Di tengah maraknya diskusi tentang iman yang goyah di era media sosial, Anton Pratama, seorang distributor film dan pengusaha peralatan berkuda, membagikan perspektif uniknya.
Melalui perusahaannya, Alpha Omega Film, ia tidak hanya mendistribusikan film sekuler populer tetapi juga film rohani, salah satunya "The Last Supper".
Wawancara ini mengungkap motivasi di balik pekerjaannya, pandangannya tentang iman yang hidup versus tradisi, serta kesaksian pribadinya dalam mengalami Tuhan.
Sebagai distributor film, Anton menjelaskan perannya adalah membeli lisensi film untuk didistribusikan di wilayah tertentu, seperti Indonesia, baik ke bioskop maupun platform digital.
Baca Juga: Perjumpaan dengan Yesus Membuat Seorang Waria Bertobat
Keputusannya membawa film "The Last Supper" ke Indonesia bukan semata didorong motif bisnis. "It's not about business, it's about life," tegas Anton. Ia melihat fenomena banyak orang Kristen, terutama di media sosial, yang imannya goyah bahkan pindah keyakinan.
Film "The Last Supper," yang mengambil sudut pandang Petrus dan Yudas, dirasanya "cocok banget untuk bisa meyakinkan dan menguatkan iman lagi."
Fokusnya adalah pesan bahwa seberat apapun kesalahan, seperti Petrus yang menyangkal atau Yudas yang menjual Yesus, selalu ada jalan kembali kepada Yesus yang penuh kasih.
Anton menyoroti perbedaan krusial antara iman yang berdasarkan pengalaman pribadi dengan Tuhan dan iman yang hanya sebatas tradisi atau rutinitas.
"Banyakan yang memang Kristen tapi kan juga tidak mengalami... tidak benar-benar mengikut Yesus. Hanya tradisi ke gereja tiap minggu aja," kritiknya.
Menurutnya, orang yang benar-benar "ngalamin" atau mengalami Tuhan secara pribadi, meskipun jatuh bangun, tidak akan mudah meninggalkan imannya.
"Kalau udah ngalamin, masa sih comfort?" tanyanya retoris. Pengalaman pribadi inilah yang membangun fondasi iman yang kuat, yang tak mudah goyah oleh tekanan dunia atau keraguan logika. Ia menekankan bahwa iman memang seringkali melampaui logika manusia.
Landasan keyakinan Anton diperkuat oleh pengalaman pribadinya, saat kuliah dan pandemi. Ia pernah mengalami titik terendah saat menderita keracunan liver parah yang secara medis sulit diobati.
Dalam kondisi takut mati itulah ia bertobat sungguh-sungguh. Tuhan memberikan jalan keluar melalui pengobatan herbal dari seorang Sinshe (tabib Tiongkok), yang ia yakini sebagai cara Tuhan bekerja. "Tuhan kasih satu solusi," ujarnya.
Kesembuhan ini ia anggap sebagai kesempatan kedua dari Tuhan. Ia juga mengalami kejatuhan bisnis saat pandemi, kehilangan aset dan klinik kecantikan yang dirintis bersama istri.
Namun, dengan fondasi iman yang terbangun dari pengalaman sebelumnya, ia mampu bangkit kembali. Baginya, bisnis adalah mimbar pelayanannya. "Setiap bisnis saya itulah mimbar saya," ungkapnya.
Baca Juga: Berjumpa dengan Yesus di Ambang Kematian, Tuhan Beri Ginjal Ketiga
Sebagai umat Kristiani, marilah kita sungguh-sungguh mencari dan membangun pengalaman iman yang personal dengan Yesus. Pintu Tuhan selalu terbuka bagi siapa pun yang mau berbalik kepada-Nya.
Jadi, janganlah kita mengandalkan kekuatan sendiri, melainkan mari kita lakukan bagian kita masing-masing dan biarkan Tuhan yang melakukan bagian-Nya.
Jika Anda membutuhkan dukungan atau doa, jangan ragu untuk menghubungi layanan doa dan konseling kami melalui nomor 0822-1500-2424, ada teman-teman Sahabat 24 yang siap mendoakan Anda.
Tonton videonya:
Sumber : Jawaban Channel