Musim Kemarau 2025 Segera Tiba! BMKG Ungkap Daerah yang Harus Bersiap Mulai Maret-Juni

News / 14 March 2025

Kalangan Sendiri

Musim Kemarau 2025 Segera Tiba! BMKG Ungkap Daerah yang Harus Bersiap Mulai Maret-Juni

Shantika Yoshe Official Writer
2666

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) resmi mengumumkan bahwa sebagian kecil wilayah Indonesia telah memasuki awal musim kemarau sejak Maret 2025. 

Informasi ini disampaikan oleh Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Konferensi Pers Prakiraan Musim Kemarau yang digelar secara daring pada Kamis (13/3/2025). 

Menurutnya, peralihan angin Monsun Asia ke Monsun Australia menjadi faktor utama yang menyebabkan perubahan musim ini.

 

Dalam pemaparannya, Dwikorita menegaskan bahwa fenomena La Niña telah berakhir, dan musim kemarau tahun ini diperkirakan akan berlangsung dalam kondisi normal. Artinya, pola cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia akan berjalan lebih stabil dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. 

Selain itu, berdasarkan pemantauan suhu muka air laut pada awal Maret 2025, BMKG juga memastikan bahwa fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO) berada dalam fase netral, sehingga tidak ada anomali cuaca yang signifikan.

 

Baca juga: Daftar Mudik Gratis, Cek Cara Daftarnya...

 

Wilayah yang Memasuki Awal Musim Kemarau 2025

Lantas, daerah mana saja yang lebih dulu merasakan musim kemarau? BMKG mencatat, pada Maret 2025, hanya 0,8 persen dari seluruh wilayah Indonesia atau sekitar enam zona musim (ZOM) yang sudah mulai mengalami kemarau. 

Berikut adalah daerah-daerah yang terdampak lebih awal:

  • Sebagian kecil wilayah utara Jawa Barat
  • Sebagian Pulau Madura
  • Sebagian kecil Kalimantan Utara
  • Nusa Penida

 

Meski beberapa wilayah telah memasuki musim kemarau pada bulan Maret, BMKG menegaskan bahwa transisi ini terjadi secara bertahap. Prakiraan menunjukkan bahwa daerah lainnya baru akan menyusul pada April, Mei, dan Juni 2025.

 

Daftar Wilayah yang Memasuki Musim Kemarau Bertahap

April 2025:

  • Lampung bagian timur
  • Pesisir utara Jawa bagian barat
  • Pesisir Jawa Timur
  • Sebagian Bali
  • Nusa Tenggara Barat (NTB)
  • Nusa Tenggara Timur (NTT)

 

Mei 2025:

  • Sebagian kecil Sumatera
  • Sebagian besar Jawa Tengah hingga Jawa Timur
  • Sebagian Kalimantan Selatan
  • Bali
  • Papua bagian selatan

 

Juni 2025:

  • Sebagian besar Sumatera
  • Sebagian besar wilayah barat Jawa
  • Kalimantan bagian selatan
  • Sebagian kecil wilayah di Sulawesi dan Papua

 

BMKG juga mencatat bahwa tidak semua daerah mengalami awal musim kemarau pada waktu yang sama. Beberapa wilayah mengalami musim kemarau lebih cepat (154 ZOM atau 22 persen wilayah), sebagian lainnya sesuai jadwal normal (207 ZOM atau 30 persen wilayah), dan ada pula yang justru mengalami keterlambatan (204 ZOM atau 29 persen wilayah). 

Meski demikian, jika dibandingkan dengan data historis periode 1991-2020, pola musim kemarau 2025 masih dianggap sesuai dengan tren klimatologi selama 30 tahun terakhir.

 

Baca juga: Danantara Diresmikan. Apa itu Danantara? Benarkan Danantara Kebal Hukum?

 

Imbauan BMKG untuk Menghadapi Musim Kemarau

Menghadapi peralihan musim ini, BMKG mengeluarkan sejumlah rekomendasi bagi masyarakat dan pemerintah. 

Dalam sektor pertanian, para petani diimbau untuk menyesuaikan jadwal tanam, terutama di daerah yang musim kemaraunya datang lebih awal atau lebih lambat. 

Selain itu, pemilihan varietas tanaman yang tahan terhadap kekeringan menjadi langkah strategis untuk meminimalisir dampak cuaca ekstrem.

 

Selain pertanian, BMKG juga mengingatkan pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan, terutama di daerah yang curah hujannya diperkirakan lebih rendah dari biasanya. 

Kota-kota besar juga perlu mengantisipasi dampak buruk pada kualitas udara akibat meningkatnya polusi dan suhu panas selama musim kemarau.

 

Tak kalah penting, BMKG mendorong pengelolaan sumber daya air secara efisien. Masyarakat diimbau untuk menghemat penggunaan air, sementara pemerintah diminta mengoptimalkan sumber air alternatif serta memastikan distribusi yang efektif.

Langkah ini diperlukan agar ketersediaan air tetap terjaga bagi kebutuhan domestik, irigasi, dan operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

 

Dengan berbagai langkah antisipatif ini, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi musim kemarau 2025. Mari tetap waspada, kelola sumber daya dengan bijak, dan pastikan lingkungan tetap terjaga agar dampak musim kemarau dapat diminimalisir.

 

Halaman :
1

Ikuti Kami