Lem Perekat Dalam Pernikahan

Marriage / 17 December 2005

Kalangan Sendiri

Lem Perekat Dalam Pernikahan

Fifi Official Writer
4975
Dalam bagian terakhir dari lima tulisan, Dr. Eckman membukakan esensi yang terkandung dalam pernikahan yang abadi.

Gairah menciptakan hubungan, namun belas kasih akan menyokong hubungan itu. Belas kasih adalah suatu kebutuhan karena semakin lama pasangan tinggal bersama, semakin banyak mereka akan menerima perbedaan. Pria dan wanita benar-benar berbeda. Dasar perbedaan yang esensi ini dijelaskan dalam kitab Kejadian pasal 2. Disana disebut bahwa Tuhan memfokuskan pria pada penggenapan suatu tujuan sementara wanita pada penciptaan hubungan. Jika perbedaan tersebut dan yang lain-lainnya dapat diapresiasi dengan baik oleh mereka maka pasangan ini akan menjadi team kuat yang bergantung satu sama lain.

Kitab Suci memberi dorongan terhadap satu jenis belas kasih yang membuat sepasang orang menjadi "pihak yang merasakan emosi pihak lainnya". Itulah yang kemudian disebut dengan simpati (1 Petrus 3:8). Ketidakpercayaan menjadi tidak terpikirkan karena hati satu pihak sekarang merasakan pahit dan senangnya hati pihak lainnya yang menjadi pasangannya.

Belas kasih melekatkan pasangan dalam pernikahan. 1 Petrus 3:7-8 memiliki bobot tekanan dalam hal belas kasih. Ayat 7 mengatakan pada kaum pria untuk hidup dengan istrinya dengan memiliki pengetahuan pribadi tentang pasangannya. Keduanya telah menerima karunia Tuhan dan hati keduanya harus saling berbagi dengan baik. Di ayat berikutnya mereka diminta untuk mempunyai pikiran yang sama dan menjadi teman yang menerima satu sama lain. Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang. Dan akhirnya, hendaklah kamu semua seia sekata, seperasaan, mengasihi saudara-saudara, penyayang dan rendah hati.(1Petrus 3:7-8)

Mungkin saja bentuk ekspresi yang paling kuat dari belas kasih adalah suatu simpati. Perasaan loyal menjadi suatu insting dan kepercayaan menjadi jaminan karena simpati membuat dua hati ditempa menjadi satu. Dalam zamannya Rasul Petrus, simpati dari kaum pria begitu dibutuhkan. Dua ribu tahun yang lalu, seorang istri kadang mempunyai 6-8 anak dan kematian sewaktu melahirkan adalah hal biasa. Dari semua anak yang dimiliki seorang wanita, hanya setengahnya saja yang bertahan melewati masa kanak-kanak. Stress secara fisik dan emosi berhembus amat kuat. Kala itu suami-suami Kristen diminta untuk mempunyai perhatian yang besar. Inilah yang mengekspresikan bagaimana seorang pria harus memperlakukan wanita sebagai kaum yang lebih lemah bagaikan bejana yang mudah pecah.

Dalam dunia kuno itu, semakin mudah pecah sebuah bejana, semakin berharga bejana itu. Bejana emas dan perak dalam zaman kuno amat mudah pecah namun amat dibutuhkan. Untuk wanita, kelahiran anak membawa pada situasi yang "mudah pecah"; penilaian Tuhan terhadap wanitalah yang membawa suatu kelayakan. Mudah dipahami jika di jaman modern ini jumlah anak-anak dari suatu pasangan mengalami penurunan yang tajam. Keluarga tidak lagi mempunyai anak yang banyak. Namun prinsipnya tetap sama. Seorang suami harus menilai istrinya sebagai manusia yang penuh kelayakan dan tidak hanya sebagai "satu dari banyak kawan laki-laki".

Rasul Petrus mengatakan bahwa tujuan dari ini semua bagi satu pasangan adalah untuk mewarisi berkat Tuhan (1 Petrus 3:9). Dalam kitab Kejadian 1 menceritakan bagaimana Tuhan memberkati Adam dan Hawa dan menyuruh mereka memerintah bumi. Walau sejak itu terjadi kejatuhan moral dalam kemanusiaan, Tuhan tetap mempunyai maksud memperbaiki berkat itu.

Sejauh pasangan suami istri hidup bersama, mereka akan mempunyai gairah yang bekerja untuk mereka sendiri, belas kasih akan membuat dalam suatu hubungan. Waktu akan menciptakan balutan baja yang melindungi hati mereka. Mereka akan terus mewarisi berkat yang dari Tuhan.

Tentang penulis

David Eckman adalah pendiri dan dosen senior dari Kesed Seminar, organisasi nirlaba yng berdedikasi mengenalkan oarng pada Kasih Tuhan. Nama organisasinya, Kesed datang dari bahasa Ibrani yang berarti kasih yang loyal. Kesed Seminar adalah bentuk seminar dan training yang bekerja sama dengan Campus Crusade, gereja, denominasi, sekolah dan organisasi kerohanian untuk membawa transformasi secaa spiritual bagi banyak institusi. Dr. Eckman dan istrinya Carol telah menikah selama 30 tahun dan mempunyai dua orang anak.
Halaman :
1

Ikuti Kami