Dibawah Ancaman, Terpaksa Aku Menikah Dengan Pemerkosaku
Sumber: Solusi

Family / 15 August 2013

Kalangan Sendiri

Dibawah Ancaman, Terpaksa Aku Menikah Dengan Pemerkosaku

evrianty Official Writer
91977

Namaku Nurbarita, sejak mama meninggal, perlakuan papa terhadapku beda banget. Ayah kerap mengutukiku dan bahkan mengusirku dari rumah. Ini terjadi karena ayah menyalahkan kematian mendiang ibuku sebagai kesalahanku, hal itu membuatku sangat tertolak.  "Gara-gara kamu mama kamu meninggal, gara-gara kamu mamamu meninggal" demikian ujar ayahku.

Tiga tahun kemudian, aku memutuskan untuk lari dari rumah. Aku hanya bilang begini pada Tuhan : "Aku nggak mau berhenti sampai disini. Ku harus berjuang sampai mendapatkan cinta, Tuhan!."

Di kota Medan itu akhirnya dapat kuselesaikan kuliah. Di kota itu pula aku mendapatkan pekerjaan sebagai kasir di sebuah showroom motor. Tak pernah terbayangkan olehku bahwa masa depan yang pahit akan singgah dalam hidupku.

Tanpa pernah kusadari bahwa salah seorang nasabah di tempat kerjaku sering memperhatikannya. Belakangan baru ku tahu bahwa orang itu bernama Suparno. Pada saat pembayarannya bermasalah tiga bulan, hampir empat bulan, motornya hendak ditarik karena dia tidak membayar, dia sering telepon. Dia sering ngomong seperti ini : "Mbak tolong dong saya dibantu!". Pertama kali saya melihatnya saya sudah takut, tapi temanku ternyata pacaran dengan temannya.

Suatu saat temanku itu meminta tolong untuk meminta Suparno mencari Agus. Rupanya Agus telah melakukan perbuatan yang tidak tercela padanya. Saat itulah aku mengiyakan untuk mendatangi Suparno

Aku marah pada dia (Suparno) : "No, ternyata temanmu seperti ini ya!?. Pokoknya gini saja : dalam sebulan dia tidak datang, tidak mau bertanggung jawab, kamu yang harus menikahi teman saya."

Akhirnya aku bersama Suparno mencari Agus. Yang ada di hatiku memang benar-benar ada ketakutan. Sudah jam 10 malam, Aku berpikir sudah cukup mencarinya lagi nanti karena besok harus bekerja. Aku mendesak Suparno mengantarnya pulang, Namun Suparno terusa berdalih. Bahkan aku dibawanya ke sebuah penginapan. Saat itulah aku menjadi korban pemerkosaan Suparno.Aku benar-benar hancur. Bagaimana aku bisa hidup? Aku sudah tidak mau tubuhku ini.

"Aku salah apa? Dimana kau Tuhan saat aku dipekosa?" demikian teriakku

Tak ada yang bisa kulakukan, rasa malu dan penolakan dari keluarga membuatku merasa terasing dan seakan tidak ada lagi tempat untuk mengadu. Dibawah ancaman akupun dipaksa menikah oleh Suparno. Namun hari-hari terasa demikian berat bagiku dalam menjalani rumah tangga bersama Suparno. Kehidupan yang kelam seakan menjadi akhir masa depanku. Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya. Dia menikahi seorang wanita tapi memperlakukannya seperti sampah.

Penderitaanku semakin berat saat telinga kananku sakit. Kata dokter spesialis ternyata gendang telingaku sudah pecah, sudah bolong. Hingga suatu hari, dalam sebuah tayangan TV ku tonton seseorang berkata, "Ada seorang wanita yang telinganya mengalami infeksi dan sedang berputus asa. Oleh bilur-bilur Yesus, kamu telah sembuh."

Aku saat  itu berdoa, aku tidak pernah merasakan kedamaian seperti itu dalam hatiku. Aku merasa diterima. Ada seperti air mengalir dari kepalaku, dingin sekali sampai ke kaki. Semua itu benar-benar Tuhan yang kirim. Aku percaya, mujizat kesembuhan akan terjadi dalam hidupku. Akupun membuang obat-obat dan mulai belajar untuk sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan. Seminggua kemudian sesuatu yang ajaib terjadi, telingaku sembuh.

Tidak berhenti disitu, pemulihan yang Tuhan lakukan dalam hidupku terus berlanjut. Pada tahun 2003 di Sibolga, aku bertemu dengan ayah. Dia berkata, "Rita, maafkan bapak ya nak, papa bukan orang tua yang baik."

Tetapi perjuanganku untuk mengalami pemulihan dengan mendekatkan diri pada Tuhan mendapat tentangan dari suamiku.Suparno mengambil keputusan untuk menceraikan dan mengusirku dari rumah. Ya sudah, pagi-pagi buta saya pulang ke Sibolga. Waktu di Sibolga aku berdoa begini pada Tuhan : "Tuhan saya tidak sejahtera dengan pekerjaan ini. Berikan saya pekerjaan Tuhan."

Aku memutuskan untuk mengadu nasib di Jakarta dengan harapan akan mendapatkan penghasilan yang lebih baik demi masa depan anakku.Namun terpisah dengan anak sangatlah perih, akhirnya dibantu tim Solusi aku dipertemukan dengan anakku dan juga kakak perempuanku. Semua kepedihan yang kurasakan selama ini seperti terbayar saat memeluk anakku kembali. Disana aku pun menceritakan masa kelamku kepada kakakku yang selama ini ku tutupi.

"Kak, sebenarnya pada tanggal 2 bulan 3 tahun 99... Saya diperkosa Suparno..."
"Ya ampun Tuhan, dalam nama Yesus!" demikian Nurpaidah, kakaknya terkejut.
"Saya mau cerita, tapi saya takut... Aku tetap sama dia walau aku disiksa. Dan aku sayang sama bapak. Aku ga mau bapak dibakar hidup-hidup."

Kini, tidak ada lagi rahasia yang kusembunyikan. Aku tahu keluargaku menerima diriku apa adanya. Bahkan kasih yang ku terima dari Yesus memampukanku untuk mengampuni Suparno dan ayahku. Kasih itu jugalah yang membuatku mampu mengasihi anakku dan kakakku.

Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah. (Mazmur 51:19)

Sumber Kesaksian: Nurbarita Simamora


Sumber : V130813154622
Halaman :
1

Ikuti Kami