Aku Menanti Ajalku, Tapi...

Family / 6 February 2007

Kalangan Sendiri

Aku Menanti Ajalku, Tapi...

evrianty Official Writer
12827
Sumber Kesaksian: Diana Panjaitan
 

Diana Panjaitan belum bersedia mati, tetapi tidak ada lagi yang mampu menolongnya, dan bahkan dokter-pun sudah angkat tangan. Apa yang terjadi dengan Diana?.

"Kerusakan itu telah mengenai saraf utama. Itu yang membuat saya sukar bernafas. Saya sudah tidak bisa berjalan". "Hancur... rasanya hancur-hancuran".

Berasal dari rasa kesemutan biasa, Diana tidak menyadari bahwa itu adalah awal dari kehancuran hidupnya.

Saya berusaha untuk bangun dari tempat tidur, tapi saya merasa tidak kuat. Saya merasakan dada saya terlalu berat untuk mengambil udara. Untuk berjalan juga sama sekali tidak bisa.

Dengan rasa cemas, orang tua Diana melarikannya ke rumah sakit. Fatal, Diana tidak mampu lagi untuk berjalan, ia lumpuh.

Saya pulang dengan tidak sama seperti saya yang dulu, Diana yang dulu, yang bisa lari. Saya pulang....

Tidak lama kemudian, untuk kedua kalinya Diana dilarikan ke rumah sakit. Kali ini tubuhnya lumpuh total. Hanya dalam waktu satu bulan, hidupnya berada di ujung tanduk. Dokter menemukan virus ganas mematikan telah bersarang di tubuhnya.

Dokter mengatakan bahwa Diana akan mengalami gangguan pada kedua lengan dan tungkainya. Tapi kalau virusnya naik ke pusat pernafasan maka otot-otot pernafasannya akan terganggu sehingga Diana akan mengalami kesulitas bernafas hingga tidak bisa bernafas. Jika itu terjadi maka akibatnya akan fatal. Bahkan jika hal itu tidak segera ditangani maka itu akan membawa pada kematian.

Tulang punggung utama saya telah terkena virus, itu yang merusak semuanya. Saya tidak memiliki "rasa" lagi. Semuanya sudah mati rasa.

Seperti disayat, kenyataan pahit juga dialami kedua orang tua Diana. Marry Sitorus, ibunda Diana amat bersedih dengan keadaan ini.

Bagaimana ya, namanya seorang ibu yang membesarkan anak gadisnya hingga usia 29 tahun, lalu dapat penyakit seperti itu. Kayaknya mau runtuh dunia ini. Saya berdoa sambil menangis : "Tuhan tolong anakku, Tuhan".

Ayah Diana, M.Panjaitan hanya bisa berdoa
Hampir setiap saat saya berdoa : "Tuhan, cabut dan sembuhkanlah anakku ini"

Namun bayang-bayang kematian semakin dekat mengejar Diana. Hidup Diana hanya bergantung dari suntikan demi suntikan.

Saya nggak siap untuk meninggal, saya nggak siap untuk mati saat itu. Saya nggak bisa bernafas, rasanya sesak. Saya baru tahu nafas itu sungguh mahal. Saya seperti marah pada Tuhan. Kayanya semua harapan saya di tahun ini sirna, hancur. Kayanya saya kesel banget.

Dr. Freddy Sitorus, spesialis saraf RS. Cikini
Pada saat Kebaktian Kebangunan Rohani Benny Hinn saya bilang pada Diana : "Kamu harus pergi ke sana. Karena kalau manusia tidak bisa menyembuhkan, Tuhan Yesus bisa menyembuhkan."

Di bulan Maret itu saya benar-benar harus pergi ke sana. Iman Diana membuatnya yakin, hidupnya masih punya harapan. Namun di tengah lautan manusia dan matahari yang membakar di daerah Ancol Jakarta, tiba-tiba Diana kehabisan oksigen. Orang tua Diana, M. Panjaitan hanya bisa meminta bantuan tim doa untuk berdoa.

Ketika tim doa mulai berdoa untuk Diana, tanpa disadari lawatan Tuhan mulai terjadi pada hidupnya. M. Panjaitan menyaksikan mujizat terjadi pada diri putrinya. Saat diminta untuk berdiri, saat itu juga dengan tertatih-tatih Diana berdiri. M. Panjaitan hanya bisa mengagumi Tuhan : Tanpa terasa saya mencucurkan air mata : "Sungguh hebat Kau Tuhan... sungguh hebat".

Diana merasa takjub
Hati saya merasa plong. Saya merasakan hawa hangat ada sampai di pinggang saya ini
Saya nggak menyangka saya bisa berdiri... saya bisa berdiri. Saya merasa : "Oh My God". Puji Tuhan aku bisa berjalan lagi. Aku nggak pakai tabung oksigen lagi.

Tak hanya tahu, kini Diana bisa mengalami kuasa Tuhan
Nafas itu sungguh mahal, dan yang membuat nafas itu sungguh luar biasa. Kalau Dia mau menghentikannya, saat itu juga nafas itu akan berhenti, walau mau dikasih oksigen seberapa banyaknya, kalau dia bilang "stop" maka "stop". Jadi, hargailah Tuhan.

Beginilah firman Allah, TUHAN, yang menciptakan langit dan membentangkannya, yang menghamparkan bumi dengan segala yang tumbuh di atasnya, yang memberikan nafas kepada umat manusia yang mendudukinya dan nyawa kepada mereka yang hidup di atasnya: "Aku ini, TUHAN, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa (Yesaya 42:5-6)
Halaman :
1

Ikuti Kami