Hingga Seruan Dipanjatkan

Family / 12 December 2005

Kalangan Sendiri

Hingga Seruan Dipanjatkan

Admin Spiritual Official Writer
5726

William terlahir normal sebagaimana bayi pada umumnya. Namun ketika menginjak usia dua tahun barulah terlihat keanehan pada diri anak ini. Keanehan inilah yang membuat ibunya, Hilda amat cemas.

Pada saat dia berjalan, anak saya ini selalu jinjit. Dia juga suka membenturkan kepalanya. Mobil-mobilan yang dimilikinya hanya dia putar-putar rodanya. Pada saat mainannya diambil oleh kakaknya, dia tidak pernah menoleh atau marah. Pokoknya anak saya ini tidak memberi respon.

Ternyata belakangan diketahui bahwa William ini menderita autisme, kelainan yang menyerang syaraf otaknya. Hilda mencari nasehat dokter untuk hal ini.

Saya konsultasi pada dokter anak. Dokter itu menganjurkan supaya anak saya mendapat terapi untuk bicara. Tapi dari awal masuk terapi sampai akhirnya, anak saya hanya berteriak-teriak terus. Tidak ada hasilnya sama sekali. Kami juga kesulitan mencari sekolah umum untuk William ini. Tapi yang luar biasa terjadi, ada sebuah sekolah yang mau menerima dia.

Keberuntungan ini tidak membuat Hilda bersyukur.
Tapi waktu itu saya sama sekali tidak pernah merasa bersyukur kepada Tuhan. Saya merasa semua ini terjadi karena usaha saya.

Sekolah ternyata tidak menyelesaikan masalah.
Di sekolah, dari awal masuk sampai waktunya pulang itu anak saya terus mengamuk. Yang sering membuat saya kesulitan adalah pada waktu pulang karena di jalan-pun dia seringkali berguling-guling. Saya jadi sering memarahi William, mencubiti dan memukulinya. Kadang-kadang kalau dia sudah jongkok di jalan, saya tendang anak saya dengan kaki saya sendiri.

Keadaan William amat menyulitkan Hilda
Begitu saya naik angkot, saya harus bawa tas ranselnya dan juga harus menggendong dia. Saya tidak bisa langsung melepas dia. Anak saya ini tidak bisa disentuh barang sedikitpun oleh orang lain karena dia akan marah dan berteriak. Dan dari awal marah sampai berhenti, lama sekali waktu untuk redanya. Saya jadi sering menghadapi orang-orang yang marah kepada saya. Kadang-kadang saya bahkan diusir keluar dari angkot yang saya naiki.

Suami dan kakak William menjadi pelampiasan Hilda.
Untuk berdoa pada Tuhan tidak pernah saya lakukan saat itu. Saya hanya bisa jengkel : "Kenapa saya harus mendapatkan masalah seperti ini?". Saya hanya bisa melampiaskan kemarahan saya kepada anak saya yang pertama dan kedua. Saya minta mereka mengerti keadaan saya dan mau membantu saya. Kadang-kadang kata-kata yang kasar saya keluarkan pada anak-anak saya. Saya selalu mengusir anak-anak saya, saya selalu sediakan satu plastik kresek baju-baju mereka dan menyuruh mereka pergi keluar supaya saya tidak perlu bertemu terlalu banyak orang.

Dan pada suami sendiripun saya terkadang marah-marah ketika ia pulang dari kerja. Jika saya sudah capai saya lebih suka marah-marah. Kadang-kadang saya tidak mau bicara pada suami. Hal itu setring terjadi. Paling cepat saya mau bicara lagi dengan suami saya satu minggu kemudian. Bahkan pernah satu bulan saya tidak pernah mau berkomunikasi dengan dia.

Dalam puncak deritanya, Hilda berseru pada Tuhan.
Akhirnya saya tidak kuat lagi. Untuk pertama kalinya saya lalu berseru nama Tuhan. Saya katakan : "Tuhan Yesus tolong saya, saya sudah tidak kuat lagi menghadapi William. Tuhan tolong saya!". Waktu itu saya seperti mendengar suara yang berkata : "Ambil kaset, ambil kaset!". Sampai akhirnya saya berdiri dan mengikuti suara itu. Saya akhirnya masuk kamar dan jongkok. Saya sendiri heran kenapa saya bisa pergi ke laci itu.
Saya lalu mengambil satu kaset di laci dan saya melihat bahwa di sampul kaset itu satu nomor telepon persekutuan.

Hilda menguatkan hati datang ke persekutuan itu.
Akhirnya saya katakan bahwa di hari Minggu sore saya akan coba untuk beribadah di tempat itu. Saat itulah saya mulai mencurahkan semua permasalahan saya. Yang tadinya saya tidak pernah mau membicarakan masalah saya yaitu memiliki anak autis. Tetapi di tempat itu saya minta didoakan. Saya lalu merasakan sepertinya ada aliran yang mengalir dalam tubuh saya. Saya merasa mendapatkan kekuatan dari Tuhan.

Ia terus bertekad datang pada Tuhan.
Pada saat saya dibaptis selam saya menutup mata dan berkata : "Tuhan, satu permintaan saya agar anak saya William dapat Tuhan sembuhkan. Apapun yang harus saya hadapi dengan William, akan saya hadapi." Dan sungguh sesuatu yang luar biasa saya alami. Saya seperti dikelilingi satu cahaya yang sangat terang dan saya mendengar Tuhan berkata : "Anakmu akan sembuh!". Saya langsung beriman dan berpegang pada apa kata Firman Tuhan dan yakin bahwa William pasti akan sembuh.

Saat pulang ke rumah saya tidak melihat ada perubahan pada diri William. Sama sekali tidak ada kemajuan dalam diri William. Tapi saya bersykur karena mendapatkan kekuatan dari Tuhan. Saya hanya bilang : "Tuhan saya serahkan William pada Tuhan"

Tuhan menjawab iman harap Hilda.
Waktu itu tanggal 6 April saya memang harus konsultasi pada dokter. Waktu itu kami belum masuk jalan tol Cikampek dan kami ada dalam kemacetan. Di sebelah mobil kami ada sebuah truk kontainer. Dan yang ajaib adalah anak saya langsung mulai berusaha mengeja huruf di badan truk itu. Saya hanya bisa berterima kasih pada Tuhan. Saya ingat bahwa tahap demi tahap Tuhan akan menyembuhkan William. Padahal saya belum melihat sesuatu yang lain, tapi melihat William mencoba berbicara saja saya sudah begitu senang.

Kuasa Tuhan terus dinyatakan dalam hidup William.
Dan waktu di dokter-pun sesuatu yang luar biasa terjadi. Saat dipanggil dia langsung melihat dan waktu ditanya warnapun anak saya langsung bisa menjawab. Ditanya bentuk dia juga bisa menjawab. Disitu saya langsung menangis dan bersyukur pada Tuhan. Kemajuan yang sungguh luar biasa. Disitu saya baru bersyukur pada Tuhan, semua itu karena kasih Tuhan dan bukan karena kekuatan manusia.

Kini William sekolah seperti anak normal lainnya. Bahkan seorang gurunya tidak mempercayai jika William berasal dari latar belakang kelainan autisme.

Hanya syukur yang bisa keluarga ini katakan.
Saya hanya bisa bersyukur pada Tuhan karena Tuhan begitu baik dengan kasih dan anugerahnya sehingga Tuhan memulihkan keluarga kami seluruhnya. Demikian juga dengan William yang Tuhan sudah jamah sehingga bisa disembuhkan dari sakit autisme-nya.

Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku. Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju! Biarlah aku mendengar kegirangan dan sukacita, biarlah tulang yang Kauremukkan bersorak-sorak kembali! (Mazmur 51:7-11)

Sumber Kesaksian: Hilda dan William

Halaman :
1

Ikuti Kami