Kehangatan Rengkuhan Tuhan

Family / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Kehangatan Rengkuhan Tuhan

Admin Spiritual Official Writer
6741

Sejak Chuenjit Muangkaew lahir ke dunia ini, ia harus menghadapi ketidaksukaan orang-orang di sekelilingnya. Satu-satunya alasan adalah karena tubuhnya yang lebih mungil daripada orang-orang biasa. Chuenjit dilahirkan dengan prematur sehingga tubuhnya lebih kecil daripada orang lain pada umumnya. Dimata teman masa kanak-kanaknya, ia hanyalah seorang badut dimana orang bisa mempermainkannya.

Waktu saya muda, saya tidak mempunyai banyak teman. Dalam sebagian besar waktu yang ada, saya hanya bisa menyaksikan bagaimana orang-orang melihat saya dan merasa kasihan pada saya. Tapi kadang-kadang mereka juga mempermainkan saya. Mereka mengatakan saya adalah anak siput yang seharusnya tidak lahir. Saya dianggap seperti mahluk berbeban berat yang bergerak lambat.

Chuenjit sangat marah sekaligus sedih dengan julukan anak siput yang orang berikan padanya. Dia sering menghabiskan waktunya sendirian dan mengubur dirinya dalam ketakutan, malu dan kesedihan. Ini juga yang membuatnya menjadi orang yang tidak percaya diri. Apapun yang terjadi atas dirinya, ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri.

Orang melihat saya seperti manusia tabung. Mereka melihat saya seperti orang kerdil, orang yang tidak normal. Sewaktu kecil, tidak seorangpun yang mau menyentuh dan menggendong saya seperti anak yang lainnya.

Semakin sering Chuenjit mendengar perkataan negatif seperti itu, ia menyerapnya dalam pikirannya dan akhirnya mempercayainya. Chuenjit tidak pernah menyukai dirinya sendiri. Ia benci dekat dengan orang lain karena ia begitu takut akan diperbandingkan.

Saya takut... saya begitu takut bila saya tidak akan dapat memiliki sahabat atau tidak ada orang yang mau menerima saya. Saya takut ditolak dan tidak diterima orang lain. Kalau saya melihat orang lain, saya merasa senang dengan apa yang mereka bicarakan. Orang lain selalu bicara dengan penuh sukacita, sangat berbeda dengan apa yang saya rasakan. Saya hidup tanpa kegembiraan dan ketika saya melihat orang lain bangkit untuk menguatkan orang lain, itu kelihatan sangat kreatif bagi saya. Lalu saya melihat kepada diri saya sendiri, saya menemukan diri saya hidup dalam dunia yang sepi. Dunia dimana saya takut bertemu dengan orang lain.

Untuk meluapkan perasaannya, kadang-kadang Chuenjit melakukan ritual aneh. Ia menempelkan pipinya pada dinding gentong air agar supaya dinginnya gentong itu turut mendinginkan hatinya. Terkadang ia memasukkan kepalanya ke dalam gentong air sehingga Chuenjit bisa berteriak dan mendengarkan suaranya sendiri. Ia percaya bahwa gentong ini dapat mengerti dirinya dan mendengarkan luka hatinya.

Chenjit harus berjuang melawan banyak perasaan yang muncul di dalam dirinya. Kadang-kadang ia menolak kasih dan penerimaan orang lain. Kesedihannya dan rasa kasihan terhadap diri sendiri begitu menguasai dirinya. Beberapa tahun kemudian ia pindah dan tinggal bersama kakak perempuannya. Disini Chuenjit senang belajar seni, namun ia ternyata gagal dalam ujian. Kekecewaannya bertambah dalam saat kakaknya ikut menghina dirinya akibat kegagalan ini.

Saya tidak menyukai diri saya, mengapa saya begitu berbeda dengan orang lain?. Saya tidak pandai dan saya selalu lebih rendah dibandingkan dengan orang lain.

Penghinaan kakak perempuan Chuenjit serta rasa sakit yang ia rasakan membuatnya ingin menjadi seorang biarawati. Sebelum ia memutuskan untuk pergi ke biara, ia berkunjung ke tempat kakak perempuannya yang lain. Di rumah inilah ia menyaksikan sebuah program yang berbicara tentang kasih Tuhan. Pembawa acara mengatakan bahwa kasih Tuhan itu tidak bersyarat dan Dia mengasihi manusia dengan apa adanya. Bagi Chuenjit ini merupakan berita terbesar yang pernah ia dengar. Ia memutuskan untuk menyaksikan program supaya ia dapat menemukan kasih yang ia nantikan.

Chuenjit memutuskan untuk mendatangi program yang ia saksikan di televisi. Di tempat itu, ia bertemu dengan hamba Tuhan yang mau melayani pergumulan hatinya. Hamba Tuhan ini juga mengajarkan bahasa Inggris baginya. Sejak itu Chuenjit menjadi tertarik untuk belajar bahasa Inggris. Penerimaan di tempat inilah yang membawa Chuenjit mengenal kasih yang sejati.

Saya merasakan kehangatan kasih dari hamba Tuhan itu. Hamba Tuhan itu tidak dapat berbahasa Thailand namun ia mau mengajar bahasa Inggris tiga hari dalam seminggu. Saat saya satu waktu mengikuti ibadah, saya dapat merasakan perhatian oleh jemaat gereja tersebut. Mereka menerima saya dengan cara yang belum pernah saya alami sebelumnya. Atmosfernya begitu hangat.

Akhirnya Chuenjit menerima Yesus dalam hidupnya. Tuhan Yesus memberikan damai sejahtera dan karunia sama seperti Dia juga melepaskan perasaan buruk yang Chuenjit miliki. Chuenjit mulai merasa bangga dengan dirinya, perspektif dirinya dipulihkan.

Sejak saya memiliki Kristus, saya tidak begitu memperdulikan hal-hal negatif yang orang katakan tentang saya. Saya tidak lagi menjadi putus asa dengan pendapat orang lain. Keadaan mulai jelas bagi saya. Pernah suatu saat saya berdoa, saat berdoa inilah saya melihat cairan amoniak. Ibu saya pernah bercerita tentang saat ia mengandung diri saya, tetapi saya sendiri belum pernah melihat orang melahirkan. Dalam doa saya melihat gambaran cairan amoniak dan air mata seseorang. Orang itu lalu menggendong bayi dengan dua tangannya. Ketika orang itu menjamah si bayi, saya merasakan kehangatan. Saya merasakan tangan Tuhan menjamah bayi itu. Saya tahu bahwa bayi itu adalah saya. Saya juga tahu bahwa tangan besar yang menggendong bayi itu adalah Tuhan sendiri. Saya tahu Tuhan telah menyembuhkan saya.

Tuhan memulihkan hidup Chuenjit. Ia tidak lagi merasa takut dan kuatir dengan orang-orang di sekelilingnya. Chuenjit bersedia bersahabat dengan siapapun. Dia begitu bangga dengan dirinya karena tahu bahwa ia sangat berharga dimata Tuhan.

Dengarkanlah Aku, hai kamu yang mengetahui apa yang benar, hai bangsa yang menyimpan pengajaran-Ku dalam hatimu! Janganlah takut jika diaibkan oleh manusia dan janganlah terkejut jika dinista oleh mereka. Sebab ngengat akan memakan mereka seperti memakan pakaian dan gegat akan memakan mereka seperti memakan kain bulu domba; tetapi keselamatan yang dari pada-Ku akan tetap untuk selama-lamanya dan kelepasan yang Kuberikan akan lanjut dari keturunan kepada keturunan. (Yesaya 51:7-8)

Sumber Kesaksian: Chuenjit Muangkew

Halaman :
1

Ikuti Kami