Sejarah Kristen di Maluku Utara: Kampung Kristen Pertama Nusantara yang Jarang Diketahui
Sumber: YouTube Jawaban Channel

News / 14 May 2025

Kalangan Sendiri

Sejarah Kristen di Maluku Utara: Kampung Kristen Pertama Nusantara yang Jarang Diketahui

Claudia Jessica Official Writer
1429

Maluku Utara bukan hanya terkenal sebagai pusat perdagangan rempah-rempah pada abad ke-16, tetapi juga menjadi tempat bersejarah dimulainya misi kekristenan di Indonesia.

Menariknya, Kampung Mamuya di Halmahera bahkan dikenal sebagai kampung Kristen pertama di Nusantara.

Awal Mula Misi Katolik di Maluku Utara

Kehadiran bangsa Portugis di Ternate pada tahun 1512 tidak hanya membuka jalur perdagangan cengkeh, tetapi juga menjadi awal penyebaran agama Katolik di Maluku Utara.

Para misionaris yang datang bersama ekspedisi Portugis mulai menyebarkan Injil, baik kepada rakyat biasa maupun kalangan bangsawan.

Tahun 1534, seorang Pangeran Ternate menerima baptisan sebagai simbol pertobatan dan awal berdirinya komunitas Katolik.

Misi ini mencapai puncaknya ketika Fransiskus Xaverius, seorang misionaris Yesuit, mengunjungi Ternate dan Halmahera (1546–1547), memberitakan Injil dan membaptis banyak orang.

Sayangnya, konflik antara Portugis dan Kesultanan Ternate serta naiknya kekuasaan VOC menyebabkan Portugis diusir dari Ternate pada 1575.

Namun, warisan mereka tidak hilang.

Kolano Mamamuya, seorang pemimpin lokal, telah lebih dulu menerima agama Kristen dan memimpin warganya membentuk komunitas Kristen yang tersebar di 47 kampung dengan populasi sekitar 80.000 jiwa pada 1565.

Dominasi VOC dan Peralihan ke Misi Protestan

Ketika VOC menguasai Ternate pada 1605, ajaran Protestan mulai menggantikan pengaruh Katolik.

Misi Protestan tidak hanya menginjili, tetapi juga memperkenalkan sistem pendidikan, penggunaan bahasa Melayu, dan membentuk jemaat di daerah seperti Tidore, Bacan, dan Halmahera.

Sayangnya, pelayanan gerejawi VOC cenderung formal dan birokratis, karena agama dijadikan alat legitimasi kolonial.

Pendekatan pastoral lebih menekankan kepatuhan administratif ketimbang pertumbuhan iman yang kontekstual.

Peran Enzigi dan Tokoh-Tokoh Misi

Tahun 1797, didirikanlah Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG) atau Perhimpunan Zending Belanda.

Salah satu tokoh pentingnya adalah Joseph Kam, yang melayani di Ambon sejak 1815 dan memperluas pelayanannya ke Ternate pada 1817.

Misi ini memperkuat jemaat lama, melatih guru dan pendeta lokal, serta menerjemahkan literatur Kristen ke dalam bahasa daerah.

Strategi Konsentrasi dan Lahirnya Kampung Kristen Duma

Tahun 1867, misionaris H. Van Dijken dari UZV (Utrechtsche Zendingsvereeniging) mendirikan rumah misi di Duma dekat Danau Galela. Tempat ini kemudian menjadi kampung Kristen pertama di daerah itu.

Van Dijken menerapkan metode konsentrasi, mengumpulkan calon Kristen dalam komunitas untuk pembinaan rohani yang intensif dan disiplin.

Pertumbuhan Jemaat dan Gerakan Massal

Pada tahun 1897, hadir zendeling J.H. Huting yang memfasilitasi pertobatan massal di kalangan suku Tobelo.

Ia menolak praktik adat yang berbau berhala dan memperkenalkan komitmen iman melalui "surat murid." Hasilnya luar biasa, sepanjang tahun 1898–1900, lebih dari 3.000 orang dibaptis.

Pada 1938, jumlah jemaat Kristen di Maluku Utara mencapai sekitar 17.000 jiwa. Para zendeling seperti Van Barda, Z.L.D. Van Roose, dan G. Forgens terus memperluas pelayanan ke berbagai daerah.

Lahirnya Gereja Lokal: GMIH

Pendudukan Jepang tahun 1942 menghentikan aktivitas misi karena zendeling Belanda ditawan. Umat Kristen lokal merespons dengan membentuk Gereja Protestan Halmahera (GPH). Setelah perang usai, proses kemandirian gereja dipersiapkan secara sistematis.

Puncaknya, pada 6 Juni 1949, melalui sidang gerejawi pertama, ditetapkan nama resmi Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH).

Saat itu, jemaat telah mencapai 30.000 jiwa dan menjadi tonggak penting dalam sejarah gereja lokal Indonesia.

Dari misi Katolik Portugis hingga gereja Protestan lokal, jejak kekristenan di Maluku Utara adalah bagian penting dari sejarah penginjilan di Indonesia.

Meski penuh dengan tantangan, warisan iman ini tetap hidup dan berkembang di tengah masyarakat Ternate, Halmahera, dan sekitarnya.

Jejak ini menjadi bukti bahwa kekristenan di Indonesia memiliki akar yang dalam dan kaya. Mari terus jaga dan rawat warisan iman ini bagi generasi mendatang.

Sumber : YouTube Jawaban Channel
Halaman :
1

Ikuti Kami