Puji Tuhan, saudara yang dikasihi Tuhan. Saya bersyukur bisa kembali menyapa Anda hari ini. Kiranya damai dan kasih-Nya senantiasa menyertai hidup Anda.
Ayat Renungan: Roma 14: 8 – “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.”
Saudara, dari segala ciptaan yang luar biasa di dunia ini—matahari, bintang, samudra, dan gunung—tidak ada yang lebih berharga di mata Tuhan selain Anda dan saya. Kita adalah milik-Nya yang sangat berharga. Jika tidak, mustahil Tuhan rela datang ke dunia, menderita, dan mati menggantikan kita.
Roma 14: 8 menyampaikan, “Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” Kita adalah milik Tuhan, maka hidup dan tubuh kita seharusnya digunakan untuk menyenangkan dan memuliakan-Nya. Namun kenyataannya, tidak mudah untuk mempersembahkan tubuh kita bagi Tuhan. Sering kali kita merasa bahwa hidup dan tubuh ini milik kita sepenuhnya. Kita merasa bebas melakukan apa saja dengan tangan, mata, mulut, atau pikiran kita.
Tetapi Firman Tuhan mengingatkan, baik saat kita hidup maupun ketika kita mati, kita tetap milik Tuhan. Maka dari itu, setiap bagian dari tubuh kita—mata, telinga, mulut, tangan, kaki—seharusnya menjadi alat yang dipakai untuk menyenangkan hati Tuhan.
Seperti korban di zaman Perjanjian Lama yang diletakkan di atas mezbah dan dibakar sebagai persembahan yang harum, demikian pula hidup kita sekarang. Tuhan tidak meminta darah kita, tetapi meminta hati yang rela untuk taat dan tubuh yang dipersembahkan untuk kehendak-Nya. Mungkin dengan mengendalikan lidah kita dari perkataan yang sia-sia. Mungkin dengan menggunakan tangan kita bukan hanya untuk bekerja, tapi juga untuk menolong sesama. Inilah bentuk pengorbanan kita—persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan di hadapan Tuhan.
Pertanyaan refleksi untuk kita hari ini adalah: Bagian tubuh mana yang paling sering kita pakai untuk mengikuti keinginan sendiri, bukan kehendak Tuhan?
Mari kita belajar mengekang keinginan daging dan mempersembahkan hidup kita secara nyata bagi kemuliaan Tuhan. Saat kita merasa itu sulit dilakukan, mari mengingat bahwa pengorbanan kita adalah persembahan yang harum dan menyenangkan hati Tuhan. Teruslah lakukan, dan percayalah, Tuhan berkenan atas hidup yang dipersembahkan dengan kasih dan kerelaan.
Tuhan Yesus memberkati.