Investasi Saat Krisis, Kenapa Tidak?

Investment / 10 November 2008

Kalangan Sendiri

Investasi Saat Krisis, Kenapa Tidak?

Puji Astuti Official Writer
3970

...Apakah Anda akan menunggu saja datangnya penghasilan sambil mengharap situasi aman, ataukah akan mengejarnya dan menemukan tempat persembunyiannya di tengah situasi konflik sekalipun.... (diolah dari Intisari Kewiraswastaan)

Kata-kata terakhir itulah yang dilakukan Lalita Thongngamkam, wanita muda Thailand, saat memulai usaha restoran di negara-negara konflik beberapa tahun silam. "Ketika sebuah negeri mengalami gejolak, saya justru tertarik ke sana," ujar Thongngamkam sebagaimana dikutip harian The Asian Wall Street Journal edisi 9-11 Mei.

 

Dan berpuluh tahun kemudian, Thongngamkam membuka usaha restoran makanan Thailand di Kabul, ibu kota Afganistan. Terakhir, dia siap-siap membuka cabang di Baghdad, Irak. "Irak mungkin saja menjadi target saya berikutnya, terutama apabila militer Amerika Serikat memberikan wewenang kepada PBB untuk mengatur dan membangun kembali negeri itu," ujarnya di Kabul.

 

Thongngamkam berada di sebuah negeri yang bergejolak sejalan dengan kehadiran badan PBB di sana. Kehadiran pasukan dan pejabat PBB, pekerja sosial, kontraktor bangunan dan sarana umum, merupakan peluang yang sangat besar bagi usaha jasa makanan. Karenanya, restoran Thailand milik Thongngamkam ini ada di Kamboja, Somalia, Rwanda, Timor Timur, Kosovo dan kini Afganistan.

 

Dalam bobot yang lain beberapa anak muda Indonesia juga ada yang berbuat "nekat" seperti Lalita. Mereka tetap gigih berusaha atau mempertahankan aktivitas bisnisnya di tengah situasi perekonomian Indonesia yang tertatih-tatih. Sebut saja Sony Sugema (38), pemilik PT Quantum Global (Q-College), PT Sony Sugema Eduka, Sony Sugema College (SSC), dan Ketua Yayasan Tunas Informatika, yang membawahi Sekolah Tinggi Teknologi Informatika Sony Sugema.

 

Bidang yang digelutinya pendidikan terutama bimbingan belajar. Khusus SSC hingga kini sudah memiliki 46 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah siswa SSC mencapai 25.000 orang, dengan staf pengajar seluruhnya 600 orang.

 

Atau Diono Nuryadin (40), Vice President PT JAS, perusahaan yang antara lain bergerak di bidang servis cargo ke penerbangan asing. Ia juga mengendalikan keuangan kelompok usaha Bimantara, di mana ia menjabat direktur keuangan. Selain itu Hotasi Nababan (38), Direktur Utama Perusahaan Penerbangan Merpati, Pramono Anung (40), pengusaha sekaligus pemilik lima perusahaan pertambangan yang juga Wakil Sekjen PDI Perjuangan, serta Arif Yunara (27), pemilik bengkel motor di Bandung yang mengerjakan sejumlah montir.

 

Aktivitas bisnis anak-anak muda itu tetap eksis walaupun awan gelap krisis masih menyelimuti republik ini. Bagai secercah titik terang di tengah kegalauan bangsa, mereka berupaya tampil ke depan memimpin usaha, mempertahankan, atau menjalankan roda perusahaan sekaligus menghidupi banyak orang. Terlepas dari perusahaan itu warisan atau dibangun sendiri, paling tidak mereka masih memancarkan sinar yang lain di tengah keredupan ekonomi republik ini.

 

Mungkin masih banyak kegiatan usaha anak-anak muda lain yang tidak terliput. Akan tetapi, kalau mengamati semaraknya aktivitas mereka, sepertinya tidak terasa bahwa mereka berada di dalam situasi krisis.

Krisis bukan berarti tidak adanya peluang, jadi jangan bermuram durja namun bersemangatlah dan temukan berbagai peluang yang terbungkus dalam bentuk kerja keras, pantang menyerah dan pastinya doa-doa kepada Tuhan agar berkat dan perkenanan dari-Nya menyertai Anda.

Sumber : wirausaha.multiply.com/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami