Tujuh Kalimat Terakhir Kristus Mengguncang GKJ

Internasional / 16 April 2008

Kalangan Sendiri

Tujuh Kalimat Terakhir Kristus Mengguncang GKJ

Puji Astuti Official Writer
7731
Sebuah kerjasama apik antara Susvara Opera Company dengan Gedung Kesenian Jakarta ketika menampilkan opera bertema paskah dengan arahan sutradara Henky Solaiman. Dikisahkan berdasarkan karya asli Theodore Dubois, penyaliban Kristus menjadi suatu cerita yang sangat menyentuh. Opera yang berjudul The Seven Last Words of Christ ini di pentaskan di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), minggu (13/4) malam. Jeritan dan ratapan kematian saat Kristus di salibkan dirangkai dengan nyanyian tenor dan sopran yang bersaut-sautan. Suasana haru nan kudus menyelimuti ruangan, ketika opera yang berlangsung selama dua setengah jam ini di tampilkan.

Cerita ini merupakan rangkaian dari delapan gerakan yang terdiri dari introduksi dan satu gerakan untuk setiap kata Tuhan di kayu salib. Bisa dikatakan bahwa karya opera ini adalah hasil meditasi theologies tentang saat-saat penderitaan terakhir Tuhan Yesus. Ucapan Yesus saat menjalani penderitaannya dibawakan oleh penyanyi tenor, dan kata-kata hujatan dari rakyat, serta seruan dan jeritan dari murid-murid Yesus dibawakan oleh chorus.

Para penyanyi yang hadir pada malam itu, yakni Catharina W Leimena (Mezzosopharono), Indra Listyanto (Tenor), Joseph Kristianti (Baritone), Christine T Lubis (Soprano), dan Novanda Bulu (Soprano). Para penyanyi di iringi oleh pianis Aditya S Pradana dan Teo Minaroy.

Berlatar tiga kayu salib, cerita utama pun ditampilkan. Pada cerita tujuh kalimat terakhir Tuhan Yesus ini, kalimat pertama adalah "Ya Bapa, Ampunilah mereka". Suasana hening dan hikmat terpancar hingga penyajian kalimat ketiga. Suasana mencekam mulai terasa saat kalimat keempat disajikan dengan sebuah lagu oleh seorang solois. Kalimat keempat tersebut adalah "Ya Bapa, Mengapa Engkau meninggalkan Aku."

Suasana kembali melembut saat Yesus mengucapkan kalimat terakhirnya, yaitu "Sudah selesai." Setelah ketujuh kata di sajikan dalam gerak dan lagu yang hikmat, digambarkan petir menyambar-nyambar dan gempapun dihadirkan di panggung. Hal ini memberikan gambaran yang di ceritakan dalam kitab suci ketika Yesus menghembuskan nafas terakhirnya, dunia ini bergoncang dan tabir bait suci terbelah dua. Akhirnya sajian opera ini ditutup dengan sembah sujud dari para pemain kepada Yesus Kristus sang Penebus. Sebuah sajian indah yang jarang ada.

Dalam suasana paskah dan menjelang hari kenaikan Tuhan Yesus Kristus, penampilan opera ini memberikan warna tersendiri dalam dunia seni dan kerohanian di bangsa ini. Kiranya kasih dan anugrah kasih Tuhan bagi dunia ini terus di beritakan dengan berbagai cara dan kreatifitas.

Sumber : Suara Pembaruan/VM
Halaman :
1

Ikuti Kami