Tuhan Adalah Bapaku (2)

Kata Alkitab / 8 August 2007

Kalangan Sendiri

Tuhan Adalah Bapaku (2)

Admin Spiritual Official Writer
8610

Sasaran iblis adalah merusak gambaran ‘bapa'. Gambaran ‘bapa' dirusak, habis dihancurkan sehingga banyak bapa di dunia ini yang tidak beres. Tapi Tuhan baik. Tuhan tidak biarkan kita sendirian. Maleakhi 4:5-6 dikatakan, "....ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya...." Tuhan tidak membiarkan gambar ‘bapa' rusak. Tuhan tidak membiarkan gambaran ‘bapa' kita terus-menerus hancur. Karena kalau gambar ‘bapa' itu hancur, kita juga tidak bisa mengenal Allah sebagai Bapa. Maka Tuhan mau memulihkan gambar itu. Karena itu Yesus datang ke dunia ini dan Dia harus jadi anak dulu. Yesus menjadi anak supaya menjadi model buat kita, menggantikan kita untuk menggambarkan bagaimana dekatnya hubungan Dia dengan Bapa di surga.

Matius 3:16-17
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

Di dalam ayat ini, ada empat hal yang bisa kita dapatkan dari Bapa kita yang sebenarnya sudah hilang dari bapa duniawi kita. Yang pertama, ‘kepadanya Aku berkenan'. Luar biasa! Sejak kita lahir baru percaya Yesus, kita berkenan kepada Tuhan. Artinya berkenan, Tuhan tidak pernah menolak kita, tidak pernah membuang kita, Tuhan selalu berkenan kepada kita karena Dia Bapa kita dan kita anak-Nya. Artinya Tuhan memberi keintiman kepada kita. Kunci pemulihan adalah mengampuni bapamu. Kalau kita tidak ampuni, tidak akan pernah terjadi kelepasan.

Allah itu kita boleh panggil Abba (Aram). Kalau di bahasakan dalam bahasa modern sekarang, artinya adalah ‘papa'. Itu maksudnya! Kita harus memiliki keintiman itu. Kita tidak bisa intim dengan Bapa Karena kita melihat gambaran bapa duniawi kita yang tidak pernah intim sama kita. Jadi itu mempengaruhi kita sehingga kita tidak bisa intim dengan Bapa kita di surga. Supaya intim dengan Bapa di surga, ampunilah bapamu yang tidak intim itu. Tuhan berkenan kepada kita.

Yang kedua adalah ‘identitas'. Karena Yesus dikatakan, "Kamulah Anak-Ku yang Kukasihi". Yesus punya identitas. Sebelum Dia melayani, dia belum punya identitas. Hanya bapa yang bisa memberi identitas kepada anaknya. Seorang ibu tidak bisa. Ibu hanya bisa memberi kehangatan, perhatian, pemeliharaan, tapi hanya bapa yang bisa memberi visi, identitas dan nilai-nilai. Karena itu kalau di keluarga kita tidak ada bapa, kita tidak pernah dapat identitas. Begitu dalamnya satu kata yang di ucapkan seorang bapa. Banyak kasus homoseksual terjadi karena bapanya tidak memberikan identitas kepada anaknya sewaktu anaknya masih kecil. Seorang anak manusia perlu mendapatkan identitas.

Tahukah kamu kalau Bapa di surga ada di sini, Dia akan bangga sama kamu. Mungkin bapa kamu di dunia tidak pernah bangga sama kamu, tapi Bapa kamu di surga bangga sama kamu. Dia bilang, "Inilah anak-Ku yang Aku kasihi." Di dunia ini mungkin tidak pernah ada orang yang tepuk-tepuk kita, tapi Bapa akan bilang, "Kamu anak-Ku yang Aku kasihi." Identitas!! Dahsyat sekali. Bapa kita memberi rasa berharga yang sejati, bukan yang palsu. Kalau dunia memberikan rasa berharga yang palsu. Rasa berharga karena apa yang kita lakukan. Tapi Bapa kita memberikan kita identitas yang sejati. Kita berharga bukan karena apa yang kita lakukan. Kita berharga semata-mata karena kita anak-Nya Bapa. Betapa pentingnya kata Tuhan, "Kamu adalah anakKu!!".

Yang ketiga adalah ‘disiplin'. Yesus pribadi yang sangat disiplin. Dia taat sekali kepada Bapa-Nya. Karena Dia seorang anak yang sangat luar biasa dan Bapanya juga mendisiplin Dia. Tapi di dunia ini kita tidak dapat itu. Biasanya di keluarga ada dua macam ekstrim. Kita didisiplinnya keras atau tidak pernah didisiplin sama sekali. Tapi kebanyakan di Indonesia yang saya temukan, disiplinnya semena-mena. Itu mempengaruhi kita sehingga kalau datang sama Tuhan ketakutan. Tetapi itu semua tergantung bagaimana pandangan kita terhadap satu kata yang namanya ‘bapa'. Engkau musti jujur. Bapamu seperti apa? Ada Bapa di surga yang mengasihi engkau. Engkau perlu ketemu Dia. Karena Dia adalah Bapa yang mengerti bagaimana mendisiplin kita. Tidak seperti disiplin salah yang kita jumpai di keluarga kita. Kita perlu disiplin yang benar, tapi yang kita dapat adalah kekerasan atau tidak pernah didisiplin sama sekali. Tapi Tuhan mau sembuhkan kita.

Yang keempat, dikatakan, "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi". Tuhan mengasihi kita. Hal yang perlu kita dapatkan dari Bapa kita yang seringkali tidak kita dapatkan dari bapa duniawi kita adalah kasih yang tidak bersyarat. Kasih yang kita dapat itu bersyarat. Kita tidak pernah dapat kasih yang sesungguhnya. Tapi ada seorang pribadi yang mengasihi kita tanpa syarat.

Kita tahu kisah anak yang hilang. Waktu dia tinggalkan bapanya, hidupnya hancur. Waktu dia punya uang, orang mengasihi dia. Tapi waktu uangnya habis, tidak ada satu temanpun yang perduli. Itulah kasih dunia, bersyarat! Tapi waktu dia pulang, itu dahsyat! Ada seorang yang mengasihi dia. Orang kampungnya tidak ada yang kenal dia lagi. Karena dia sudah berubah. Ketika kita berubah, orang tidak kenali kita  dan tidak mengasihi kita lagi. Tapi ada seorang pribadi, sejak dia pergi, matanya tidak pernah tidak menantikan dia. Hatinya tidak pernah tidak menantikan dia. Dan itulah Bapa di surga. Itu gambaran Bapa di surga. Alkitab bilang bapanya lari dan bapanya peluk dia. Bisa bayangkan bau babi dipeluk? Bapanya langsung bikin pesta. Pernah tidak kita gagal lalu dibikinin pesta? Tapi Alkitab mencatat seperti itu.

Seringkali kita malah menjadi seperti anak sulung. Kita melayani, rajin ke gereja, kita tahu segala-galanya tentang Bapa. Satu hal saja yang kita tidak tahu. Kita tidak mengerti kasih tak bersyarat. Bagi anak sulung, kasih adalah barter. Jadi kita memiliki pandangan, kalau kita lebih mengasihi Tuhan, Tuhan lebih mengasihi kita. Kalau kita lebih taat, Dia lebih mengasihi kita.

Ingat, kasih Tuhan itu tidak bersyarat. Kita menerima kasih yang bersyarat dari bapa kita. Karena itu kita sering berpikir Allah juga kasihnya bersyarat. Padahal Allah kita kasihnya tidak bersyarat. Yang bersyarat adalah janji-Nya. Contoh, kita tidak bisa diberkati kalau kita tidak punya iman. Tapi sering kali kita mau diberkati tanpa iman. Kita mau janji-janji yang tak bersyarat tapi kita praktekkan kasih yang bersyarat. Kasih Tuhan tidak bersyarat. Manusia selalu melihat perbuatan yang di luar tapi Tuhan melihat motivasi. Kalau di dunia ini ada bapa yang bisa mengasihi kita, Bapa kita yang di surga lebih daripada bapa kita yang ada di dunia. Kita mungkin mengalami banyak kepahitan, banyak dari antara kita yang tidak bisa mengampuni. Tapi Tuhan mau kita mengampuni.

Sumber : Ir. Eddy Leo, M.TH.
Halaman :
1

Ikuti Kami