Atasi Sindroma Yo-yo

Fit & Charming / 11 September 2007

Kalangan Sendiri

Atasi Sindroma Yo-yo

Fifi Official Writer
8414

Tidak sedikit orang 'harus rela' menerima kegagalan berdiet. Hal ini disebabkan karena program diet yang dijalankan tidak stabil. Tentulah menyebalkan jika kita merasa diet sudah 'berhasil', tapi tak lama kemudian berat badan kembali meningkat. Jika hal ini sering terjadi, maka orang yang mengalaminya beresiko mengalami dua hal, sebagai berikut:

Pertama, berhasil tapi badan jadi tidak sehat, dan yang kedua, gagal, karena tubuh mengalami sindroma yo-yo (berat badan berkurang kemudian bertambah, lalu berkurang dan bertambah lagi). Kondisi kedua sebenarnya lebih berbahaya! Para pakar kesehatan menyebut sindroma ini sebagai weight cycling, fenomena yang tidak wajar dan sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh karena berdampak mengacaukan sistem metabolisme.

Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, sama artinya menyiksa tubuh dan 'merelakannya' didera berbagai penyakit, seperti; tekanan darah rendah, serangan jantung, stroke, pembengkakan  empedu, diabetes, bahkan dapat menyebabkan kematian mendadak. Ngeri kan? Agar kondisi 'naik-turun' ini tidak Anda alami saat berdiet, coba ikuti saran berikut:

1. Motivasi yang kuat merupakan jaminan bagi Anda yang menginginkan perubahan efektif dalam hidup. Ingat, menurunkan berat badan bukan hanya berkaitan dengan makanan, ini juga menyangkut perubahan gaya hidup yang sehat dalam jangka waktu yang panjang. Jangan lakukan diet secara setengah-setengah atau ragu-ragu, karena hal ini akan 'membingungkan' proses pencernaan di dalam tubuh, sehingga hasilnya tidak bakalan optimal.

2. Belajarlah untuk pandai mengatasi rasa lapar. Rasa lapar timbul bila kadar gula dalam darah berkurang atau saat lambung dalam keadaan kosong. Jika terpaksa "harus" makan, pilihlah makanan rendah kalori yang mengenyangkan, seperti sayur atau buah-buahan. Sedangkan untuk makanan yang diolah, pilihlah yang direbus daripada yang digoreng. Bila yang timbul hanya rasa haus, anda cukup meneguk segelas air putih bebas kalori.

3. Makan dan ngemil, bukanlah penghalau stress, walau banyak kaum wanita yang "mengatasnamakan" ngemil sebagai penangkal stress. Sebaiknya alihkan perhatian denga melakukan gerak ata olahraga guna membuang rasa stress jauh-jauh. Menurut penelitian, olahraga akan menghasilkan hormon endorphin yang dipercaya dapat memberikan rasa bahagia.

4. Jujurlah pada diri sendiri berapa banyak makanan yang telah anda santap. Ukurlah kalori yang masuk ke dalam tubuh dengan cermat. Sebuah studi menunjukkan bahwa pengontrolan berat badan tergantung dari "laporan diri" kita sendiri terhadap frekuensi masuknya makanan ke dalam tubuh. Semakin sering kita makan atau ngemil meskipun itu dalam jumlah sedikit, tetap saja total kaori yang masuk ke dalam tubuh akan banyak. Kegagalan berdiet ternyata juga bisa disebabkan karena merka salah "menghitung" jumlah makanan yang mereka konsumsi. Orang-orang yang tidak cermat membuat catatan tentang asupan makanan mereka, tercatat cenderung memiliki kelebihan kalori.

5. Seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan harus tetap melakukan perawatan tubuh untuk menjaga agar berat badan tetap stabil. Seperti tetap menjaga makanan yang dikonsumsi dan berolahraga. Bila perlu, buatlah catatan mengenai apa saja yang masuk ke dalam tubuh dan apa saja aktivitas yang telah anda lakukan.

Sumber : conectique
Halaman :
1

Ikuti Kami