Sehingga, ketika Edward mulai batuk berdarah, ia dibawa ke rumah sakitnya sendiri, dan hanya menemukan seorang pria bernama Carter Chambers di samping tempat tidurnya. Carter (diperankan oleh Morgan Freeman) adalah seorang jenius dan pria beriman, tapi pernikahan muda dan tanggung jawab keluarga membuatnya ia tidak bisa menyelesaikan pendidikannya dan menjadikannya bekerja sebagai seorang mekanis. Edward menginginkan kamar yang sendiri, tapi asistennya, Matthew, yang Edward panggil namanya sesukanya, mengatakan kepada Edward bahwa ia tidak bisa memiliki kamarnya sendiri, karena itu akan menjadi kesalahan besar PR. Dengan kata lain, kebijakannya yang kikir akhirnya berbalik kepada dirinya.
Setelah kemoterapi yang berat, Edward mulai membuka diri kepada Carter. Carter sedang mempersiapkan daftar (bucket list), yaitu daftar hal-hal yang seharusnya anda lakukan sebelum meninggal. Mereka berdua sama-sama memiliki kurang dari enam bulan sebelum meninggal. Edward menginginkan Carter untuk merasakan narkoba, seks, dan rock and roll, dan membawa dia berkeliling dunia dengan pesawat jet-nya. Carter menginginkan Edward untuk berhubungan kembali dengan putrinya dan mengalami sukacita sepanjang menyalurkan sukacita kepada orang lain.
Edward adalah seorang atheis. Carter mencoba untuk berbicara dengannya tentang iman dalam Tuhan. Disinilah dimana film ini gagal penggambarannya. Diskusinya terlalu ringan untuk mengarah ke sesuatu. Carter sepertinya mengindikasikan Edward hanya perlu untuk memakai hatinya tidak hanya kepalanya, tapi itu bukanlah juga sesuatu yang biblical, dimana logika dengan hikmat Ilahi membawa kita kepada Injil Yesus Kristus. Carter berdoa dengan keluarganya sewaktu makan malam dan mencoba untuk menjelaskan iman Kristen kepada Edward. Di tengah kemoterapinya yang paling parah, Edward menangis dua kali kepada Yesus, tapi kemudian mengatakan kepada semua orang bahwa dia hanya mengalami mimpi buruk.
Berikut Simak Trailer 'The Bucket List' Disini