah masa menyerap berbagai informasi. Dan, mata merupakan "pintu" informasi yang cukup penting peranannya. Terbayang ‘kan apa jadinya bila mata si kecil bermasalah?

Bukan akhir segalanya

Memakai kacamata bukanlah akhir segalanya bagi si kecil. Ini merupakan masalah gangguan pembiasan (refraksi). Gangguan apa sih? Gangguan pembiasan membuat obyek yang ditangkap oleh mata terlihat tidak fokus alias buram. Keadaan inilah yang dikoreksi dengan pemakaian kacamata atau lensa kontak.

Sebenarnya, ada berbagai jenis gangguan pembiasan. Dan, yang biasa dialami anak adalah kelainan mata minus (gangguan pembiasan rabun jauh) dan kelainan mata plus (gangguan pembiasan rabun dekat). Nggak susah kok untuk "menebak" gangguan mana yang diderita oleh si kecil. Karena, ada beberapa perilaku khas yang umum jadi "pertanda". Apa itu?

Anak memiliki kelainan mata minus kalau menunjukkan perilaku berikut:

* Umumnya, jarak mata normal saat melihat gambar atau membaca buku sekitar 30 cm. Nah, anak yang mengalami gangguan ini biasanya akan mendekatkan matanya ke buku hingga jarak kurang dari 20 cm.

* Ketika nonton televisi, ia akan duduk dengan jarak yang sangat dekat, bahkan bisa jadi berdiri di dekat layar televisi.

* Begitu melihat obyek yang jauh, ia akan memicingkan matanya sambil memiringkan kepala, seolah-olah berusaha mencari fokus yang jelas.

Sementara itu, hal yang bisa diamati pada anak dengan kelainan mata plus adalah:

* Begitu melihat gambar atau bacaan, anak akan menjauhkan matanya dari buku tersebut.

* Anak cepat mengeluh lelah dan merasa tidak nyaman ketika menggambar, menulis atau membaca.

* Terkadang mata anak mudah berair, merah, bahkan terasa gatal.

Beda-beda pemeriksaannya

Bila Anda mencurigai adanya gangguan pada penglihatannya, apalagi kalau si kecil sampai mengeluh, segera konsultasikan ke dokter. Tentu saja, pemeriksaan yang dilakukan dokter akan disesuaikan dengan usia dan kematangan anak. Berikut pemeriksaan yang umum dilakukan:

Pengukuran subyektif

* Bila anak masih sangat kecil dan belum mampu berbicara, dokter akan memperlihatkan gambar dengan bentuk dan warna yang menarik perhatian. Gambar itu kemudian digerak-gerakkan ke berbagai arah. Dari sini, dokter akan memperhatikan apakah pandangan anak mengikuti gerakan gambar itu atau tidak. Bila tidak, ini berarti ada kemungkinan terjadi gangguan pada penglihatannya.

* Untuk balita, pada awalnya dokter akan memperlihatkan gambar benda yang sudah sangat dikenal anak, seperti binatang, bentuk rumah, angka, atau huruf. Setelah itu, gambar tadi akan diperkecil dan diperkecil terus sampai batas maksimal anak bisa melihatnya dengan jelas. Dengan begitu, dokter akan tahu sejauh mana gangguan pembiasan yang dialaminya.

* Cara lain adalah dengan preferential looking test , yaitu menggunakan benda berbentuk silinder bergaris hitam yang diletakkan dalam posisi tegak dan dalam jarak tertentu. Lalu, secara bergantian benda ini diperlihatkan ke anak. Setiap kali diperlihatkan, jarak antar dua garis hitam diperkecil atau dipersempit. Bila penglihatannya tajam, anak tetap dapat melihat adanya dua garis yang jaraknya semakin berdekatan itu. Bila terjadi gangguan pembiasan, maka semua garis terlihat membaur menjadi satu.

Pengukuran obyektif

* Mata memiliki apa yang disebut sistem optik, yaitu terdiri dari kornea mata dan lensa yang bertugas membiaskan cahaya ke retina. Nah, baik tidaknya fungsi dari sistem optik ini akan diukur dengan autorefractometer (pemeriksaan yang dilakukan dengan alat komputer) .

* Pemeriksaan ini lebih obyektif untuk melihat minus atau plusnya mata si kecil.

Manakah yang terbaik? Kedua jenis pemeriksaan ini perlu dijalani si kecil karena akan saling melengkapi.

Sumber : ayahbunda
Halaman :
1

Ikuti Kami