Sejarah Kekristenan di NTT, Wilayah dengan Umat Kristen Terbanyak di Indonesia
Sumber: YouTube Jawaban Channel

News / 17 June 2025

Kalangan Sendiri

Sejarah Kekristenan di NTT, Wilayah dengan Umat Kristen Terbanyak di Indonesia

Claudia Jessica Official Writer
1100

Lebih dari lima juta penduduk Nusa Tenggara Timur (NTT) memeluk agama Kristen, menjadikannya sebagai provinsi dengan persentase umat Kristen tertinggi di Indonesia. Namun di balik angka itu, tersimpan sejarah iman yang panjang, penuh perjuangan dan ketekunan rohani lintas generasi.

Misi Katolik Pertama Tahun 1556

Akar kekristenan di NTT bermula dari kedatangan bangsa Portugis pada pertengahan abad ke-16. Kehadiran mereka di wilayah ini didorong oleh nilai ekonomi kayu cendana, namun turut membawa misi rohani.

Pada tahun 1556, para misionaris Katolik dari Ordo Dominikan tiba di Pulau Solor dan membangun pos misi pertama. Dari sana, pelayanan meluas ke Flores, Lembata, dan Timor.

Selama dua abad, para misionaris membangun gereja, membaptis penduduk, dan memperkenalkan ajaran Kristen. Menjelang akhir abad ke-16, sekitar 25.000 orang telah menerima baptisan.

Namun pada abad ke-18, dominasi Katolik mengalami kemunduran akibat masuknya VOC Belanda yang memusuhi Portugis dan para imam. Para imam diusir, meninggalkan jemaat tanpa bimbingan rohani.

NTT, Jantung Katolik Indonesia

Meskipun mengalami masa “gereja tanpa imam”, umat Katolik di Flores dan Lembata tetap mempertahankan iman mereka secara turun-temurun. Tokoh adat dan kepala keluarga mengambil peran penting dalam memimpin doa dan menjaga ajaran iman.

Kebangkitan kembali misi Katolik terjadi di akhir abad ke-19. Serikat Sabda Allah (SVD) mulai aktif di Flores sejak tahun 1913, membangun pusat-pusat misi di Ende, Maumere, Larantuka, dan Atambua.

Selain pelayanan rohani, mereka juga mendirikan sekolah, rumah sakit, dan asrama. Hingga kini, NTT dikenal sebagai pusat Katolik Indonesia dengan lebih dari 3,5 juta pemeluk Katolik atau 53,79% dari total penduduk provinsi.

Masuknya Misi Protestan

Sementara di wilayah barat dan selatan NTT, kekristenan berkembang melalui jalur Protestan. Pada tahun 1860-an, zending Belanda mulai aktif di Kupang, Rote, dan Sabu. Perhimpunan Kristen dibentuk, dan pelayanan mulai menjangkau lebih banyak wilayah.

Pada tahun 1899, jumlah orang Kristen Protestan telah mencapai 15.000 jiwa, dan terus meningkat hingga 57.000 jiwa pada tahun 1938 di Pulau Timor. Di Alor, jemaat mencapai 66.850 jiwa, sementara di Rote dan Sabu bertumbuh dari 11.500 jiwa menjadi lebih dari 46.000 jiwa.

Peter Middelkop dan Terjemahan Alkitab

Salah satu tokoh penting dalam penyebaran Injil di NTT adalah Peter Middelkoop, seorang misionaris Protestan asal Belanda. Ia melayani di Timor Tengah Selatan sejak 1922 hingga 1957.

Selain menggembalakan jemaat, Middelkoop mempelajari budaya dan bahasa lokal. Ia menerjemahkan seluruh Alkitab ke dalam bahasa Dawan dan Timor, menjadikan firman Tuhan lebih mudah diakses oleh masyarakat setempat.

Sebelumnya, pewartaan Injil menggunakan bahasa Melayu. Namun dengan Alkitab dalam bahasa daerah, penginjilan menjadi lebih kontekstual dan menyentuh hati masyarakat.

Di masa pelayanannya, jumlah umat Kristen di Timor Tengah Selatan meningkat dari 500 menjadi 80.000 jiwa.

Tujuan Bersama Membina Iman dan Memperluas Kerajaan Allah

Meski berasal dari dua tradisi besar, misi Katolik dan Protestan di NTT memiliki visi yang serupa: membina iman umat dan memperluas Kerajaan Allah.

Serikat Sabda Allah (SVD) menekankan pembangunan sekolah, rumah sakit, serta pelatihan imam dan katekis lokal. Upaya ini diiringi dengan pendekatan inkulturasi agar iman dapat hidup dalam budaya setempat.

Sementara itu, zending Belanda menekankan pendidikan rakyat, pelatihan guru, penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa daerah, serta pembentukan jemaat yang mandiri.

Katolik bersifat hierarkis dan sakramental, sedangkan Protestan menekankan persekutuan jemaat dan kebaktian rumah. Meski pendekatannya berbeda, keduanya berhasil menjangkau jiwa dan menanamkan iman yang kokoh.

Lahirnya Gereja Mandiri GMIT

Tonggak sejarah besar terjadi pada 31 Oktober 1947, saat Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) berdiri sebagai gereja Protestan yang mandiri. GMIT merupakan hasil penggabungan berbagai gereja zending dan menjadi simbol gereja yang dipimpin oleh anak bangsa sendiri.

Setahun setelah berdiri, jumlah anggotanya mencapai 200.000 jiwa dan meningkat menjadi 517.000 jiwa pada tahun 1971. Di tahun 1997, jumlah jemaatnya telah menembus 1,75 juta jiwa.

Sejarah Kekristenan di NTT bukan hanya catatan masa lalu, tapi kisah iman yang hidup hingga hari ini. Dari kapal Portugis di abad ke-16 hingga gereja-gereja mandiri masa kini, terang Kristus terus bersinar di tanah ini mewarnai budaya, membentuk karakter, dan membawa harapan bagi jutaan jiwa.

 

Sumber : YouTube Jawaban Channel
Halaman :
1

Ikuti Kami