#TolakIntoleransi Insiden Pembubaran Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Mengapa?
Sumber: GAMKI

News / 1 July 2025

Kalangan Sendiri

#TolakIntoleransi Insiden Pembubaran Retret Pelajar Kristen di Sukabumi, Mengapa?

Aprita L Ekanaru Official Writer
488

Peristiwa pembubaran retret pelajar Kristen di Cidahu, Sukabumi, pada 27 Juni 2025, menyita perhatian nasional. Kegiatan yang seharusnya menjadi momen pembinaan iman ini dibubarkan paksa oleh sekelompok warga yang menuding acara tidak memiliki izin dan menggunakan rumah pribadi sebagai tempat ibadah. Aksi ini berujung pada perusakan properti, seperti penurunan salib, penghancuran kaca, kursi, hingga kendaraan milik peserta.

 

Reaksi Pemerintah dan Penegakan Hukum

Pemerintah dan aparat hukum bergerak cepat menangani kasus ini. Polisi telah menetapkan tujuh tersangka dengan peran berbeda dalam aksi perusakan. Kementerian Hukum dan HAM mengirim tim khusus ke Jawa Barat untuk memastikan penyelidikan berjalan transparan. Anggota DPR RI juga mendesak tindakan tegas terhadap pelaku, menegaskan bahwa insiden ini melukai nilai Pancasila dan kebhinekaan.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, langsung mengunjungi lokasi kejadian. Ia menekankan pentingnya kerukunan beragama dan memberikan bantuan Rp100 juta untuk renovasi vila yang rusak, serta layanan trauma healing bagi korban. Langkah ini diapresiasi banyak pihak sebagai upaya pemulihan dan rekonsiliasi.

Tokoh nasional seperti Menteri HAM Natalius Pigai menyatakan bahwa pembubaran paksa adalah pelanggaran HAM yang tidak bisa dibenarkan. Sementara itu, Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla, mengecam tindakan intoleransi dan mengajak masyarakat menyelesaikan masalah melalui dialog.

 

Kecaman dan Solidaritas Masyarakat

Insiden ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Organisasi HAM seperti YLBHI dan Amnesty International mengecam tindakan kekerasan dan intoleransi. Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) juga menyuarakan perlindungan hak beribadah bagi minoritas.

Di media sosial, video viral aksi pembubaran membanjiri platform seperti Instagram, disertai tagar #TolakIntoleransi dan #Sukabumi. Warganet menuntut keadilan dan penegakan hukum yang tegas. Aktivis seperti Permadi Arya (Abu Janda) menyoroti pola intoleransi yang terus berulang di Indonesia.

 

Pelajaran dan Harapan ke Depan

Peristiwa Sukabumi menjadi pengingat betapa pentingnya menjaga toleransi dan menghargai perbedaan. Meskipun pemerintah telah mengambil langkah konkret, publik tetap memantau apakah upaya ini akan berdampak jangka panjang dalam mencegah terulangnya kasus serupa.

Sebagai umat Kristen, kita diajak untuk terus berdoa bagi korban, mendukung proses hukum yang adil, dan aktif menjadi agen perdamaian di tengah masyarakat. Firman Tuhan dalam Matius 5:9 mengingatkan, "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Mari kita terus memperjuangkan kasih dan persatuan, menolak segala bentuk kekerasan atas nama perbedaan keyakinan.

 

BACA JUGA:

Fatwa Terbaru MUI Tentang Salam Lintas Agama Tuai Pro Kontra

FKUB dan Kemenag Sudah Setuju, Tapi Warga Masih Menolak Izin Gereja Toraja

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami