Anakku Doyan Jajan

Parenting / 21 November 2005

Kalangan Sendiri

Anakku Doyan Jajan

Fifi Official Writer
5360
Anak adalah permata hati buah cinta kasih. Kehadiran seorang anak di tengah-tengah keluarga mempunyai kebahagian tersendiri. Untuk membahagiakannya,terkadang apa saja dilakukan orang tua, termasuk memberikan uang jajan yang berlebihan. Akibatnya anak berprilaku konsumtif.

Bagi orangtua yang berekonomi menengah ke atas, tentu tidak masalah jika anaknya hobi jajan. Tapi, bagi mereka yang berpenghasilan pas pasan tentu jadi masalah. Parahnya lagi, kalau si anak sudah berani minta uang buat jajan pada orang lain atau mengambil uang orang tuanya. Kalau hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan kebiasaan seperti ini akan terbawa bawa saat ia remaja atau dewasa.

Kebiasaan anak jajan di luar rumah mungkin saja, karena apa yang disajikan di rumah tidak menarik baginya. Kebiasaan mengemil turut juga mendukung anak untuk jajan. Selain itu, anak bisa saja meniru sifat orang tuanya yang "royal" belanja. Apalagi kalau orang tuanya terbiasa memberikan uang yang cukup banyak pada anak dan gampang menuruti keinginan anaknya.

Susahnya, kalau ada campur tangan orang lain. Bisa saja orang tua mengerti tentang bahayanya si tukang jajan. Tapi mungkin keluarga terdekat tidak, misalnya neneknya, tante dan orang lain yang memberinya uang, agar anak merasa senang atau nyaman berdekatan dengan mereka, inilah salah satu kesempatan bagi anak untuk berlaku konsumtif . Karenanya, pihak orang tua tidak perlu sungkan untuk mengingatkan siapapun, termasuk seluruh anggota keluarga untuk mendidik anak agar tidak berlaku konsumtif.

Selain faktor di atas peran iklan cukup besar memberikan pengaruh terhadap jajan si anak. Apalagi untuk saat ini, iklan jajanan anak anak begitu bombastisnya muncul dilayar televisi. Program tersebut dikhawatirkan membuat anak akan berlaku konsumtif. Orang tua juga disarankan agar jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan dan pelarian. Kasihan anak sudah melihat tapi tidak membeli.

Lantas, untuk menghindari anak tidak merengek membelikan sesuatu bolehkah orang tua mengatakan tidak punya uang? Sebaliknya jangan mengatakan itu, sebab begitu anak tahu orang tua punya uang, secara tidak langsung telah mendidik anak untuk berbohong. Gunakanlah bahasa yang sederhana, tapi jangan membohongi anak. Jangan pula terlalu mengekang anak, hal ini nantinya dikhawatirkan akan berdampak negatif. Karena orang tuanya tidak memberikan uang, bisa saja si anak mengambil uang milik temannya.

Anak yang kecanduan jajan tidak hanya membahayakan kedua orang tua, tapi juga masa depan si anak. Jajanan di luar tidak selamanya menjamin kesehatan. Perlu disosialisasikan bahwa makanan bergizi lebih baik dari pada makanan menarik. Jangan biasakan anak berlaku boros.

Cara Mengatasi
Pertama, usahakan membuat penganan sendiri yang sederhana setiap hari.
Kedua,sering berdialog dengan anak tentang efek buruk sikap konsumtif.
Ketiga,dampingi mereka ketika melihat tayangan iklan di televisi tentang beragam makanan.
Keempat,kalaupun memberikan uang jajan kepada anak berikanlah sepantasnya. Arahkan untuk tidak membeli makanan yang kurang terjamin kebersihannya maupun gizinya.
Kelima, berilah pujian terhadap anak yang disiplin dan tidak membelanjakan uangnya untuk membeli jajanan yang dilarang orang tua.
Keenam, giatkan budaya menabung dalam keluarga dan berilah penghargaan yang pantas bagi anak yang rajin menabung.
Ketujuh, tidak ada salahnya memperlihatkan anak-anak yang sakit akibat kekurangan gizi atau mengkonsumsi makanan pabrik secara berlebihan (mungkin lewat bacaan-bacaan atau tontonan).
Kedelapan, jangan menjadikan supermarket sebagai tempat hiburan bagi anak. Jadikanlah perpustakaan atau toko buku sebagai tempat hiburan agar mereka gemar membaca.

Pada akhirnya, perlu diketahui bahwa anak-anak mengkonsumsi jajanan itu tidak hanya sebulan atau dua bulan, namun bertahun-tahun mungkin selama bersekolah di tempat tersebut atau dilingkungan rumah. Jadi, sangat penting sekali untuk membatasi jajanan anak. Dari penelitian BPOM diketahui, sebagian besar penganan yang dijajakan untuk anak-anak mengandung bahan-bahan berbahaya seperti pewarna, pengawet, dan pemanis buatan. Untuk pemanis buatan, relatif tak berbahaya. Namun, anak-anak membutuhkan energi yang berasal dari gula alami bukan diganti dengan gula lainnya. Jika Anda bijak, sebagai orang tua jangan ragu mengatakan, "tidak" atau "jangan" kepada anak. Kata-kata itu hendaknya disertai alasan yang masuk akal
Halaman :
1

Ikuti Kami