Pertanyaan soal rambut panjang bagi wanita Kristen mungkin terdengar sepele di zaman sekarang. Tapi tahukah Anda bahwa topik ini sudah menjadi bahan perdebatan sejak masa gereja mula-mula?
Bahkan Rasul Paulus secara khusus membahasnya dalam 1 Korintus 11. Lantas, apakah ini sekadar soal budaya, atau ada nilai rohani yang lebih dalam?
Apa yang Paulus Sampaikan?
Dalam 1 Korintus 11, Paulus membahas hal yang jarang dikupas dari mimbar modern, yakni perbedaan peran pria dan wanita yang tercermin dalam penampilan, salah satunya melalui rambut.
Dua ayat yang paling sering dikutip adalah 1 Korintus 11:14-15, “Bukankah alam sendiri menyatakan kepadamu, bahwa adalah kehinaan bagi laki-laki, jika ia berambut panjang, tetapi bahwa adalah kehormatan bagi perempuan, jika ia berambut panjang? Sebab rambut diberikan kepada perempuan untuk menjadi penudung.”
Dalam konteks ini, rambut panjang dianggap sebagai lambang kehormatan dan penundukan diri. Sebaliknya, rambut pendek atau kepala yang dicukur gundul bagi wanita saat itu dianggap sebagai aib pada zaman tersebut. (1 Korintus 11:6)
Namun penting untuk dipahami bahwa Paulus tidak sedang menetapkan hukum legalistik soal panjang rambut. Ia sedang berbicara tentang sikap hati dan ketertiban dalam ibadah, sesuai dengan tatanan ilahi.
Latar Budaya Korintus
Korintus adalah kota kosmopolitan pada masa itu, dengan pengaruh kuat budaya Yunani dan Romawi. Dalam budaya tersebut, wanita yang memiliki rambut panjang dianggap menjaga kehormatan dan kemurnian.
Sebaliknya, wanita dengan rambut pendek atau tidak memakai penudung sering kali diasosiasikan dengan pelacuran atau pemberontakan terhadap norma sosial.
Karena itu, ketika beberapa wanita Kristen di Korintus mulai tampil tanpa penudung kepala atau dengan potongan rambut yang tidak sesuai norma saat beribadah.
Mereka salah memahami “kebebasan dalam Kristus” sebagai kebebasan dari aturan budaya.
Paulus menanggapi situasi ini dengan menekankan pentingnya menghormati tatanan ilahi dalam ibadah. Kristus adalah kepala pria, dan pria adalah kepala wanita (1 Korintus 11:3).
Dengan demikian, rambut atau penudung menjadi simbol eksternal dari sikap batin yang tunduk kepada Allah dan otoritas-Nya.
Jadi, Apakah Wanita Kristen Harus Berambut Panjang?
Jawabannya tidak sesederhana "ya" atau "tidak".
Jika dilihat dari maksud Paulus, rambut panjang bukanlah syarat keselamatan atau ukuran iman seseorang. Yang lebih penting adalah sikap hormat dan tunduk kepada otoritas Allah.
Dalam konteks budaya tertentu, rambut panjang mungkin tetap relevan sebagai bentuk kesaksian dan penghormatan terhadap nilai komunitas.
Namun di budaya lain, wanita dapat tetap menjaga kesopanan dan kelembutan meski rambutnya pendek.
Karena yang terutama adalah bagaimana kita mempersembahkan tubuh kita sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan, termasuk melalui penampilan.
Rambut panjang atau pendek tidak menentukan keselamatan kita. Hanya iman kepada Yesus Kristus yang menyelamatkan.
Namun sebagai wanita Kristen, cara kita berpakaian dan berpenampilan tetap bisa menjadi kesaksian tentang siapa Tuhan yang kita sembah.
Janganlah kita tidak menghakimi sesama berdasarkan penampilan luar, tetapi saling membangun dalam kasih.
Dan kiranya setiap wanita Kristen memancarkan kemuliaan Kristus, tidak hanya melalui rambutnya, melainkan melalui hati yang tunduk kepada Allah dan hidup yang memuliakan-Nya.
Sumber : Jawaban Channel