Pernahkah Anda membuka berita atau media sosial dan melihat headline tentang kenaikan harga emas, lalu hati ini mulai merasa was-was? Perasaan khawatir tertinggal (FOMO - Fear Of Missing Out) mungkin menyelinap, dibarengi dengan pertanyaan, "Haruskah saya membeli sekarang sebelum harganya semakin mahal?" Anda tidak sendirian. Di tengah gejolak ekonomi global, emas sering kali menjadi pusat perhatian. Sebagai orang Kristen, bagaimana seharusnya kita menyikapi setiap berita, termasuk kenaikan harga, tanpa dikuasai oleh kecemasan atau keserakahan? Mari kita telusuri dengan bijaksana, sambil mengingat bahwa keamanan sejati kita tidak terletak pada logam mulia, tetapi di dalam Tuhan.
Kenaikan Harga Emas Oktober 2025
Pada awal Oktober 2025, pasar emas Indonesia memang menunjukkan tren positif. Harga Emas Antam tercatat naik menjadi Rp 2.303.000 per gram pada 9 Oktober 2025, mengalami kenaikan Rp 7.000 dari hari sebelumnya. Kenaikan ini juga diikuti oleh harga buyback (jual kembali) yang naik ke Rp 2.151.000 per gram, dari posisi sebelumnya Rp 2.144.000. Tidak hanya Antam, emas dari merek lain seperti UBS dan Galeri24 juga mengalami kenaikan tipis, masing-masing sebesar Rp 21.000 dan Rp 10.000 per gram. Bahkan, di Pegadaian, harga emas Antam dilaporkan sempat menyentuh angka Rp 2,4 juta per gram, tergantung pada lokasinya.
Apa yang mendorong kenaikan ini? Analisis pasar menunjukkan beberapa penyebab. Pertama, pelemahan dolar AS dan penurunan imbal hasil obligasi AS membuat emas lebih menarik. Kedua, ketidakpastian geopolitik global mendorong investor untuk memilih emas sebagai aset aman (safe haven) untuk melindungi kekayaannya. Ketiga, ekspektasi bahwa suku bunga The Fed akan tetap tinggi turut meningkatkan permintaan terhadap emas.
Menyikapi dengan Iman, Bukan FOMO
Menghadapi data dan berita seperti ini, godaan untuk ikut-ikutan tren karena takut ketinggalan bisa sangat besar. Namun, sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk hidup oleh iman, bukan oleh rasa takut (2 Korintus 5:7). Emas boleh naik dan turun, tetapi firman Tuhan teguh selamanya. Ini bukan berarti kita tidak boleh berinvestasi atau merencanakan keuangan dengan baik. Justru, kita harus menjadi penatalayan yang baik atas berkat yang Tuhan percayakan.
Namun, motivasi hati kitalah yang perlu selalu diperiksa. Apakah kita mengejar emas karena percaya itu adalah jaminan keamanan kita, atau karena kita ingin menjadi bijaksana dalam mengelola resources? Alkitab dengan jelas mengingatkan, "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga... Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada" (Matius 6:19-21). Prinsip ini mengajak kita untuk memiliki perspektif kekal.
Jadi, ketika harga emas naik, mari tarik napas dan berhenti sejenak. Lakukan penelitian, buat perencanaan keuangan yang trategis, dan konsultasikan dengan ahli jika perlu. Tetapi yang terpenting, letakkan hati dan kepercayaan Anda pada Provider sejati, yaitu Tuhan Yesus. Dialah sumber damai sejahtera dan jaminan masa depan kita. Dengan demikian, kita bisa menyikapi setiap fluktuasi harga dengan kepala dingin dan hati yang tenang, karena kita tahu bahwa Dia yang memegang kendali atas hidup dan masa depan kita.
BACA JUGA
FOMO Investasi Emas? Penuhi 4 Syarat Ini Dulu Deh!
Investasi Emas yang Mulai Menurun atau Dolar AS yang Mulai Tren, Bagaimana Menurut Anda?
Sumber : Jawaban.com