Di saat semangat Yehezkiel untuk menggapai mimpi sedang menyala, ia harus diperhadapkan pada kenyataan menyakitkan. Sang ayah, yang merupakan satu-satunya tulang punggung keluarga, ikut menyusul sang ibu yang lebih dulu meninggal tiga tahun yang lalu. Ia dan adiknya harus menjadi yatim piatu.
Semua beban kehidupan keluarganya harus ia pikul sendiri. Memaksanya mengurungkan niat menggapai mimpi demi menyekolahkan sang adik yang masih duduk di bangku SMA.
Pemuda 23 tahun asal Surabaya, Jawa Timur ini berjuang mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA. Namun, usaha inipun membuatnya hampir menyerah. Lamaran demi lamaran belum kunjung ada panggilan. Sementara kebutuhan hidup terus mendesak dan dia hanya bisa berharap mendapatkan pekerjaan.
Baca Juga: Ketika Doa yang Membuka Jalan Tak Terduga untuk Jareti
Di tengah penantian selama berbulan-bulan, Yehezkiel sempat bekerja sebagai debt collector tetapi hanya bertahan satu bulan karena merasa pekerjaan itu bertentangan dengan hati nuraninya. Beban hidup yang semakin berat membuatnya putus asa hingga terlintas keinginan untuk mengakhiri hidup.
“Waktu itu saya stress karena waktu jadi mahasiswa di kampus sebagai asisten dosen tiba-tiba harus keluar dan cari kerja. Lamaran ditolak dimana-mana. Sampai kepikiran apa bunuh diri aja karena hidup juga gak punya tujuan lagi,” ungkap Yehezkiel.
Tetapi niat ini akhirnya ia urungkan karena mengingat sang adik. Sampai suatu malam, saat dia tidak bisa tidur, ia teringat nomor Layanan Doa dan Konseling Sahabat24, yang ia dapat lewat tayangan Superyouth yang sudah ia tonton sejak SMP. Dengan penuh harapan, ia menghubungi tim konselor melalui WhatsApp dan segera mendapatkan respon.
BACA ARTIKEL SELANJUTNYA -->