Hargai Keunikan Pasangan Anda

Single / 16 June 2008

Kalangan Sendiri

Hargai Keunikan Pasangan Anda

Purnama Sari Dewi Gultom Official Writer
6492

Bagaimanakah menentukan standarnya sejauh ini apakah Anda telah benar-benar siap untuk cinta? Kebanyakan kita berpikir bahwa kita siap untuk cinta, tapi gagal untuk sepenuhnya mengevaluasi dengan tepat apa yang dituntut cinta dari kita. Karena kita begitu ingin menjalin suatu hubungan, kita ingin memiliki seseorang untuk dicintai, kita percaya bahwa kita benar-benar siap untuk cinta. Padahal tidak sepenuhnya demikian.

Syukurlah, ada tanda-tanda yang dapat kita gunakan untuk menjadi tolak ukur kesiapan kita untuk cinta. Kriteria itu adalah menghormati dan menghargai keunikan di dalam pasangan kita. Berbeda dengan memandang pasangan Anda secara realistis, kita harus mengasihi dan menjaga kualitas keunikan mereka. Kita harus mempraktekkan dorongan yang diberikan kepada kita oleh Rasul Paulus dalam Kolose 3:13, "Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian."

Anehnya, banyak orang saat bertemu dengan seseorang, awalnya begitu mengagumi keunikan mereka dan bahkan kelemahannya, hanya untuk menemukan bahwa keunikan yang sama tersebut ternyata sangat mengganggu. Anda tahu siklus perputarannya: Anda bertemu dengan seorang pria dan mengagumi sikap diamnya, kekuatannya yang tenang. Ia mengingatkan Anda pada ayah yang sangat Anda hargai. Bagaimanapun, seiring waktu berlalu, kependiamannya membuat Anda meledak. Sekarang Anda ingin menguncang-guncang dia agar mau berbicara. Begitu besar perbedaannya dengan kekuatan pendiam yang awalnya Anda anggap sangat menarik.

Astaga, berapa banyak dari Anda yang pada awalnya tertarik pada kespontanan pasangan Anda, hanya untuk kemudian menganggap sifatnya itu cukup mengganggu? Berapa banyak dari Anda menyukai cara dia mempergunakan uang dengan bebas, terutama untuk kesenangan anda, hanya untuk kemudian melihat lampu merah saat melihat dia menghabiskan seratus dolar dalam sekejap untuk pedicure dan perawatan wajah; atau baju baru.

Yup, Anda mendapatkan intinya. Terlalu sering kita melupakan apa yang membuat kita tertarik pada pasangan kita. Terlalu sering kita pada awalnya menyenangi sifat-sifat tertentu, dan kemudian kita berharap dapat mengubahnya. Saat kita lelah menghadapi sifat-sifatnya dan ingin mengubahnya, kita akhirnya merusak hubungan tersebut. Cinta yang dewasa menuntut kita menghargai dan menerima keunikan yang membuat kita pada awalnya tertarik pada mereka.

Stephanie datang berkunjung untuk konseling pada saya beberapa minggu yang lalu. Dia seorang wanita yang menarik berusia 30 tahun yang sedang menjalin hubungan dengan seseorang pria selama 9 bulan. Ini adalah hubungan yang serius dan pertama baginya sejak perceraiannya. Pacarnya, Jerry, telah menunjukkan bahwa dia siap untuk melanjutkan ke pernikahan, namun dia berkata bahwa tabiat-tabiat Jerry yang aneh menggangunya. "Bukan hal yang besar", katanya kepada saya baru-baru ini. "Yaitu cara Jerry mengunyah makanannya, cara dia menyetir, cara dia mengurus apartemennya. Awalnya saya pikir hal itu menarik, dan saya akan menggodanya mengenai kebiasaannya itu. Tapi kemudian, hal itu nampaknya mengganggu saya. Saya tidak tahu apakah sebaiknya membicarakan hal itu dengannya atau tidak".

"Apakah Anda mencintainya?" saya bertanya. "Anda suka melewati waktu bersamanya?"

"Oh ya," Stephanie menjawab dengan cepat. "Saya tidak dapat membayangkan berada jauh darinya. Tapi, saya tahu saya seorang perfeksionis, dan cara dia membiarkan apartemennya berantakan membuat saya gila."

"Apakah Anda banyak berkencan sebelum bertemu? Dapatkah Anda dengan jujur mengatakan dialah tipe pria yang Anda inginkan untuk hidup bersamanya selamanya?"

"Ya, saya telah banyak berkencan sebelum saya berjumpa dengannya. Saya sungguh-sungguh mencintainya. Saya hanya tidak yakin bahwa saya dapat menerima perbedaan-perbedaan kami. Menurut saya itulah sesuatu yang perlu saya pikirkan."

Pada kenyataannya, itulah sebenarnya yang perlu dilakukan oleh Stephanie. Saya memberikan beberapa saran padanya.

Satu, membuat sebuah daftar mengenai hal-hal yang dia hargai dari pasangannya (Jerry), begitu juga hal-hal yang tidak dia sukai. Kemudian dia perlu menyelidiki kedua daftar tersebut. Apakah hal-hal pada daftar pertama jauh lebih berat daripada yang pertama? Hal itu seringkali menolong untuk mengingatkan diri kita tentang aspek positif dari hal-hal yang mengganggu kita saat ini.

Kedua, pertimbangkan berapa banyak dari hal-hal yang mengganggu itu yang mungkin diubah. Dapatkah persoalan-persoalan pada daftar kedua disesuaikan atau paling tidak didiskusikan? Apakah mereka mungkin berubah? Beberapa persoalannya dapat didiskusikan dan mungkin diubah. Contohnya, caranya menyetir, jika benar-benar menyusahkan, adalah sesuatu yang dapat diubah melalui diskusi yang jujur.

Ketiga, dapatkah ia menerima hal-hal yang tidak mungkin diubah? Dapatkah ia mengingatkan dirinya bahwa terutama hal-hal itu yang awalnya ia hargai memungkinkan untuk dihargai kembali? Kadang kala kita membiarkan diri kita terlalu memikirkan hal-hal yang tidak penting. Penting bagi kita untuk meletakkan hal-hal pada perspektifnya. Sementara saya tidak menyarankan membuat lubang gundukan tikus tanah keluar menjadi gunung, saya juga menyarankan untuk menjaga gundukan tikus tanah itu tetap sebagai gundukan tikus tanah.

Keempat, hormati dan hargai keunikan pasangannya. Sederhananya, kadang kala tindakan memenangkan pasangan kita tidak hanya membangun mereka, tapi juga membuat kita lebih menghargai mereka. Rasul Paulus berkata pada kita untuk menggunakan perkataan yang membangun terhadap satu sama lain sesuai kebutuhan mereka (Efesus 4:29). Pasangan kita membutuhkan kita untuk memberi dorongan pada mereka, untuk membangun mereka. Dunia ini penuh dengan kritikan dan penolakan. Rumah dan hubungan kita perlu menjadi tempat dimana kita diterima.

Akhirnya, mengingat hal-hal ini dapat menolong Stephanie menempatkan persoalan-persoalan itu pada tempatnya. Dia mengingat bahwa dia tidaklah sempurna, dan tidaklah dewasa untuk mengharapkan kesempurnaan dari Jerry. Stephanie memutuskan dia akan berbicara dengan Jerry tentang beberapa hal yang mengganggunya, dan mengatasi perasaan dalam dirinya mengenai beberapa persoalan yang nampaknya tidak penting.

Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda membuat gunung keluar dari gundukan tikus tanah dalam hubungan Anda? Apakah Anda mampu melihat gambaran yang lebih besar saat hal itu datang pada pasangan Anda? Apakah Anda mampu mengingat mengapa Anda pada awalnya jatuh cinta pada pasangan Anda, dan tetap menjaga hal itu di garis depan dalam pikiran Anda? Jika demikian, Anda mungkin benar-benar telah siap untuk cinta.

Sumber : Dr. David B. Hawkins

Sumber : crosswalk.com
Halaman :
1

Ikuti Kami