Makna Berpuasa dan Berpantang Bagi Umat Katolik saat Masa Pra-Paskah?
Sumber: Canva.com

Kata Alkitab / 4 March 2025

Kalangan Sendiri

Makna Berpuasa dan Berpantang Bagi Umat Katolik saat Masa Pra-Paskah?

Aprita L Ekanaru Official Writer
5134

Apakah berpuasa dan berpantang selama Masa Pra-Paskah hanya soal menahan lapar? Ataukah ada makna yang lebih dalam di balik tradisi ini?

Pertanyaan ini mungkin pernah terlintas di benak Anda, terutama ketika menjalani 40 hari menuju Paskah. Nyatanya, praktik berpuasa dan berpantang dalam tradisi Katolik bukan sekadar ritual tanpa arti, melainkan sebuah perjalanan spiritual yang sarat makna. Mari kita selami lebih dalam.

 

1. Menyadari dan Memperbaiki Diri

Masa Pra-Paskah adalah waktu bagi umat Katolik untuk merenungkan hidup dan bertobat atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Berpantang menjadi simbol nyata dari penyesalan dan niat untuk memperbaiki diri.

Ketika kita menahan diri dari hal-hal yang kita sukai, kita diingatkan akan pengorbanan Kristus dan pentingnya kembali kepada-Nya dengan hati yang bersih.

"”Tetapi sekarang juga,” demikianlah firman TUHAN, ”berbaliklah kepada-Ku dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan mengaduh.” Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada TUHAN, Allahmu, sebab Ia pengasih dan penyayang, panjang sabar dan berlimpah kasih setia, dan Ia menyesal karena hukuman-Nya." (Yoel 2: 12-13)

 

BACA JUGA: Tahukah Anda dari Mana Asal Abu yang Digunakan pada Misa Rabu Abu?

 

2. Latihan Mengalahkan Hawa Nafsu

Di zaman yang serba instan, kemampuan mengendalikan diri menjadi semakin langka. Berpantang dan berpuasa bukan sekadar menahan lapar atau keinginan, tetapi sebuah latihan rohani untuk mengendalikan hawa nafsu. Ketika kita berhasil menolak godaan kecil, kita dipersiapkan untuk menghadapi godaan yang lebih besar dalam hidup.

"Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi." (1 Korintus 9:25)

 

3. Menghargai yang Sederhana, Melawan Konsumerisme

Berpantang juga mengajarkan kita untuk hidup lebih sederhana, menjauh dari gaya hidup konsumtif. Dengan mengurangi hal-hal yang berlebihan, kita belajar mensyukuri hal-hal kecil yang sering terabaikan. Kesederhanaan ini membantu kita untuk lebih fokus pada kehidupan rohani daripada terjebak dalam materi.

"Kata-Nya lagi kepada mereka: "Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu." (Lukas 12:15)

 

BACA HALAMAN SELANJUTNYA>>

4. Melayani Kristus dalam Diri Sesama

Tidak cukup hanya berpantang dan berdoa, Masa Pra-Paskah juga mengajak kita untuk bertindak nyata melalui bakti sosial dan amal. Berbagi kepada yang membutuhkan adalah perwujudan kasih Kristus yang sejati.

Dengan demikian, kita tidak hanya membersihkan jiwa melalui doa, tetapi juga memperlihatkan kasih secara nyata.

"Jawabnya: "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat demikian juga." (Lukas 3:11)

 

5. Meningkatkan Kesadaran Spiritual

Ketika kita berpantang dari media sosial atau kebiasaan lain yang menyita perhatian, kita sebenarnya sedang memberi ruang bagi Tuhan untuk berbicara. Keheningan yang kita ciptakan membuka kesempatan untuk berdoa lebih khusyuk, membaca Kitab Suci, dan merenungkan makna Paskah dengan lebih mendalam.

"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:1)

 

6. Berpantang dari Makanan dan Kebiasaan Tertentu

Selama Masa Pra-Paskah, umat Katolik biasa berpantang dari daging setiap hari Jumat. Beberapa memilih berpantang dari makanan favorit sebagai bentuk pengorbanan.

Selain itu, ada yang berpantang dari kebiasaan seperti menonton televisi, bermain media sosial, atau hal lain yang dianggap mengganggu pertumbuhan rohani. Pengorbanan kecil ini membantu kita mengingat bahwa hidup bukan soal memuaskan diri, melainkan soal mempersembahkan diri.

 

Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.

Matius 6:16-18

 

Berpuasa dan berpantang dalam Masa Pra-Paskah bukan hanya sekadar momen tahunan. Setiap pengorbanan yang kita lakukan, sekecil apa pun, adalah langkah untuk meneladani Kristus yang telah berkorban bagi kita.

Jadi, apakah Anda siap menjalani Masa Pra-Paskah tahun ini dengan makna yang lebih mendalam?

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami