Jika Aku Tua Nanti..

Parenting / 26 July 2012

Kalangan Sendiri

Jika Aku Tua Nanti..

Puji Astuti Official Writer
5685

Hari ini saat mengantar Joel ke kursus kami bertemu dengan seorang tua pemungut barang bekas yang sedang mendorong gerobaknya. Suatu pemandangan yang sangat biasa di Korea. Di negeri yang belum lama masuk dalam kategori berkembang ini,  kehidupan para orang tualah yang paling tidak menguntungkan. Karena perbaikan gizi maka usia harapan hidup sekarang melewati 80 tahun padahal rata-rata orang pensiun pada saat berusia 60 tahun.  Berarti selama paling kurang 20 tahun mereka hidup tanpa perkerjaan dan menggantungkan hidup pada anak-anak atau negara.

Tapi generasi bekas perang ini sangat tangguh. Mereka tidak suka tinggal diam dan menganggur di rumah. Rata-rata bertubuh kecil dan bungkuk para orang tua ini kebanyakan bekerja sebagai tukang bersih-bersih atau pengumpul barang bekas. Merekalah yang boleh dikata telah berhasil membawa anak-anak mereka pada tingkat pendidikan yang tinggi dan karir yang gemilang.

Alasan mengapa para orang tua ini miskin dan tanpa pekerjaan adalah, pertama, belum ada sistem pensiun yang baik di waktu silam. Kedua, karena ketika muda mereka bekerja keras untuk menyekolahkan anak dan mengawinkan mereka.

Pendidikan telah menjadi ujung tombak kekeberhasilan Korea Selatan. Menyekolahkan anak menyita 30-50% pendapatan orang tua. Harapan para orang tua ini, anak mereka kelak akan memasuki universitas terbaik di negeri dan mendapatkan pekerjaan yang baik pula.

Setelah berhasil membawa anak ke jenjang karir yang maksimal masih ada satu lagi tanggung jawab orang tua : menyiapkan pernikahan anak-anak mereka. Pesta pernikahan memakan biaya puluhan ribu dollar. Tidak bisa dihindari, karena itulah salah satu ukuran kesuksesan orang tua yang dinilai masyarakat. Kewajiban orang tua pula untuk menyediakan apartemen buat pengantin pria dan isi rumah buat pengantin wanita. Mengingat harga rumah/apartemen di Korea sebagai salah satu yang tertinggi di dunia tidak heran kalau seluruh simpanan, pesangon, pensiun atau asset dari orang tua akan ludes saat itu.

Seharusnya orang tua tinggal dengan anak laki-laki mereka. Tapi mengingat para anak laki-laki ini sibuk bekerja dan biasanya istri mereka tinggal di rumah maka mungkin sekali para orang tua ini tidak betah kalau harus tinggal dengan menantu. Apalagi kebanyakan rumah di Korea kecil ukurannya.

Sebagai seorang ibu dengan 2 anak laki-laki, saya mentatap jauh ke masa depan. Sambil memegang Joel, saya bercanda. Berbicara mengenai kehidupan...

Mom : Joel, lihat orang tua itu..sudah sangat tua, bekerja sangat keras dihari yang sangat panas.

Joel : Iya, Mom.

Mom: Joel, kalau mami tua nanti bisa gak mami tinggal di rumah Joel?

Joel: Mmmm..bisa kali.

Mom: (tertawa pahit), 'kok bisa kali'? Apa mami harus jadi kayak orang tua itu? (*wink)

Joel: Maminya mami (Oma) sekarang ngapain?

Mom: Tinggal di rumah.

Joel: Ada kerjaan gak?

Mom: Gak.

Joel: Mami kalau sudah tua juga tinggal di rumah kayak oma.

Mom: Tapi oma punya rumah, punya uang pensiun, mami gak.

Joel: (menatap maminya dalam-dalam) oh well...kalau gitu mami bisa tinggal di rumah Joel.

Anak-anak itu jujur dan polos, yang pahit harus di telan, yang manis harus dinikmati. Saya masih pengen tahu lebih banyak lagi hati anak saya itu...*maybe it's too much. 

Mom: Gimana kalau istri Joel gak mau mami tinggal bersama?

Joel: Kenapa gak mau?

Mom: (angkat bahu) entahlah, sebagian orang gak mau direpotin dengan orang tua. (*testing)

Joel: Oma yang di Hong Kong itu maminya siapa?

Mom: Maminya Daddy.

Joel: Oh, Joel lihat mami dan oma Hong Kong suka 'ciuman' (*pipi)

Mom: Jadi....

Joel: Berarti mami bisa 'get along' dengan istrinya Joel..

Mom: hahahaha.....

Perjalanan di tengah hari yang terik di bawah pohon-pohon yang rindang membuka pintu kehidupan ini. Saya bisa tertawa dengan jawaban polos anak saya yang berusia 8 tahun ini. Ternyata kehidupan kita ajarkan ke anak-anak melalui contoh. 

Saya tidak yakin akan terlantar di hari tua, tapi kalau itu harus terjadi anak-anak adalah investasi kita. Bukan karena pendidikan mereka, bukan juga karena karir gemilang mereka tapi karena hati mereka. Apa yang telah mereka pelajari lewat kehidupan orang tua mereka. Nilai-nilai kehidupan itu adalah warisan bagi anak cucu kita.

Writer : Nancy Dinar

View Writer Profile

 

Baca juga artikel lainnya :

Sumber : Note FB Nancy Dinar
Halaman :
1

Ikuti Kami