Kembalinya Si Pemberontak Pecandu Kemarahan

Family / 31 December 2008

Kalangan Sendiri

Kembalinya Si Pemberontak Pecandu Kemarahan

Puji Astuti Official Writer
4657

Kepuasan hidup pria ini didapatnya ketika membuat orang lain marah. Hal ini mungkin terlihat aneh. Tetapi semua ini bermula pada pengalaman masa kecilnya, saat Christian berhadapan dengan kemarahan ayahnya.

Saat itu Christian baru pulang dari bermain bola, dan dirinya disambut dengan kegeraman sang ayah.

"Papa mengikat saya pada sebuah tiang di rumah. Dan dalam keadaan marah, papa menarik ikat pinggangnya dan papa mulai menghantam saya pada bagian kaki. Dan itu cukup menakutkan buat saya. Saya menangis, saya sakit hati. Saya marah, saya kecewa, dan rasanya ingin membalas, tetapi saya cuma seorang anak SD kelas 4 yang tidak bisa melakukan sesuatu apapun."

Namun berulang kali Christian melanggar peraturan yang dibuat oleh ayahnya, dan berulang kali pula dia menerima cambukan.

"Papa saya tidak suka untuk menghukum saya. Tetapi saya merasakan waktu saya lihat papa saya marah, meskipun saya menerima hukuman, saya menerima pukulan, menerima cambukan dari ikat pinggang papa saya, saya merasa senang, waktu saya lihat papa benar-benar marah. Meskipun saat itu saya merasa sakit, badan saya dan tubuh saya sakit karena menerima pukulan dari papa, tetapi saya merasakan sebuah kepuasan dalam hati saya. Karena saya tahu, waktu papa saya marah itu artinya dia tidak suka. Hal itu menjadi sebuah pembalasan bagi papa saya, yaitu dengan membuatnya semakin marah. Dalam hati saya, saya berkata bahwa saya akan semakin besar, dan semakin dewasa, dan saya akan dapat melakukan apapun yang saya mau. Saya ingin membuktikan pada papa, bahwa saya semakin besar, yang dulu belum bisa saya lakukan, sekarang bisa saya lakukan."

Karena ingin membuktikan diri kepada ayahnya, Christian mulai mencoba minuman berarkohol, menonton film porno, bahkan diapun berani membawa pistol dan ganja ke sekolah. Dia juga kerap kali membuat ulah di sekolah yang membuat para gurunya marah. Hilang kesabaran sang ayah menghadapi ulah Christian, diapun mengirim sang anak ke Maluku.

"Waktu saya dipindahkan dari Jakarta ke Maluku, ada perasaan saya dibuang. Ada perasaan sedih karena saya jauh dari orangtua saya, dari keluarga saya. Tapi disisi lain, saya merasa, saya keluar dari tekanan. Saya bisa bebas dari papa saya."

Namun kepindahannya ke Maluku tidak juga merubah tabiat Christian. Disana, dia tidak berhenti untuk membuat orang-orang di sekelilingnya marah. Berbagai kenakalan dibuatnya, salah satunya adalah membakar buku absen kelasnya.

"Saya lihat buku absen di meja guru. Saya tahu bahwa absen itu penting karena dipergunakan oleh semua guru. Saya ambil absent itu, dan saya bakar di belakang sekolah. Saya merasa senang waktu itu, terutama sewaktu guru-guru serta om dan tante saya marah. Ada perasaan puas di hati saya.

Christian melanjutkan sekolah jenjang SMA nya di Jakarta. Dan kebiasaannya mabuk-mabukan terus dilakukannya, bahkan juga menggunakan narkoba. Untuk mendapatkan semua itu, Christian bahkan berani melakukan tindakan kriminal.

"Suatu malam di pinggir jalan, saya melihat sebuah mobil terparkir. Waktu itu saya mencoba mencuri tape mobil tersebut. Namun, belum berhasil, sebuah mobil patroli polisi lewat dan menangkap saya. Ditahan oleh polisi selama beberapa minggu tidak membuat saya jera. Bahkan saya semakin berani dengan melakukan penodongan."

Penjara tidak pernah membuat Christian jera sekalipun berulangkali keluar masuk, hingga hati nuraninya mulai bicara.

"Akhirnya ada suatu titik dimana saya merasa, saya jenuh, saya lelah dengan apa yang saya lakukan selama bertahun-tahun. Waktu saya menggunakan narkoba, ada perasaan  yang bicara bahwa itu sesuatu yang ngga benar. Itu sesuatu yang salah. Dan saya ingin keluar dari semua itu, perasaan-perasaan yang menekan saya. Saya ingin mencari ketenangan. Sampai akhirnya ada sebuah kesempatan, om saya menawarkan pekerjaan di Papua. Saya putuskan untuk keluar dari Jakarta. Saya ingin memulai sesuatu yang baru. Saya ingin keluar dari sesuatu yang saya lakukan selama bertahun-tahun."

Kerinduan hatinya itu dijawab oleh Tuhan, ketika Christian menginjakkan kakinya di Papua, Tuhan membawanya ke sebuah gereja.

"Saya mengikuti sebuah ibadah. Dan pada waktu pujian dan penyembahan, saya mulai membuka hati saya. Saya merasakan ada kedamaian, ada ketenangan. Dan saya tahu, itu yang saya cari selama ini. Hal yang tidak pernah saya dapatkan dengan obat-obatan, dengan kekerasan, dengan kemarahan dan semua kejahatan yang saya lakukan. Saya mendapat sebuah firman yang benar-benar membuka hati saya. Buluh yang terkulai tak akan dipatahkan, dan sumbu yang pudar tidak akan dipadamkan, sampai semua hukum Tuhan digenapi. Firman itu seperti berbicara pada saya, bahwa Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada semua orang, termasuk kepada saya. Jika saya pernah gagal, saya tahu Tuhan memberikan kesempatan pada saya, bahkan selalu memberikan kesempatan untuk kembali padanya. Dan saya rindu mulai sesuatu yang baru lagi, dengan kehidupan yang baru."

Komitmennya tidak menjadi kenyataan, bahkan Christian semakin terjerumus dalam dunia narkoba.

"Saya dan teman-teman saya bukan hanya pemakai, tapi juga menjual obat-obatan. Kami menjual ekstasi. Saya mulai berhubungan seks dengan gadis-gadis. Mereka adalah para pecandu ekstasi, tapi tidak mempunyai uang, jadi mereka membayarnya dengan berhubungan seks."

Tapi Tuhan tidak membiarkan Christian terus berada dalam lembah dosa. Dia terus berbicara kepada Christian.

"Tuhan terus berbicara dalam hati saya, bahwa saya harus terus memulai hidup baru saya. Dan Dia mengingatkan kasihNya, bahwa Dia telah memberikan saya kesempatan. Saya memutuskan untuk meninggalkan cara hidup saya. Saya kembali ke Jakarta dan semakin memperdalam firman Tuhan. Suatu kali sewaktu pengajaran disampaikan di kelas, ada suatu pernyataan yang benar-benar menggugah hati saya. Bahwa seseorang tidak bisa memiliki hubungan yang baik dengan Bapa di Sorga, jika hubungannya dengan bapa di dunia rusak. Dan saya ingat, hubungan saya dengan papa saya di rumah rusak. Saya kecewa, saya marah dengan papa saya, saya tidak bisa menghormati papa saya. Hari itu saya menangis, dan datang pada Tuhan. Saya bilang, Tuhan ampuni setiap dosa-dosa saya lakukan terhadap papa saya. Saya ingin Tuhan pulihkan hubungan saya dengan papa saya. Karena saya tidak bisa mengenal Bapa di Sorga jika hubungan saya rusak dengan papa saya."

Saat itu, semua pemberontakannya, sikapnya yang kurangajar terhadap sang ayah, muncul dalam ingatannya.

"Saya datang pada Tuhan dan minta ampun. Hari itu saya meminta pada Tuhan untuk memulihkan saya. Saya minta hati yang baru sehingga mampu mengasihi papa."

Empat tahun setelah selesai mengikuti sekolah pendalaman firman Tuhan, Christian datang pada sang ayah untuk memulihkan hubungan. Saat itu sang ayah berada di rumah sakit karena terserang stroke.

"Saya minta ampun pada papa, saya katakan, papa ampuni Chris. Pa, maafkan Chris, jika selama ini Chris melawan papa. Chris memberontak terhadapa papa. Chris benci sama papa. Chris tidak suka dengan kekerasan yang papa lakukan terhadap Chris. Saya berdoa bersama papa, meminta hati yang mampu mengasihi, hati yang mampu mengampuni. Saya mengampuni papa, begitu juga dengan papa, dia mengampuni saya."

Sejak hari itu, hubungannya dengan sang ayah berubah. Sang ibupun turut bahagia dengan perubahan dalam hubungan Chris dan sang ayah. Christian mampu mengasihi sang ayah, bahkan bersedia merawatnya, semua itu karena kasih Bapa Sorgawi yang mengalir dalam hatinya. (Kisah ini sudah ditayangkan pada 30 Desember 2008 dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Sumber Kesaksian:
Christian

Sumber : V081217150119
Halaman :
1

Ikuti Kami