Operasi Mata Gratis Mengubah Hidup 4 Orang Penerima Manfaat di Lampung
Sumber: Obor Berkat Indonesia

Berita CBN / 16 June 2025

Kalangan Sendiri

Operasi Mata Gratis Mengubah Hidup 4 Orang Penerima Manfaat di Lampung

Aprita L Ekanaru Official Writer
934

Bagi Sutoyo (42), Parino (57), Suwarti (62), dan Ma’nun (48), bulan Mei 2025 menjadi momen yang mengubah hidup mereka. Berkat Tim Kemanusiaan CBN melalui OBI dalam program Life Changing Surgery (LCS), keempatnya menjalani operasi mata gratis di RS Imanuel Way Halim, Bandar Lampung, pada 27 Mei 2025. Kini, mereka bisa melihat dunia dengan jelas lagi, menjalani aktivitas sehari-hari, dan meraih kembali kemandirian yang sempat terhilang.

 

Kisah Sutoyo

Selama ini, Sutoyo mengira gangguan mata yang dialaminya hanyalah penyakit biasa. Ia tidak menyadari bahwa Pterygium yang dideritanya bisa menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. Sebagai buruh tani dan buruh bangunan harian di pedalaman Lampung, ia kesulitan mengakses layanan kesehatan. "Dokter terdekat harus ditempuh 1,5–2 jam perjalanan. Uangnya pun selalu diprioritaskan untuk anak dan istri," ceritanya.

Dengan penghasilan pas-pasan, 20% dari hasil panen sawah orang lain dan upah harian yang tidak tetap, Sutoyo hampir menyerah. Namun, operasi gratis dari program LCS memberinya harapan baru. "Sekarang saya bisa bekerja lebih baik untuk anak-anak," ujarnya penuh syukur.

 

Perjuangan Parino

Parino, petani berusia 57 tahun, sudah lama ingin operasi Pterygium-nya. Namun, biaya yang tinggi membuatnya mengubur impian itu. "Penghasilan sebagai petani hanya cukup untuk makan dan sekolah anak. Saya bahkan harus menyisihkan uang untuk biaya kuliah anak sulung," katanya.

Selama dua tahun, ia aktif mencari informasi tentang operasi gratis. Ketika akhirnya mendapat kabar tentang program LCS, ia tak percaya. "Ini jawaban doa saya. Sekarang, saya bisa melihat dengan jelas lagi," ucapnya lega.

 

Ketakutan Suwarti

Lain cerita dengan Suwarti (62). Masalah katarak pada mata kirinya membuatnya kesulitan beraktivitas. Tinggal di desa terpencil tanpa fasilitas kesehatan mata, ia harus menempuh 2 jam perjalanan ke rumah sakit. "Saya takut bepergian sendirian, apalagi dengar biaya operasi yang mahal," akunya.

Program LCS tidak hanya membawanya ke meja operasi, tetapi juga memulihkan kepercayaan dirinya. "Saya tidak perlu bergantung pada keluarga lagi. Terima kasih untuk semua yang mendukung," katanya haru.

 

Cerita Ma’nun

Sebagai penjaga kolam pemancingan dengan penghasilan Rp 3.000 per pengunjung, Ma’nun (48) harus memilih antara biaya operasi katarak atau kebutuhan anak-anaknya. "Saya lebih fokus menyekolahkan mereka. Mata bisa menunggu," tuturnya.

Namun, setelah operasi, hidupnya berubah. "Sekarang saya bisa bekerja lebih optimal. Bahkan, anak-anak saya bilang, ‘Ayah tidak lagi kesulitan melihat’," ujarnya tersenyum.

Keberhasilan keempat penerima manfaat ini tidak lepas dari dukungan para donatur. Apakah saat ini Anda tergerak untuk mendukung lebih banyak lagi penerima manfaat untuk program ini?

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
1

Ikuti Kami