Geng Nero, Ketika Kenakalan Diluar Kendali

Nasional / 17 June 2008

Kalangan Sendiri

Geng Nero, Ketika Kenakalan Diluar Kendali

Puji Astuti Official Writer
8074
Sekelompok pelajar putri di Kecamatan Juwana, Pati, yang menamakan diri Geng Nero, Jumat, ditangkap Polisi, karena keberadaannya sangat meresahkan masyarakat.

Penangkapan gang nero berawal dari laporan masyarakat dan beredarnya video aksi kekerasan Geng Nero di Gang Cinta, Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana di kalangan masyarakat.

Keempat orang anggota gang nero tersebut terdiri atas Ratna, Yunika, Maya, dan Tika, yang masih duduk di bangku kelas I SMU yang berbeda-beda di Kabupaten Pati.

Menurut Kapolres Pati AKBP Hilman Thayib melalui Kasat Reskrim AKP Sulkhan, di Pati, Jumat, penangkapan dilakukan di rumah masing-masing anggota yang berada di Kecamatan Juwana tanpa perlawanan.

Ia mengakui, penangkapan tersebut berkat laporan dari masyarakat dan penyebaran video rekaman kekerasan mereka.

Ditambahkannya, anggota mereka semula berjumlah enam orang, kini tinggal empat orang saja. "Dua orang anggota lainnya sudah pindah rumah, ada yang di Bali dan Yogyakarta," katanya.

Dalam video rekaman kekerasan gang tersebut, korban yang bernama Lusi, siswi kelas III SMP mendapat tamparan secara bergantian oleh anggota geng tersebut. Bahkan, korban sempat diludahi pelaku.

Ratna, salah satu anggota Geng Nero, mengakui, aksi kekerasan tersebut timbul karena ada masalah dengan Lusi.

Lantas, dia menceritakan permasalahan yang dihadapinya kepada ketiga temannya.

Sedangkan pembuatan rekaman video tersebut, dilakukan sekitar April lalu di Gang Cinta.

Saat aksi kekerasan dilakukan, Ratna, siswi SMU di Juwana mengaku, tidak ikut memukuli Lusi. "Yang menampar Lusi adalah Tika sama Yunika," kata Ratna.

Sedangkan Tika, siswi kelas I di SMU Juwana mengakui, dirinya ikut menampar Lusi sebagai bentuk aksi solidaritas terhadap temannya yang dihina oleh korban.

Menurut pengakuan sejumlah pelaku, terbentuknya gang nero saat mereka masih duduk dibangku sekolah dasar (SD).

Sementara itu, salah satu anggota Komite di dua sekolah di Kecamatan Juwana dan Batangan, Jamari, mengaku prihatin dengan aksi mereka.

"Pihak sekolah sudah memanggil orang tua masing-masing anggota gang nero tersebut," katanya.

Terkait dengan arti gang nero, Jamari, mengungkapkan bahwa Nero diartikan jika "neko-neko" (bahasa jawa) dikeroyok atau macam-macam dikeroyok.

Munculnya kekerasan yang dilakukan oleh geng anak-anak pelajar, menjadi sesuatu yang perlu menjadi perhatian khusus bagi orang tua dan para pendidik. Anak-anak adalah sebuah kertas putih yang belum ditulisi apapun, ketika ia dilahirkan. Ia akan menjadi apa dan seperti apa, bukanlah sepenuhnya menjadi pilihan mereka, tetapi lebih dikarenakan apa yang mereka lihat, dengar, pelajari dari orang-orang dewasa di sekitarnya. Jadi hal ini mungkin merupakan sebuah bentuk kenakalan serius, namun juga sebuah pertanyaan serius, tentang apa yang selama ini mereka pelajari dari orang tua, pendidik dan orang-orang dewasa yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Sumber : Antara/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami