Fakta Alkitab: Perjanjian Damai Ahab dan Benhadad yang Berujung Petaka
Sumber: YouTube Jawaban Channel

Fakta Alkitab / 6 March 2025

Kalangan Sendiri

Fakta Alkitab: Perjanjian Damai Ahab dan Benhadad yang Berujung Petaka

Claudia Jessica Official Writer
2207

Sepanjang sejarah Israel, perang dan perjanjian damai bukanlah hal yang asing. Salah satu Fakta Alkitab tentang perjanjian damai yang menarik adalah kisah Raja Ahab dan Raja Benhadad dalam 1 Raja-Raja 20.

Kisah ini bukan sekadar soal peperangan, melainkan tentang bagaimana keputusan yang terlihat bijak secara manusiawi bisa berakibat fatal jika tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ketika Raja Aram Menuntut Segalanya

Saat Ahab menjadi Raja Israel, Benhadad, Raja Aram, datang mengepung Samaria dengan pasukan besar. Ia tidak datang sendirian. Sebanyak 32 raja sekutunya ikut serta dalam serangan ini.

Dengan percaya diri, Benhadad menuntut emas, perak, serta istri dan anak-anak Ahab sebagai tanda menyerahnya Israel.

Awalnya, Ahab setuju. Tapi ketika tuntutan Benhadad semakin menjadi-jadi, Ahab menolak. Akibatnya perang tidak bisa dihindari.

Tuhan Turun Tangan dalam Peperangan

Di tengah ancaman besar, seorang nabi datang membawa pesan Tuhan bahwa Israel akan menang, bukan karena kekuatannya sendiri, tetapi agar mereka tahu bahwa Tuhanlah yang berkuasa. (1 Raja-Raja 20:13)

Meskipun jumlah pasukan Israel jauh lebih sedikit, mereka berhasil melancarkan serangan mendadak saat pasukan Aram sedang mabuk di kemah mereka. Kekacauan pun terjadi, dan Benhadad terpaksa melarikan diri.

Tapi cerita tidak berhenti di sini. Nabi Tuhan memperingatkan Ahab bahwa dalam satu tahun, Benhadad akan kembali menyerang.

Benar saja, kali ini Benhadad mengubah strategi. Ia mengira bahwa dirinya kalah karena bertempur di daerah pegunungan, jadi ia memutuskan untuk bertarung di dataran rendah.

Namun, Tuhan kembali menunjukkan kuasa-Nya. Dalam pertempuran kedua, Israel menang telak. 100.000 tentara Aram tewas dalam satu hari, sementara 27.000 lainnya mati tertimpa tembok di kota Afek. (1 Raja-Raja 20:29-30)

Kesempatan Emas yang Berujung Malapetaka

Setelah kekalahan telak ini, Benhadad tahu bahwa hidupnya dalam bahaya. Ia mengirim utusan dengan pakaian kabung dan tali di leher sebagai tanda merendahkan diri. Ia memohon belas kasihan kepada Ahab. (1 Raja-Raja 20:31-32)

Di titik ini, Ahab punya pilihan untuk menjalankan perintah Tuhan atau mengikuti logikanya sendiri. Sayangnya, Ahab memilih logikanya sendiri.

Alih-alih mengeksekusi Benhadad seperti yang Tuhan perintahkan, Ahab justru membuat perjanjian damai. Benhadad pun berjanji akan mengembalikan kota-kota yang pernah direbut dan mengizinkan Israel berdagang di Damaskus.

Sepintas, ini terlihat seperti keputusan cerdas. Namun, Tuhan punya pandangan berbeda. Seorang nabi datang kepada Ahab dengan pesan keras seperti yang dicatat dalam 1 Raja-Raja 20:42, “Kata nabi itu kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Oleh karena engkau telah membiarkan lolos orang yang dikhususkan bagi-Ku untuk ditumpas, maka nyawamu adalah ganti nyawanya dan rakyatmu ganti rakyatnya."”

Kisah ini mengingatkan kita bahwa tidak semua keputusan yang tampak baik menurut manusia sesuai dengan kehendak Tuhan.

Ahab memilih jalur diplomasi, tapi mengabaikan perintah Tuhan. Akibatnya? Ia membawa kehancuran bagi dirinya sendiri dan kerajaannya.

Sebagai orang percaya, kita sering dihadapkan pada pilihan untuk mengikuti kebijaksanaan dunia atau tetap taat pada Tuhan.

Kisah ini jadi pengingat bahwa kemenangan sejati bukan hanya soal menang dalam peperangan, melainkan ketaatan kepada Tuhan.

Sumber : Jawaban Channel
Halaman :
1

Ikuti Kami