Mengatasi Kesedihan dan Kesepian

Kata Alkitab / 4 August 2008

Kalangan Sendiri

Mengatasi Kesedihan dan Kesepian

Admin Spiritual Official Writer
9694
Banyak orang mengalami kehilangan sesuatu atau seseorang dalam kehidupan mereka, dan sayangnya, banyak yang masih tenggelam dalam kesedihan karena kehilangan itu. Saat tragedi terjadi, iblis melihat kesempatan untuk mencoba membawa sebuah keluarga atau seseorang untuk terikat kepada penderitaan secara permanen. Kematian dari orang yang dikasihi, perceraian, atau hubungan dekat yang terluka dapat menyebabkan kesedihan, dan kebanyakan orang melalui masa berkabung ini. Kunci untuk menang adalah mengerti perbedaan antara proses berkabung yang normal (seimbang), dan roh kesedihan yang akan mencoba untuk terhubung secara permanen dengan orang yang bersedih. Yang satu membantu orang yang bersedih menjadi lebih baik dan pulih seiring berlalunya waktu, sedang yang lain menyebabkan keadaannya bertambah buruk dan menenggelamkannya semakin dalam di jurang keputus-asaan.

Setiap orang memang mempunyai pengalaman yang berbeda-beda, tapi kita semua mempunyai emosi yang bisa terluka dan harus disembuhkan. Kesembuhan adalah proses dimana Tuhan menuntuk anak-anakNya langkah demi langkah, kecuali Dia melakukan mukjizat. Shock dan penyangkalan biasanya menjadi 2 hal pertama yang dialami seseorang saat tragedi terjadi. Sebenarnya, Tuhan menggunakan 2 hal itu untuk melindungi kita dari kehancuran. Ilustrasinya, coba bayangkan sebuah shockbreaker mobil. Alat itu dirancang untuk meredam goncangan mesin jika mobil melewati jalan yang tidak rata. Tanpa shockbreaker, mobil itu bisa mengalami goncangan hebat dan membahayakan penumpangnya.

Kita sama saja, berjalan di jalan kehidupan, dan seringkali kita tidak mengharapkan atau menduga adanya batu-batu atau lubang. Jadi ketika mereka tiba-tiba muncul, kita tidak siap. Roh Kudus, "shockbreaker kita dari Tuhan", bekerja sampai kita bisa menyesuaikan kembali untuk mengantisipasi perubahan mendadak dalam perjalanan itu. Shock dan penyangkalan adalah normal jika mereka berlangsung sementara. Tapi mereka dapat menjadi masalah besar jika orang-orang secara permanen menolak untuk menghadapi kenyataan dan belajar bagaimana berurusan dengan semua itu.

Hal berikutnya yang sering dirasakan orang adalah kemarahan, pada diri mereka sendiri. Mereka mulai memikirkan hal-hal yang seharusnya mereka lakukan atau tidak lakukan yang dapat membuat keadaannya menjadi lebih baik atau mencegah terjadinya keadaan itu. Iblis ingin kita hidup dalam penyesalan, dia mencari kesempatan untuk menanamkan rasa bersalah seumur hidup, tuduhan, penghakiman, dan kebencian pada diri sendiri.

Paulus mengatakan dalam Filipi 3:13, "...ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku." Kita harus melawan serangan dari musuh, bukan diam saja dan terseret dalam penyesalan akan pengalaman masa lalu.

Akhir dari suatu hal selalu merupakan awal dari hal baru yang lain. Iblis selalu berusaha untuk menjauhkan kita dari tempat baru yang telah Tuhan siapkan. Dia ingin menjebak kita dalam masa lalu dan membuat kita hidup dalam penderitaan permanen. Orang-orang juga bisa mengalami kemarahan pada orang yang meninggalkan mereka, bahkan walaupun karena meninggal dunia. Emosi itu mempunyai suara. Jika emosi terluka, emosi dapat berbahaya jika diikuti. Itulah sebabnya mengapa saat peristiwa kehilangan terjadi bukan merupakan waktu yang tepat bagi orang yang bersangkutan untuk membuat keputusan yang serius atau berurusan dengan hal-hal lain yang bisa jadi malah menimbulkan reaksi emosional yang lebih rumit.

Amarah kepada Tuhan juga cukup banyak dialami. Orang-orang sering bertanya, "Kalau Tuhan itu baik, berkuasa, dan mengasihi kita semua, mengapa Dia tidak menghentikan hal yang menyebabkan penderitaan itu?" Di sinilah iblis berusaha untuk membangun tembok pemisah di antara Tuhan dan orang yang menderita, dia mencoba mengatakan, "Tuhan itu tidak baik dan tidak bisa dipercaya." Bagaimanapun juga kita sudah mengetahui dari firmanNya, bahwa tidak ada kebenaran dalam iblis, dia adalah pembohong dan bapa segala dusta.

Dari Yakobus 1:12,13,17 kita dapat mengatakan bahwa Tuhan itu baik, dan Dia tidak bisa menjadi yang lainnya. Dan Dia tidak pernah berubah. Lalu bagaimana dengan pertanyaan: "Karena Tuhan itu baik dan berkuasa, mengapa Dia tidak mencegah sebelum hal ini membawa rasa sakit dan penderitaan?" Sejujurnya, kita tidak dapat mempunyai jawaban yang cukup untuk pertanyaan ini. 1 Korintus 13:12 menyatakan bahwa kita hanya mengetahui sebagian, pengetahuan kita tidak sempurna. Kepercayaan penuh berarti kita dapat menerima pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab! Kita menginginkan jawaban untuk semuanya, tapi kita harus sampai pada titik dimana kita merasa puas hanya dengan mengetahui bahwa Dia lebih tahu daripada kita dan meletakkan kepercayaan kita kepadaNya. Marah kepada Tuhan tidak berguna karena Dialah satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan penghiburan kepada orang yang menderita.

Orang juga kadang marah kepada iblis. Ini normal dan bahkan bagus jika diekspresikan dengan tepat. Satu-satunya cara untuk membalas iblis untuk penderitaan dalam hidup kita adalah dengan agresif dan antusias melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan. Roma 12:21 mengatakan pada kita untuk melawan kejahatan dengan kebaikan. Orang-orang yang mengalami tragedi seringkali melalui tahapan ekspresi emosional berupa menangis dan histeris. Bahkan kadang orang yang pada keadaan normal tidak emosional dapat mejadi sangat emosional saat menghadapi kehilangan. Secara umum, orang takut terhadap emosi, dan ekspresi berlebihan dari emosi bahkan lebih menakutkan. Saya mengatakan kepada Anda, jangan takut karena itu akan berlalu. Pengertian, pemahaman yang tepat, dan pertolongan Roh Kudus akan membawa kemenangan melalui keadaan ini.

Kebingungan, kehilangan arah, dan ketakutan juga biasanya dialami. Depresi dan gelombang perasaan juga banyak dialami, seperti juga gejala-gejala fisik yang ditimbulkan oleh stress. Saya percaya kata kuncinya di sini adalah keseimbangan. Alkitab menceritakan bagaimana Daud merasa depresi, tapi dia tidak menyerah. Dia tidak menenggelamkan dirinya sendiri dalam keputus-asaan. Dia menggambarkan apa yang dia rasakan, tapi dia membuat keputusan untuk tidak berjalan berdasarkan perasaannya (Lihat Mazmur 42:5-11 dan Mazmur 143).

Banyak orang mengakui pada saya mereka malu saat orang lain membuat mereka merasa iman mereka tidak cukup kuat menghadapi saat-saat seperti ini. Saya percaya dibutuhkan iman yang lebih besar untuk menjalani sesuatu menuju kemenangan dibanding yang dibutuhkan untuk keluar dari sana. Ada beberapa orang yang mengalami kelepasan yang utuh dari kesedihan akibat kehilangan yang besar, tapi itu tidak terjadi pada semua orang. Kebanyakan dari kita melalui saat-saat sulit secara emosional saat terjadi kehilangan yang tragis. Mereka yang berjalan dalam iman keluar dari situ, dan mereka keluar dari sana dengan keadaan yang jauh lebih baik dibanding saat mereka masuk ke dalamnya.

Akhir kata, jangan kehilangan harapan Anda! Jika Anda sedang terluka sekarang karena peristiwa kehilangan dalam hidup Anda, saya mau mengatakan bahwa ada permulaan yang baru di hadapan Anda. Anda mungkin melalui sesuatu yang tidak akan Anda pahami sepenuhnya, tapi percayalah bahwa Tuhan ikut bekerja di dalamnya untuk mendatangkan kebaikan bagi Anda. Apapun yang iblis rancang untuk menyakiti Anda, Tuhan bisa membalikkannya dan menggunakannya untuk kebaikan Anda!

Sumber : joyce meyer
Halaman :
1

Ikuti Kami