Bagaimana The Parenting Project membantu seorang ibu bertransformasi dari kebiasaan marah-marah dan kerap mengabaikan anaknya menjadi ibu yang berkomitmen menjadi lebih baik?
Ibu Eslida (36 tahun) adalah salah satu orang tua yang merasakan dampak dari pemuridan orangtua yang telah hadir di kota Batam. Sebagai ibu dari seorang anak putri berusia 6 tahun, Ibu Eslida bekerja sebagai ibu rumah tangga. Jadi setelah pulang dari sekolah, ia banyak meluangkan waktu bersama buah hatinya di rumah.
Namun dalam keseharian, Ibu Eslida seringkali mengabaikan putrinya jika mulai bercerita tentang aktivitasnya di sekolah atau mulai mengajukan pertanyaan. Biasanya ia akan mulai membentak dengan nada yang agak keras dan memilih lebih sibuk dengan ponselnya.
Baca Juga:
Menyembuhkan Luka dengan Cara Mengakui Kesalahan
Cara The Parenting Project Membuat Anak Lebih Tertib dan Orang Tua Lebih Sabar
Sampai semuanya berubah setelah ia aktif ikut dalam pertemuan Parenting yang diadakan di sekolah anaknya. Sejak pertama kali diundang, ibu Eslida begitu senang. Sebagai ibu muda, ia sangat terbuka bisa memperkaya pengetahuannya mengenai pengasuhan anak.
“Saya mengaku adalah tipe orangtua yang banyak kesalahan. Jadi ada pertemuan seperti ini saya senang sekali. Saya dan suami bersyukur bisa ikut apalagi juga gratis,” ungkapnya.
Materi pertama tentang “Menjadi Teladan Baik” memberikan pandangan baru bagi ibu Eslida tentang bagaimana orang tua harus menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ia pun merefleksikan luka-luka batin yang diwariskan orang tuanya di masa kecil dan berkomitmen untuk memutus rantai kesalahan yang ia alami. Merasa begitu diberkati, ia pun berkomitmen mengikuti pertemuan ini secara reguler setiap minggunya.
Materi keempat tentang “Tangki Emosi Anak” juga menjadi pelajaran berharga bagi ibu Eslida untuk menjadi ibu yang mampu memberikan dukungan kepada kondisi yang dihadapi anak. Ia bersyukur karena suami juga mau belajar dan melalui setiap pelajaran dari The Parenting Project, mereka terus berusaha untuk memperbaiki kesalahan.
“Sekarang saya sudah mulai jadi lebih sabar dan tenang jadi orangtua. Dulu saya orang yang tidak sabaran, mungkin karena bawaan dari keluarga dengan kata-kata kasar. Tapi setelah belajar saya jadi takut menanamkan benih yang sama ke anak saya.”