Diejek “Tukang Rongsokan” Bikin Miranda Belajar Melihat Dirinya Berharga di Mata Tuhan
Sumber: dok. Istimewa

Family / 2 September 2025

Kalangan Sendiri

Diejek “Tukang Rongsokan” Bikin Miranda Belajar Melihat Dirinya Berharga di Mata Tuhan

Claudia Jessica Official Writer
1056

Miranda Putri Ayu, seorang anak berusia 11 tahun yang tinggal di Semarang, menjalani keseharian bersama nenek dan adiknya. Sejak lama, neneklah yang merawat sekaligus menafkahi mereka dengan cara sederhana, mengumpulkan barang bekas seperti botol, kaleng, dan kardus untuk dijual kembali. Dari hasil itulah kebutuhan sehari-hari Miranda dan adiknya terpenuhi.

Namun, keterbatasan keuangan membuat Miranda hanya menerima uang jajan seribu rupiah setiap hari. Jumlah itu tentu tidak cukup untuk membeli pensil atau sekadar jajan seperti teman-temannya.

Perasaan iri dan keinginan untuk memiliki barang-barang kecil itulah yang akhirnya mendorong Miranda melakukan hal yang keliru. Ia sering mengambil barang milik orang lain, mulai dari uang, makanan, hingga pensil teman-temannya.

Lama-kelamaan, kebiasaan itu diketahui teman-temannya. Mereka mengejek Miranda dan memberinya julukan “Miranda si pencuri.” Julukan itu sangat melukai hatinya.

Ia merasa malu, dijauhi, dan tidak lagi berani bermain dengan mereka. Bahkan, Miranda sempat enggan datang ke Sanggar Belajar SoL Generasi Emas Semarang, tempat ia biasanya bernyanyi, belajar Alkitab, dan bermain bersama.

Hingga suatu hari, Miranda kembali ke SoL dan menyaksikan Superbook tentang Kain dan Habel. Dari cerita itu, ia belajar bahwa mencuri adalah perbuatan yang salah dan selalu membawa konsekuensi.

Jika ia terus melakukannya, ia bisa kehilangan teman-temannya bahkan kehilangan kepercayaan orang lain. Kesadaran itu membuat hatinya tersentuh.

Sejak saat itu, Miranda mulai berusaha berubah. Ia belajar untuk jujur dan bertanggung jawab. Beruntung, Miranda memiliki guru yang terus mendukungnya di SoL.

Perlahan tapi pasti, Miranda menemukan identitas barunya, bahwa ia adalah anak Allah yang berharga di mata-Nya.

Perubahan itu dibuktikan dari keseharian Miranda yang tidak lagi mencuri, ia mulai bisa mengendalikan dirinya, dan perlahan-lahan teman-temannya menerima kembali kehadirannya.

Meski kadang masih diejek dengan sebutan “tukang rongsokan” karena pekerjaan neneknya, Miranda memilih untuk tidak membalas mereka. Ia percaya, Tuhan berbicara di hatinya untuk tetap sabar dan tetap berbuat baik, meskipun orang lain tidak selalu memperlakukannya dengan baik.

Transformasi yang dialami Miranda hanyalah satu dari sekian banyak kisah anak yang hidupnya diubahkan lewat firman Tuhan melalui Superbook.

Mari dukung terus pelayanan Superbook agar lebih banyak anak Indonesia mengalami kasih Kristus, bertumbuh dalam iman, dan berani hidup benar sesuai firman-Nya. Klik tombol di bawah.

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami