4 Cara Merespon Anak yang Mengatakan Ingin Pindah Keyakinan
Sumber: SoraChatGPT | Canva

Parenting / 16 October 2025

Kalangan Sendiri

4 Cara Merespon Anak yang Mengatakan Ingin Pindah Keyakinan

Aprita L Ekanaru Official Writer
505

Hati mana yang tidak terasa sesak dan dunia seakan berhenti berputar ketika mendengar kalimat yang mungkin paling tidak ingin diucapkan anak kita: “Ibu, Ayah, aku ingin pindah keyakinan.” Dalam sekejap, seribu pertanyaan dan ketakutan membanjiri pikiran. Di satu sisi, ada rasa gagal sebagai orang tua yang telah berusaha menanamkan nilai-nilai iman. Di sisi lain, ada rasa takut akan masa depan spiritual anak kita. Situasi ini bagai badai yang tak terduga, menguji fondasi keluarga dan iman kita sendiri.

Sebagai orang tua Kristen, respons pertama kita seringkali dilandasi oleh emosi, syok, kekecewaan, bahkan kemarahan. Namun, inilah momen di mana kita justru dipanggil untuk meneladani kasih Kristus yang tanpa syarat. Bagaimana kita merespons bukan hanya akan memengaruhi hubungan kita dengan anak, tetapi juga perjalanan rohaninya ke depan.

 

1. Dengarkan dengan Hati, Tanpa Menghakimi

Langkah pertama dan terpenting adalah menahan segala reaksi spontan kita dan memilih untuk mendengarkan. Amsal 18:13 mengingatkan, “Jikalau seseorang memberi jawab sebelum mendengar, itulah kebodohan dan kecelaannya.” Biarkan anak Anda menyampaikan seluruh isi hatinya tanpa terinterupsi oleh nasihat, protes, atau tangisan kita. Tanyakan dengan lembut, “Bisakah kamu ceritakan kepada Ibu/Ayah, apa yang membuatmu memutuskan ini?” Dengarkan bukan untuk mencari celah untuk membantah, tetapi untuk benar-benar memahami pergumulan, pencarian, dan kebutuhannya. Dengan mendengarkan, kita menunjukkan bahwa kita menghargai dia sebagai pribadi yang sedang bertumbuh dan mencari jawabannya sendiri.

 

2. Kembali Ingat Tujuan Pengasuhan Kristen

Seringkali, kita terjebak dalam pola pikir bahwa kesuksesan pengasuhan diukur dengan anak yang mengikuti semua ajaran kita tanpa penyimpangan. Namun, tujuan parenting Kristen yang sesungguhnya adalah memimpin anak untuk mengenal Tuhan, bukan hanya sekadar tahu tentang Tuhan. Proses “mengenal” ini bisa melalui berbagai jalan, termasuk periode pertanyaan dan keraguan. Percayalah bahwa benih Firman Tuhan yang telah Anda tabur selama ini tidak akan kembali dengan sia-sia (Yesaya 55:11). Iman yang sejati adalah iman yang dipilih secara pribadi, bukan hanya diwarisi. Masa sulit ini bisa menjadi bagian dari prosesnya untuk sampai pada iman yang matang.

 

BACA JUGA:

Anak Memilih Pindah Keyakinan, Jadikan 3 Hal Ini Sebagai Pokok Doamu

3 Teladan Parenting dari Ayub yang Masih Relevan Hingga Kini

 

3. Perkuat Hubungan, Bukan Perdebatkan Keyakinan

Ketika fondasi keyakinan goyah, yang harus kita pegang teguh adalah fondasi hubungan. Jangan biarkan perbedaan keyakinan ini memutuskan ikatan kasih antara orang tua dan anak. Tarik napas dalam-dalam dan ingatlah: anak Anda lebih penting daripada keyakinan barunya. Tunjukkan kasih yang tidak bersyarat, sama seperti Bapa di Surga mengasihi kita saat kita masih berdosa (Roma 5:8). Terus undang dia untuk makan malam, tanyakan kabarnya, dan tunjukkan ketertarikan pada hidupnya. Dengan mempertahankan komunikasi dan kehangatan hubungan, pintu untuk berdialog tentang iman tetap terbuka. Jika hubungan itu putus, pengaruh dan nasihat kita akan lenyap.

 

4. Serahkan pada Tuhan dalam Doa

Setelah melakukan bagian kita sebagai manusia, mendengarkan dan mengasihi, kini saatnya melakukan bagian yang paling berkuasa, yaitu dengan berdoa. Serahkan anak Anda ke dalam tangan Tuhan yang penuh kasih. Doa adalah pengakuan bahwa kita terbatas, tetapi Allah tidak terbatas. Ia mampu menjangkau hati anak kita dengan cara yang tidak bisa kita lakukan. Alihkan fokus doa kita dari sekadar “minta Tuhan mengembalikan dia” menjadi “Tuhan, temui dia di dalam pencariannya dan tunjukkan jalan-Mu yang benar.”

 

Menghadapi keputusan anak untuk pindah keyakinan adalah ujian iman yang berat. Namun, ingatlah bahwa Tuhan mengasihi anak Anda lebih dari kita mampu mengasihinya. Tugas kita adalah tetap menjadi penuntunb kasih-Nya, mempercayai bahwa Dialah yang memegang kendali tertinggi. Teruslah berpegang pada janji-Nya dan percayalah bahwa Dia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam hidup anak Anda, akan meneruskannya sampai pada akhirnya.

 

Jika Anda sedang menghadapi tantangan dalam hubungan atau memiliki pertanyaan seputar pernikahan, kami mengundang Anda untuk menghubungi Layanan Doa CBN. Kami siap dengan senang hati memberikan bantuan dan dukungan untuk Anda.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami