Pernahkah Anda merasa lelah dalam menjalani hidup? Seakan semua usaha yang Anda lakukan sia-sia, bahkan sampai muncul pikiran, “Lebih baik semuanya berakhir saja.” Jika Anda pernah berada di titik itu, ketahuilah bahwa Anda tidak sendirian!
Bahkan Nabi Elia, salah satu tokoh besar dalam Alkitab yang dipakai Tuhan secara luar biasa, pernah mengalami hal serupa. Ia ingin menyerah, merasa gagal, dan terjebak dalam keputusasaan yang dalam.
Namun justru dari kisah ini kita belajar, depresi bukanlah tanda iman yang lemah, melainkan pergumulan nyata yang bisa dialami siapa pun.
Dari Puncak Kemenangan ke Jurang Keputusasaan
Elia dikenal sebagai nabi yang berani berdiri melawan penyembahan berhala. Puncak pelayanannya terjadi di Gunung Karmel (1 Raja-Raja 18), ketika ia menantang ratusan nabi Baal. Dengan doa penuh keyakinan, ia berseru kepada Tuhan dan api turun dari langit, membakar habis korban persembahan, bahkan air di sekitarnya.
Bangsa Israel pun takjub dan kembali berseru, “Tuhan, Dialah Allah!” (1 Raja-Raja 18:39). Sebuah kemenangan besar yang seharusnya membuat Elia bersukacita.
Namun anehnya, setelah kemenangan itu, Elia justru jatuh dalam ketakutan. Ratu Izebel mengancam akan membunuhnya (1 Raja-Raja 19:2), dan Elia pun melarikan diri. Di padang gurun, ia duduk di bawah pohon dan berdoa dengan putus asa: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku.” (1 Raja-Raja 19:4)
Bayangkan, seorang nabi besar yang baru saja mengalami mukjizat luar biasa, kini merasa lelah, sendirian, dan tidak ingin hidup. Bukankah ini sangat mirip dengan pergumulan banyak orang hari-hari ini?
Tuhan Menyambut dengan Kasih, Bukan Teguran
Yang indah dari kisah ini adalah respons Tuhan. Alih-alih memarahi Elia karena kelemahannya, Tuhan justru menolongnya dengan penuh kelembutan.
Ia mengutus malaikat untuk menyentuh Elia dan berkata, “Bangunlah, makanlah.” (1 Raja-Raja 19:5). Elia diberi roti bakar dan air, lalu dibiarkan beristirahat. Dua kali Tuhan melakukannya, sampai Elia kembali kuat untuk berjalan.
Pemulihan dimulai dari hal sederhana: makan, tidur, dan istirahat. Setelah itu, Tuhan menyatakan diri-Nya bukan dalam angin besar, gempa, atau api, melainkan dalam suara lembut seperti angin sepoi-sepoi (ayat 12).
Pesannya jelas, kehadiran Tuhan bukan hanya terlihat dalam kuasa yang dahsyat, tetapi juga dalam kelembutan yang menenangkan jiwa.
Kisah Elia mengajarkan bahwa depresi tidak menjadikan iman seseorang lemah. Bahkan hamba Tuhan pun bisa merasa jatuh dan tak berdaya. Tetapi kabar baiknya, Tuhan peduli.
Ia tidak meninggalkan Elia sendirian, melainkan memulihkan tubuh, jiwa, dan tujuan hidupnya.
Hari ini, jika Anda merasa seperti Elia, lelah, kecewa, atau putus asa, maka ingatlah bahwa Tuhan tetap ada bersama Anda. Ia rindu menguatkan, menenangkan, dan memberi arah baru dalam hidup.
Anda juga tidak harus menghadapi semuanya sendirian. Bila butuh teman doa, hubungi Layanan Doa CBN di 0822-1500-2424, atau klik banner di bawah artikel ini. Tim doa kami siap mendukung dan mendoakan Anda. Sama seperti Elia, Anda pun berharga di mata Tuhan.
Sumber : YouTube Jawaban Channel