Pernahkah Anda merasa khawatir tentang keuangan, seolah-olah beban itu menghantui pikiran siang dan malam? Dalam dunia yang serba cepat dan penuh tuntutan materi ini, kekhawatiran finansial seringkali menjadi beban tersembunyi yang kita bawa. Kita bekerja keras, berusaha memenuhi kebutuhan, namun rasa takut akan kekurangan seakan tidak pernah benar-benar hilang. Alkitab, dengan kebijaksanaan tidak mengabaikan pergumulan manusiawi ini. Justru, Firman Tuhan menyingkapkan akar masalahnya dengan sangat jelas dan menawarkan jalan keluar yang membebaskan. Menurut pengajaran Yesus, akar dari segala kekhawatiran kita seringkali terletak pada siapa atau apa yang sebenarnya kita abdi.
Yesus dengan tegas mengatakan bahwa kita tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada mamon sekaligus (Matius 6:24). Kata "mamon" di sini merujuk pada kekayaan atau uang. Pernyataan ini bukanlah sebuah saran, melainkan sebuah kebenaran mutlak. Kita harus memilih salah satu. Mengapa? Karena mamon bukanlah sekadar alat tukar; ia adalah saingan utama Tuhan untuk mendapatkan kesetiaan dan hati manusia. Ketika kita membiarkan kekhawatiran menguasai hidup, itu adalah pertanda bahwa hati kita mungkin telah beralih mengabdi kepada mamon, bukan kepada penyediaan dan pemeliharaan Allah.
Baca Juga: Mengelola Keuangan untuk Kontribusi Nyata bagi Bangsa
Lalu, bagaimana kita mengetahui apakah kita sudah jatuh ke dalam jerat mengabdi kepada mamon? Alkitab memberikan beberapa tanda yang bisa kita renungkan. Tanda pertama adalah ketika kita menjadi terobsesi dengan kesuksesan finansial dan mulai mengukur keberhasilan hidup hanya dari harta benda yang kita kumpulkan. Prestasi, hubungan, dan pertumbuhan rohani menjadi dinomorduakan, sementara angka di rekening bank menjadi tolok ukur utama kebahagiaan.
Tanda kedua adalah perasaan selalu takut kekurangan dan tidak pernah merasa cukup, seberapapun banyaknya yang kita miliki. Rasa "cukup" itu hilang, digantikan oleh keinginan yang tak pernah terpuaskan. Tanda ketiga, kita membuat keputusan hidup besar maupun kecil, hanya berdasarkan pertimbangan keuntungan finansial. Kita mengabaikan nilai-nilai lain seperti hubungan keluarga, panggilan hidup, atau prinsip kebenaran demi keuntungan materi.
Tanda yang paling mendasar adalah ketika kita lebih mempercayai uang yang kita miliki daripada penyediaan Tuhan yang setia. Keamanan kita sepenuhnya bergantung pada tabungan dan investasi, bukan pada janji pemeliharaan-Nya. Akhirnya, tanda terakhir yang nyata adalah kepanikan yang berlebihan ketika kita menghadapi situasi keuangan yang sulit, meskipun secara lisan kita mengaku percaya kepada Tuhan. Reaksi panik ini mengungkapkan di mana sebenarnya sandaran hati kita.
Baca Juga: Rahasia Sukses Samuel Christ di Dunia Digital, Cofounder Seefluencer
Mengabdi kepada mamon pada akhirnya akan selalu menghasilkan kekhawatiran, karena uang dan harta benda pada hakikatnya tidak pasti dan sementara. Mereka bisa hilang dalam sekejap. Sebaliknya, mengabdi kepada Allah berarti menaruh seluruh kepercayaan kita pada Pribadi yang Mahakuasa dan tidak pernah berubah. Pilihan ini membawa kita pada kelegaan dan damai sejahtera, karena kita tahu bahwa Dia yang memegang kendali atas hidup kita akan memenuhi segala kebutuhan kita menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya. Mari kita periksa hati kita hari ini, dan dengan sengaja memilih untuk mengabdi hanya kepada Tuhan, melepaskan diri dari belenggu kekhawatiran yang ditimbulkan oleh mamon.
Apa yang hari-hari ini membuat Anda begitu kuatir akan keuangan Anda? Apakah itu hutang, kebutuhan pendidikan anak, usaha, atau pekerjaan?
Mari ceritakan apa yang menjadi pergumulan Anda bersama kami. Kami hadir menjadi Sahabat bagi Anda setiap hari selama 24 jam. Kami siap mendengarkan beban Anda, hubungi kami sekarang di nomor kontak Conseling Center CBN 0822-1500-2424 atau klik di Sini.
Sumber : Jeffrey Rachmat | Jawaban.com