Saat Anak Berkata “Pa, Ma, Aku Hamil…”, Bagaimana Respon Anda Sebagai Orang Tua?
Sumber: Jawaban.com

Parenting / 19 August 2025

Kalangan Sendiri

Saat Anak Berkata “Pa, Ma, Aku Hamil…”, Bagaimana Respon Anda Sebagai Orang Tua?

Lori Official Writer
2265

Seorang anak menghampiri papa mamanya dengan rasa takut yang begitu mendalam. Lalu dengan suara yang menahan tangis dan suara terdengar begitu pelan berucap, “Pa, Ma, Aku hamil.”

Ya, banyak orang tua yang mungkin sepakat bahwa punya anak perempuan adalah hal tersulit. Kita perlu mengawasinya dengan ketat, apalagi saat dia sudah mulai beranjak dewasa dan mulai berpacaran. Ini ada fase dimana pergaulan anak berada diantara dua pilihan: baik atau buruk. Apalagi jika anak salah pilih pasangan yang hanya berakhir pada pergaulan bebas, di sinilah drama dimulai. 

Persoalan “hamil di luar nikah” banyak sekali terjadi. Anak perempuan selalu menjadi korbannya dibandingkan anak laki-laki. Tentu saja tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya “hamil di luar nikah” bukan? Tetapi jika ternyata ini menimpa anak perempuan Anda, bagaimana seharusnya kita sebagai orang tua meresponinya? Apakah kita memilih marah, menolak atau menerima anak dengan segala kesalahan yang ia sudah lakukan?

Menerima kenyataan ini memang sangat berat! Tetapi kita perlu kembali mengingatkan diri kita bahwa “tidak ada manusia yang luput dari dosa dan kesalahan.” Saat anak kita terlanjur melakukan kesalahan dan mengakui bahwa dia hamil, kita perlu menghargai keberaniannya untuk mengakui kesalahannya. Rasa bersalahnya sudah cukup besar dan dia harus mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk berkata jujur. Dalam kondisi ini, dia sudah begitu terpuruk dan mentalnya sedang terganggu, dan yang paling dia butuhkan adalah “penerimaan”.

 

Baca Juga: Meski Kecewa Anak Hamil di Luar Nikah, Bagaimana Orang Tua Merespon dengan Bijak?

 

Tetapi mungkin Anda akan berkata, “Bagaimana mungkin saya sebagai papa dan mamanya, bisa menerima? Dia sudah mencoreng nama baik keluarga dan kami harus menanggung malu.” 

Sebelum kita berpikir begitu, mari melihat lebih jauh bahwa anak kita sudah menanggung malu lebih dulu. Dia pasti merasa bersalah, merasa tidak berharga, malu, dan takut dihina orang-orang. Fokusnya adalah bukan tentang perasaan kita, tetapi perasaan anak. 

Bahkan jika kita berpikir perlu menghajar anak – memaki bahkan mengusirnya, artinya kita sedang membuat beban yang ia tanggung menjadi dua kali lipat dari sebelumnya. Daripada harus menghukum anak dengan cara yang begitu menyakitkan, mengapa kita tidak meringankan bebannya dengan memberikan apa yang ia butuhkan yaitu pelukan.

 

Baca Juga: Hamil Diluar Nikah, Gugurkan atau Lahirkan?

 

Sebagai orang tua, kita harus berempati, memposisikan diri sebagai sahabat terbaik anak dan merangkulnya untuk memberinya rasa aman. Mari berfokus untuk membimbing anak agar dia mau mengakui kesalahan dan bertobat. Penerimaan inilah yang dia butuhkan untuk bisa kembali bangkit.

Lalu apakah kita sebagai orang tua perlu menuntut pertanggungjawaban pihak laki-laki?

Jika kita adalah orang tua dari pihak perempuan, ada kecenderungan dari banyak orang tua untuk segera meminta pertanggungjawaban dari pihak laki-laki agar segera menikahkan mereka. Alasannya, agar aib keluarga tidak ketahuan.

 

Baca Halaman Berikutnya ---> 

Halaman :
12Tampilkan Semua

Ikuti Kami