Evakuasi Korban Banjir Dibisniskan

Nasional / 2 February 2007

Kalangan Sendiri

Evakuasi Korban Banjir Dibisniskan

Puji Astuti Official Writer
6081

JAWABAN.com - Jakarta - Sekelompok masyarakat yang bertindak sebagai sukarelawan bagi korban banjir di daerah permukiman elit Kelapa Gading disebut-sebut meminta sejumlah bayaran kepada masyarakat yang minta bantuan evakuasi. sukarelawan mirip premanisme ini terjadi sejak banjir Sabtu (4/2) lalu.

Pada awalnya hanya menerima dana dari korban seadanya, namun beberapa hari terakhir mereka diinformasikan mematok tarif khusus. Sementara sukarelawan dari luar yang benar-benar ingin membantu korban banjir justru diusir.

Kasus itu terungkap saat sejumlah sukarelawan dari Federasi Panjat Tebing Indonesia Pengurus Daerah DKI (FPTI DKI) mencoba membantu mengevakuasi korban banjir di Kelapa Gading. Kebetukan, ada juga beberapa keluarga dari pengurus FPTI DKI yang tinggal di kawasan Kelapa Gading. "Saat mereka masuk ke daerah Kelapa Gading dengan membawa perahu karet justru dihadang oleh warga sekitar dengan alasan mereka bisa menanggulangi sendiri," kata seorang anggota FPTI DKI yang enggan disebut namanya kepada SH, Kamis (8/2) pagi.

Menurut dia, warga disana memaksa para sukarelawan yang berangkat dari posko di IBI (Institut Bisnis Indonesia) yang berkampus diYos Sudarso, pada Minggu (5/2) balik pergi. Pasalnya, penduduk disana sudah menyediakan gerobak, ban dalam, untuk membantu warga perumahan di Kelapa Gading melampaui genangan banjir. "Daripada kita ribut, lebih baik pergi aja," katanya.

Para sukarelawan ini tidak hendak menonjolkan diri, katanya, karena pekerjaan evakuasi adalah tanggung jawab bersama. Anggota FPTI, yang notabene adalah pemanjat tebing dikenal bertangan kuat, jadi pas untuk tugas menarik tali perahu.

Para sukarelawan ini pun terpaksa balik dan berkumpul di salah satu pos di Bulungan, Kebayoran Baru. Disana dua aktivis FPTI DKI ini baru mendengar cerita dibalik kejadian menjengkelkan yang mereka alami.

Menurut rekan-rekan sukarelawan yang sudah lebih dahulu masuk ke kawasan Kelapa Gading, awal "swastanisasi" evakuasi ini ketika para pemilik rumah kawasan mewah Kelapa Gading di bagian muka menawarkan uang jasa untuk bantuan para sukarelawan. Ketika tim evakuasi hendak masuk menuju kawasan yang lebih dalam dan kedalam genangan tinggi, mereka dipanggil para penghuni rumah dan ditawari uang untuk mendahulukan mereka. "Itu mungkin awalnya," begitu komentar lajang dari etnis Batak ini.

Menurut Syaiful Bahri, senior pemanjat di FPTI DKI yang juga terlibat dalam aksi evakuasi, para penduduk membuat rakit dari drum dan jerigen yang diberi kaso agar mengapung dan bisa diduduki. Mereka mematok harga antara 30 ribu hingga 50 ribu rupiah untuk angkutan banjir ini. "Mereka itu dari kalangan ekonomi bawah memang, dan sebetulnya rumah mereka juga kebanjiran," jelas dia yang biasa dipanggil Ipul : "Karena air sedada, jadi mereka bisa mendorong rakit buatan ini."

Ipul menceritakan kejadian yang dialami timnya ketika berusaha memenuhi permintaan teman mereka untuk dievakuasi di kawasan Kelapa Gading. Baru setelah negosiasi dan berjanji hanya membantu satu keluarga itu saja, mereka bisa melanjutkan tugasnya pada Sabtu (4/2) lalu. Bayangkan betapa harus teganya mereka menolak panggilan permintaan bantuan dari rumah-rumah lainnya, dan tawaran uang jasa, karena terikat janji untuk membantu hanya satu keluarga tertentu.

Polisi Membantah

Menanggapi isu premisme yang marak dalam evakuasi korban banjir di kawasan elit Kelapa Gading Jakarta Utara, Humas Polda Metro Jaya Kombes I Ketut Untung Yoga Ana membantah terjadi peristiwa tersebut. Yoga mengatakan belum menerima informasi seputar maraknya pungutan liar bagi korban banjir.

"Tidak ada itu. Saya tidak pernah dengan ada aksi premanisme dalam evakuasi warga," terangnya kepada SH Kamis (8/2) pagi.

Menanggapi kemungkinan terjadinya pungutan liar terhadap korban banjir, Yoga mengatakan agar warga mempunyai inisiatif segera melaporkan kejadian tersebut kepada aparat yang berada di lokasi kejadian. "Kalau terjadi hal semacam itu, warga harus melapor ke aparat. Di sekitar sana banyak aparat yang dapat membantu," ujar Yoga.(nat)

Sumber : Adiseno/ Romauli - sinarharapan.co.id
Halaman :
1

Ikuti Kami