Jepang Tawarkan Terapi Stress Lewat Ponsel

Psikologi / 1 December 2008

Kalangan Sendiri

Jepang Tawarkan Terapi Stress Lewat Ponsel

Puji Astuti Official Writer
4795

Seorang profesor Jepang membuka layanan terapi pertama di dunia melalui ponsel. Layanan interaksi ini menawarkan sesi terapi kognisi dengan mengukur tingkat stres seseorang dengan memberikan beberapa pertanyaan menyangkut kebiasaan tidur dan makan, perubahan berat badan serta tingkat emosi.

Layanan ini bisa diakses dengan menggunakan ponsel. Di Jepang, orang sudah terbiasa menggunakan ponsel untuk membayar tiket bus, tiket kereta bawah tanah, serta mengakses layanan publik lainnya.

"Saya kira akan sangat membantu bagi masyarakat untuk mengelola kesedihan sebagai upaya pertahanan harian agar tidak jatuh dalam depresi," kata profesor di Keio University, Yutaka Ohno yang membuka layanan itu.

Untuk yang sudah menjalani perawatan medis, layanan ini bisa menjadi pelengkap. Ohno, dikenal sebagai ahli terapi kognitif di Jepang. Suatu metode terapi yang pertama kali dikembangkan oleh psikiater Amerika, Aaron Beck pada 1960 an.

Ohno juga yang merawat Ratu Masako saat menderita tekanan mental.

Layanan ini menjelaskan gejala-gejala depresi, namun mengingatkan bukan pengganti perawatan medis. Layanan ini juga menganjurkan orang untuk berkonsultasi ke dokter jika mengalami depresi dengan tingkatan lebih dari ringan.

Layanan ini juga menyediakan tujuh bab bagaimana mengubah persepsi negatif serta teknik untuk "memperlemah" jantung sebagai pengurai masalah, relaksasi, serta meningkatkan motivasi pribadi. Depresi juga disebut sebagai demam jantung.

Selama sepuluh tahun terakhir, masyarakat Jepang membuang jauh perasaan stress sebagai hal yang ditabukan, namun terapi mental terhitung masih baru. Sekitar 900 ribu orang Jepang menerima pengobatan untuk menyembuhkan depresi, namun jumlah yang mengalami penyakit ini dipercaya lebih besar. Jepang juga memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi di dunia lebih dari 30.000 orang di 2007.

"Terapi mental belum dilakukan secara luas di Jepang. Hal itu lebih banyak disebabkan rumah sakit lebih fokus merawat depresi secara klinis dan terapi mental tidak masuk yang ditanggung oleh asuransi," kata Ohno.

Sumber : Berbagai sumber/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami