Setiap orang tua tentu berharap anak-anak mereka bertumbuh dalam lingkungan yang aman, penuh kasih, dan jauh dari kekerasan. Namun kenyataannya, bullying masih menjadi momok di banyak sekolah dan komunitas.
Tragisnya, ada kalanya korban bullying justru berubah menjadi pelaku. Mereka yang pernah merasa terbuang atau disakiti bisa melampiaskan luka dengan cara yang sama kepada orang lain. Lingkaran inilah yang membuat bullying tidak pernah selesai.
Salah satu kasus yang menggemparkan dunia terjadi pada tahun 2012 di Chardon High School, Ohio, Amerika Serikat. Seorang remaja bernama TJ Lane menembaki kerumunan siswa di kantin sekolah, menewaskan tiga orang dan melukai beberapa lainnya.
Penyelidikan kemudian mengungkap bahwa TJ Lane dulunya sering jadi bahan ejekan, bahkan dijuluki “anak buangan.” Ia mencurahkan kesedihannya melalui Facebook, tapi tidak ada satupun yang menolongnya. Luka yang tidak pernah dipulihkan itu, akhirnya meledak menjadi tragedi.
Kisah TJ Lane menjadi pengingat penting bagi orangtua dan pendidik bahwa bullying bisa menjerat anak dalam dua posisi sekaligus, korban dan pelaku.
Pertanyaannya, bagaimana kita bisa mencegah anak-anak kita masuk ke dalam lingkaran ini? Ada empat hal penting yang menjadi peran kunci untuk memutus rantai bullying dan membentuk karakter anak, berikut:
1. Pola Asuh
Rumah adalah tempat pertama di mana anak belajar mengenal diri dan mengelola emosi. Pola asuh yang penuh perhatian, kasih, dan komunikasi terbuka akan membantu anak merasa aman. Anak yang memiliki ikatan kuat dengan orangtuanya lebih siap menghadapi tekanan dan tidak mudah mencari pelampiasan yang salah.
2. Lingkungan
Teman sebaya sangat berpengaruh dalam pertumbuhan anak. Lingkungan yang sehat akan menumbuhkan rasa percaya diri, sebaliknya lingkungan yang penuh tekanan bisa membuat anak terpuruk. Orangtua perlu mengenal dengan siapa anak mereka bergaul dan memastikan mereka berada dalam komunitas yang membangun.
3. Sistem Pendidikan
Sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga wadah pembentukan karakter. Guru dan pihak sekolah memiliki tanggung jawab untuk menciptakan budaya anti-bullying. Anak yang melihat bahwa sekolah melindungi korban dan menindak tegas pelaku akan merasa aman. Sistem pendidikan yang sehat menjadi benteng penting agar bullying tidak dianggap hal biasa.
4. Pemuridan
Pemuridan adalah proses membangun fondasi bagi anak dengan kerohanian yang kuat. Sama seperti sebuah bangunan yang tidak akan berdiri kokoh tanpa dasar yang benar, kehidupan anak pun perlu ditopang dengan firman Tuhan dan nilai-nilai Kristus sejak dini.
Dalam pemuridan, anak-anak belajar mengenal siapa mereka di hadapan Tuhan, bahwa mereka berharga, dikasihi, dan tidak pernah sendirian. Kesadaran ini akan melindungi hati mereka dari luka ejekan maupun tekanan lingkungan.
Anak yang memiliki fondasi rohani yang kuat lebih mampu menolak godaan untuk membalas dendam, karena mereka tahu bahwa Tuhan memanggil mereka untuk mengampuni.
Dengan pemuridan, anak tidak hanya diajarkan pengetahuan rohani, tetapi juga dibentuk karakternya. Mereka dilatih untuk hidup dengan kasih, pengampunan, dan kerendahan hati, sehingga ketika menghadapi tekanan, mereka tetap berdiri teguh dan tidak terjebak dalam lingkaran korban maupun pelaku bullying.
Setiap anak adalah jiwa yang berharga di mata Tuhan. Mereka tidak hanya perlu perlindungan fisik, tetapi juga fondasi yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan hidup.
Pola asuh yang penuh kasih, lingkungan yang sehat, sistem pendidikan yang peduli, dan terutama pemuridan yang menanamkan kerohanian yang kokoh, semuanya adalah sebagian hal yang bisa kita berikan kepada anak agar mereka tidak jatuh dalam lingkaran korban dan pelaku bullying.
Dengan begitu, kita sedang menyiapkan sebuah generasi yang bukan hanya cerdas, tetapi juga penuh kasih, berani mengampuni, dan menjadi terang di tengah dunia yang penuh dengan tantangan.
Sumber : Berbagai sumber | Jawaban.com