Migren Kurangi Risiko Kanker Payudara

Info Sehat / 19 November 2008

Kalangan Sendiri

Migren Kurangi Risiko Kanker Payudara

Lestari99 Official Writer
8793

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa para perempuan penderita migren (sakit kepala sebelah) mempunyai risiko lebih rendah terserang kanker payudara. "Kasus migren pada perempuan berhubungan dengan sistem hormon, yang berperan dalam perkembangan kanker payudara," kata Christopher Li,MD, dari Pusat Penelitian Fred Hitchinson di Seattle.

Dia menekankan bahwa mereka telah melihat hubungan yang dapat dipercaya antara hormon, migren dan kanker payudara.

Studi ini menunjukkan bahwa perempuan dengan riwayat penyakit migren mempunyai risiko terkena kanker payudara 30% lebih rendah daripada perempuan yang tidak terdiagnosa menderita migren.

Li, pemimpin studi ini, mengatakan bahwa mekanisme biologi di belakang asosiasi ini belum sepenuhnya diketahui, tetapi kelihatannya ada hubungannya dengan fluktuasi dalam tingkat sirkulasi hormon.

"Migren kelihatannya mempunyai komponen hormon tertentu yang membuatnya lebih sering terjadi pada perempuan daripada pria, dan beberapa gejalanya berhubungan dengan hormon," katanya.

Sebagai contoh, perempuan yang memakai kontrasepsi oral, 3 minggu aktif pil dan 1 minggu dengan non-aktif pil untuk menstruasi, cenderung mengalami migren lebih sering selama minggu yang bebas hormon.

Tetapi kehamilan, masa dimana kadar estrogen tinggi, dihubungkan dengan penurunan migren. Dia menambahkan bahwa estrogen diketahui menstimulus pertumbuhan kanker payudara yang sensitif terhadap hormon.

Para peneliti mengkombinasikan data dari dua studi yang terdiri dari 3412 perempuan postmenopause (berusia antara 55-79 tahun) di Seattle. 1938 diantaranya sudah terdiagnosa menderita kanker payudara ganas dan 1474 perempuan yang tidak menderita kanker payudara.

Informasi mengenai sejarah migren dibatasi pada kasus-kasus yang didiagnosa oleh ahli-ahli kesehatan.

Perempuan yang terdiagnosa secara klinis menderita migren mengalami 33% pengurangan risiko karsinoma duktal yang ganas (invasive ductal carcinoma) dan 32% pengurangan risiko karsinoma lobular yang ganas (invasive lobular carcinoma) dibandingkan dengan perempuan-perempuan yang tidak mempunyai sejarah migren.

Li mengambil kesimpulan bahwa hubungan antara migren dengan kanker payudara harus diinterpretasikan dengan hati-hati, tetapi tetap  harus optimis.

"Penemuan ini mengarah ke mekanisme baru yang mungkin berhubungan dengan pencegahan kanker payudara. Jika kita bisa menemukan hubungan yang jelas, itu dapat mengarah ke penemuan cara baru mengatasi kanker payudara."

Peranan Obat Migren

"Kemungkinan lain mengapa perempuan penderita migren kelihatannya mempunyai risiko kanker payudara yang lebih rendah adalah obat yang digunakan untuk mengatasi rasa sakit," kata Li.

"Perempuan ini mungkin lebih sering menggunakan obat nonsteroid anti peradangan atau NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs). Ada bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan obat ini dapat melindungi pengguna dari serangan kanker payudara, jadi sebagian dari pengurangan ini bisa dihubungkan dengan pengobatan migren, walaupun itu tidak berpengaruh sepenuhnya terhadap total pengurangan," katanya.

Itu tidak berarti bahwa para perempuan seharusnya mengkonsumsi NSAIDs, yang meliputi aspirin dan ibuprofen, kata Li, tetapi penelitian selanjutnya akan mencari tahu kemungkinan itu.

"Anda tidak bisa secara absolut mengatakan bahwa apa yang diukur para peneliti bertanggung jawab terhadap peningkatan atau penurunan risiko kanker payudara," terang Li.

Studi tersebut, katanya, menunjukkan bahwa perempuan postmenopause yang diketahui mempunyai kadar estrogen yang lebih rendah, juga mengalami frekuensi terkena migren yang lebih rendah.

"Yang mereka katakan adalah: ini bukan hanya sekedar post menopause. Jika Anda mengalami migren, ini bisa mengindikasikan bahwa Anda mempunyai level estrogen yang lebih rendah sepanjang hidup. Ini menjelaskan penemuan dalam studi ini bahwa perempuan penderita migren mempunyai risiko lebih rendah terkena kanker payudara."

Lichtenfield mengatakan bahwa obesitas berhubungan dengan peningkatan risiko terkena kanker payudara setelah menopause karena sel-sel lemak memproduksi estrogen.

"Beberapa peneliti mengatakan level estrogen yang tinggi di dalam darah adalah alasan kenapa perempuan yang telah menopause dan kelebihan berat badan memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara."

Li mengatakan bahwa para peneliti tidak menyangka besarnya penurunan risiko kanker payudara pada perempuan penderita migren dan studi ini merupakan kabar bagus karena mengidentifikasi faktor pelindung yang baru.

Sumber : rileks
Halaman :
1

Ikuti Kami