Mengenang Pendeta Jusuf Roni, Sosok yang Rela Dipenjara Demi Kristus
Sumber: Jawaban.com

News / 30 June 2025

Kalangan Sendiri

Mengenang Pendeta Jusuf Roni, Sosok yang Rela Dipenjara Demi Kristus

Lori Official Writer
11936

Dunia kekristenan tengah berduka atas meninggalnya Pendeta Dr. K.A.M. Jusuf Roni, salah satu tokoh pelayan Tuhan yang dikenal luas di Indonesia. Pendeta Jusuf Roni berpulang ke rumah Bapa pada hari Minggu, 29 Juni 2025 di usia 79 tahun.

 

Perjalanan yang Mengilhami Pertobatan Pendeta Jusuf Roni

Lahir dan dibesarkan dalam keluarga besar keturunan Kemas di Palembang, Jusuf Roni hidup dalam lingkungan Islam yang kuat dan turun-temurun. Sebagai anak tunggal, ia memiliki tanggung jawab di tengah keluarga besarnya — terutama sang kakek, seorang tokoh kharismatik dan keturunan langsung dari Pangeran Fatahillah. Dari kakeknya, Jusuf mewarisi semangat religius dan komitmen yang kuat terhadap ajaran sebelumnya. Sejak kecil, ia dibesarkan dalam disiplin keras, bahkan menerima hukuman jika lalai menjalankan kewajiban agama.

Ketika keluarga mereka pindah ke Bandung, Jusuf Roni menempuh pendidikan agama di Pesantren YPI di bawah asuhan K.H. Udung Abdurahman. Di sana, ia berkembang sebagai pemimpin muda Islam yang aktif dalam berbagai organisasi, seperti SEPMI dan PSII. Ia gigih memperjuangkan ideologi keyakinannya, bahkan menjadi salah satu tokoh yang secara aktif menentang penyebaran agama Kristen di Jawa Barat.

 

Baca Juga: Pendeta Jusuf Roni Meninggal Dunia

 

Namun, di tengah kesibukan dan perjuangan agamanya, Jusuf Roni mulai merasakan kekosongan rohani yang mendalam. Meskipun taat dan berprestasi dengan latar belakang keyakinan yang ia anut, jiwanya bergumul dengan pertanyaan yang tak terjawab: "Adakah kepastian keselamatan?" Pergumulan inilah yang membawa langkahnya kepada pengenalan akan pribadi Yesus.

Perjalanan pertobatan ini dialami melalui berbagai pergumulan batin; bukan karena bujukan, tekanan materi ataupun keadaan. Ia sendiri terpanggil secara pribadi melalui perjalanan pribadi mengalami kepastian keselamatan dan damai sejahtera yang tidak pernah ia temukan sebelumnya. Ketika menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, ia mengalami kelahiran baru, hidup yang diubahkan oleh kasih dan kuasa Roh Kudus.

 

Tantangan Iman yang Silih Berganti

Pertobatan Jusuf Roni tidak luput dari tantangan. Ia sempat dipenjara karena imannya. Namun, baginya, tembok penjara justru menjadi ladang pelayanan yang baru. Keterbatasan fisik tidak pernah memadamkan sukacita dan semangatnya untuk mengabarkan Injil. Di tengah kondisi yang paling sulit, ia justru melakukan hal-hal luar biasa: mendirikan sekolah Alkitab di dalam penjara, serta membaptis dan menuntun ratusan warga binaan untuk datang kepada Yesus.

Setelah keluar dari penjara, Pdt. Jusuf Roni mendedikasikan hidupnya untuk melayani sebagai hamba Tuhan. Di awal pelayanannya, tahun 1980, Pdt Jusuf Roni dikenal sebagai pendiri Gereja Kristus Rahmani Indonesia (GKRI) Diapora. Pelayanan di GKRI Diaspora dimulai dengan membuka kebaktian hari Minggu yang saat ini, berada di Aula Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Indonesia (UKI) Cawang. Hanya dalam hitungan singkat, pelayanannya terus berkembang sehingga dan GKRI Diaspora yang dipimpinnya pindah ke Puri Agung, Hotel Sahid Jaya di Jalan Jenderal Sudirman. Mungkin di awal tahun 1980 hingga 1990, Gereja Diaspora yang dipimpinnya menjadi gereja yang bertumbuh dengan pesat.

 

Baca Juga: Perjalanan pelayanan Ps. Niko Njotorahardjo Sejak tahun 1985

 

Ia menggembalakan jemaat dan dikenal luas sebagai pengkhotbah yang tajam, penuh kuasa, dan membawa pengajaran tentang kasih, pertobatan, dan keselamatan melalui Kristus. Ia menekankan pentingnya kelahiran baru, hidup dalam pimpinan Roh Kudus, serta bersaksi tentang karya Tuhan dalam hidup setiap orang percaya.

Kesaksiannya pun terbuka luas di dunia maya hingga bisa dibaca siapa saja. Kesaksian itu juga bisa dibaca dalam salah satu bukunya yang berjudul ‘Dihambat Tapi Merambat’ yang terbit di tahun 2001.

 

Baca Halaman Berikutnya --->

Konsisten di Dalam Memberitakan Injil

Bagi Pdt. Jusuf Roni, memberitakan Injil bukanlah pilihan, melainkan perintah ilahi yang tidak dapat ditawar. Sejak ia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pada awal tahun 1970-an, panggilan untuk mengabarkan kabar baik menjadi pusat dari seluruh kehidupannya. Ia meyakini sepenuhnya bahwa Amanat Agung yang tercatat dalam Matius 28:18–20 adalah mandat langsung dari Tuhan bagi setiap pengikut Kristus:

“"Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.""

Baginya, kekristenan bukanlah sekadar agama, tetapi misi. Sejak pertobatannya, ia tampil berani dan terbuka menjadi saksi Injil di berbagai kalangan — dari masyarakat umum, kaum terpelajar, pemuda, hingga sesama tokoh agama. Bahkan ketika menghadapi penolakan, ancaman, atau stigma, ia tidak surut melangkah. Ia tahu, Injil harus diberitakan bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam kasih, ketulusan, dan keteladanan hidup.

 

Baca Juga: Perjalanan Pelayanan Ps. Philip Mantofa: Dari Pertobatan Hingga Kebangunan Rohani

 

Dalam setiap pelayanan dan pengajarannya, Pdt. Jusuf Roni menekankan bahwa pekabaran Injil memiliki tiga dimensi utama:

1. Informasi

Ia menyampaikan kabar keselamatan dengan jelas: bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat umat manusia. Melalui khotbah, seminar, tulisan, hingga pelayanan pribadi, ia memperkenalkan siapa Kristus kepada mereka yang belum mengenal-Nya.

2. Persuasi

Ia sabar menjawab pertanyaan dan keberatan yang muncul, tidak dengan perdebatan panas, tetapi dengan kasih dan dasar firman Tuhan. Ia percaya bahwa setiap orang berhak mendengar kebenaran dan punya ruang untuk bertanya.

3. Edukasi

Bagi Pdt. Jusuf Roni, penginjilan bukan selesai setelah seseorang percaya. Ia giat membina dan mendidik jemaat agar memahami ajaran Tuhan dan bertumbuh dalam iman. Melalui Gereja Jemaat Kristen Indonesia (GJKI), ia membangun komunitas yang kuat dalam firman dan siap melayani sesama.

Ia juga menegaskan bahwa penginjilan sejati bukanlah “kristenisasi” yang dipaksakan. Pertobatan bukanlah hasil usaha manusia, melainkan pekerjaan Roh Kudus dalam hati setiap individu. Gereja dan hamba Tuhan hanyalah alat, bukan pengubah hati.

Keputusannya untuk mengikut Kristus sering dianggap mustahil, mengingat latar belakang keyakinannya yang sebelumnya. Namun, Pdt. Jusuf Roni adalah salah satu bukti bahwa Tuhan memanggil siapapun yang bisa Ia pakai untuk menyatakan kuasa dan kemuliaan-Nya.

Sampai akhir hayatnya, ia tetap konsisten memberitakan Injil dengan semangat yang sama seperti awal pertobatannya. Ia tidak hanya menjadi penginjil, tetapi juga teladan bagi banyak orang: bahwa hidup dalam panggilan Tuhan adalah hidup yang penuh makna dan kekekalan.

Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami