Samuel dan Timotius adalah dua tokoh Alkitab yang terkenal setia kepada Tuhan. Uniknya, mereka memiliki satu kesamaan, yaitu mereka telah dimuridkan sejak usia yang sangat muda.
Samuel dimuridkan sejak kecil ketika ibunya, Hana, menyerahkan Samuel ke rumah Tuhan untuk dibimbing oleh Imam Eli. Samuel belajar melayani dan mengenal suara Tuhan dan ia merespons panggilan Tuhan dengan rendah hati.
Di masa krisis rohani Israel, Samuel tampil sebagai pemimpin karena imannya telah dibentuk sejak dini.
Begitu juga dengan Timotius yang telah mengenal Kitab Suci sejak kecil berkat didikan ibunya Eunike dan neneknya Lois. (2 Timotius 3:15)
Pemuridan keluarga membentuk karakternya jadi kuat dan lemah lembut. Saat menghadapi tantangan dalam pelayanannya, Timotius tetap setia dan bertindak dengan bijak karena firman Tuhan telah membentuknya sejak dini
Di momen Hari Anak Nasional 2025 ini, mari kita belajar dari Samuel dan Timotius untuk melihat betapa pentingnya memuridkan anak-anak hari ini agar mereka siap menghadapi dunia dengan iman yang unshakeable.
Samuel: Mendengar Suara Tuhan Sejak Kecil
Samuel adalah anak yang dinantikan lama oleh ibunya, Hana. Setelah Samuel lahir, Hana menepati nazarnya untuk menyerahkan Samuel kepada Tuhan untuk melayani di bait suci. Sejak masih kecil, Samuel tinggal dan dibimbing oleh Imam Eli di rumah Tuhan (1 Samuel 1:28).
Setiap hari, Samuel belajar melayani, mengamati kehidupan rohani, dan bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan. Pemuridan ini membantu Samuel menjalankan tugas keimanannya, juga membentuk hati yang peka terhadap suara Tuhan.
Pada usia yang masih sangat muda, Tuhan memanggil Samuel secara langsung. Meski awalnya ia tidak mengerti, tapi Imam Eli mengajarinya bagaimana merespons.
Dari situ, Samuel mulai mendengar suara Tuhan dan menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Israel. "Samuel makin besar dan Tuhan menyertai dia..." (1 Samuel 3:19)
Pemuridan yang konsisten membuat Samuel tidak goyah saat menghadapi krisis iman di bangsa Israel. Ia berdiri sebagai nabi dan pemimpin yang setia.
Timotius: Iman yang Bertumbuh Bersama Keluarga dan Pemuridan Paulus
Berbeda dengan Samuel, Timotius dibesarkan dalam keluarga yang takut akan Tuhan. Neneknya Lois dan ibunya Eunike dengan setia mengajarkan Kitab Suci sejak ia masih kecil (2 Timotius 1:5; 3:15).
Dari rumah, benih iman itu ditanam dan terus bertumbuh.
Saat Paulus datang ke Listra, ia melihat kualitas rohani dalam diri Timotius dan mengajaknya menjadi rekan pelayanan. Sejak saat itu, Paulus memuridkan Timotius secara langsung—mengajarinya melayani, memberitakan Injil, dan menggembalakan jemaat.
Meskipun Timotius menghadapi banyak tekanan, dari perbedaan budaya, usia yang muda, hingga tanggung jawab sebagai pemimpin gereja, ia bisa tetap setia karena memiliki dasar pemuridan yang kuat.
Bahkan dalam surat Paulus, kita bisa melihat betapa besar kepercayaan yang Paulus berikan kepadanya.
Iman Timotius bukan muncul tiba-tiba—itu adalah hasil pemuridan yang dimulai dari rumah, lalu dilanjutkan oleh Paulus dalam pelayanan.
Dari Samuel maupun Timotius, kita belajar satu hal penting bahwa anak-anak bisa mengenal Tuhan secara pribadi bila mereka dibimbing dengan setia sejak dini. Mereka bisa bertumbuh menjadi pemimpin rohani yang berani berdiri di tengah tantangan zaman—asal ada yang memuridkan mereka di dalam Kristus.
CBN Indonesia telah memfokuskan pelayanan pemuridan anak melalui program Superbook dan Super5, yang membantu anak-anak mengenal Tuhan lewat cerita Alkitab yang relevan, pelatihan guru sekolah minggu, dan kurikulum pemuridan anak yang terarah.
Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang pelayanan ini, kunjungi www.superbookindonesia.com dan www.super5.org
Apabila Anda tergerak untuk ambil bagian dalam mendukung pemuridan anak di Indonesia, Anda juga bisa berdonasi melalui tombol di bawah ini:
Mari kita bentuk lebih banyak Samuel dan Timotius di generasi ini—anak-anak yang takut akan Tuhan, berani melayani, dan menjadi terang di tengah dunia.
Sumber : Jawaban.com