Prof. Stella Christie: IQ Jangan Jadikan Ukuran Kecerdasan Utama
Sumber: Google

Parenting / 8 January 2025

Kalangan Sendiri

Prof. Stella Christie: IQ Jangan Jadikan Ukuran Kecerdasan Utama

Puji Astuti Official Writer
8326

Wamen Dikti, Sains dan Teknologi Prof. Stella Christie, memberikan kritikan tajam terhadap pandangan yang menganggap IQ sebagai satu-satunya ukuran kecerdasan. Pernyataan ini ia sampaikan dalam wawancara yang digelar di acara Kick Andy yang ditayangkan oleh Metro TV.  

Dalam kesempatan itu, ia dengan tegas menolak pernyataan yang sering dijadikan bahan olok-olok, yang mengatakan bahwa rata-rata IQ orang Indonesia lebih rendah dari simpanse. 

Menggugat Validitas Angka IQ 

Prof. Stella menjelaskan bahwa perdebatan mengenai IQ sudah berlangsung lama di kalangan ilmuwan kognitif dan ilmu pembelajaran (learning sciences). Menurutnya, hingga saat ini belum ada kesepakatan ilmiah bahwa IQ dapat mencerminkan kecerdasan secara keseluruhan. 

“Sampai sekarang tidak ada kesepakatan bahwa IQ sungguh-sungguh mencerminkan kecerdasan,” ujarnya. 

Lebih lanjut, ia menyoroti bagaimana pandangan terhadap IQ yang tetap (fixed mindset) justru dapat menjadi penghalang kemajuan. Dalam pola pikir seperti ini, orang cenderung meyakini bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang tidak dapat berkembang, yang pada akhirnya dapat menekan semangat belajar dan berinovasi. 

Sebaliknya, Prof. Stella mengingatkan pentingnya growth mindset, sebuah konsep yang diperkenalkan oleh Prof. Carol Dweck dari Stanford University. Growth mindset adalah pandangan bahwa kecerdasan dapat berkembang seiring dengan usaha, pengalaman, dan pembelajaran yang dilakukan sepanjang waktu. 

“Growth mindset memungkinkan kita percaya bahwa kecerdasan bisa berkembang melalui usaha, belajar, dan pengalaman,” jelasnya. 

Negara-negara yang memiliki tingkat growth mindset tinggi, lanjut Prof. Stella, cenderung menunjukkan pencapaian akademik dan keberhasilan ekonomi yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa adopsi pola pikir yang menekankan pada pengembangan diri lebih berpengaruh dibandingkan dengan sekadar angka IQ yang tetap. 

Bahaya Menanamkan Fixed Mindset 

Salah satu dampak buruk dari penilaian IQ yang rendah terhadap anak adalah dapat memunculkan sikap pesimis dari guru dan orang tua. Prof. Stella memberi contoh konkret, “Jika guru mengatakan bahwa IQ muridnya hanya 80, mereka bisa kehilangan motivasi untuk mengajar dengan sungguh-sungguh.” Padahal, keberhasilan belajar anak sangat bergantung pada dukungan dari lingkungan, terutama harapan dan dorongan yang diberikan oleh guru serta orang tua. 

Ia juga menegaskan bahwa anak-anak Indonesia memiliki potensi luar biasa yang sering kali terhambat oleh cara-cara pengajaran yang kurang tepat. “Anak-anak Indonesia itu pintar, mereka ingin tahu, dan mereka bisa belajar dengan baik jika mendapatkan pengajaran yang tepat,” ujar Prof. Stella dengan penuh keyakinan. 

Untuk itu, ia mendorong masyarakat untuk meninggalkan pandangan lama yang terlalu terfokus pada angka IQ dan beralih kepada pendekatan yang lebih holistik dalam pendidikan, yang menekankan pada pengembangan bakat, minat, dan potensi setiap anak. 

Saran untuk Orang Tua dalam Pola Asuh Anak 

Sebagai bagian dari saran praktis bagi orang tua, Prof. Stella menekankan bahwa orang tua harus berhenti terlalu fokus pada angka IQ anak dan lebih memerhatikan perkembangan keseluruhan anak. Salah satu cara untuk mendukung tumbuh kembang anak adalah dengan mengadopsi prinsip growth mindset dalam pola asuh mereka.  

Orang tua dapat mengajarkan anak bahwa kecerdasan itu bisa berkembang melalui usaha, pembelajaran, dan pengalaman. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi anak tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, memberikan dorongan untuk belajar dari kesalahan, dan tidak membatasi potensi mereka dengan label tertentu. 

Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung rasa ingin tahu anak, memberikan kesempatan untuk mereka bereksplorasi, dan selalu mendengarkan serta mengajak anak berbicara mengenai hal-hal yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Ini akan membantu anak merasa dihargai dan lebih percaya diri dalam belajar. 

Alkitab menyatakan,  Tuhan menciptakan manusia dengan kecerdasan dan potensi yang luar biasa. Dalam Kitab Kejadian 1:26, dikatakan, “Berfirmanlah Allah: ‘Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita’.”  

Ini menunjukkan bahwa manusia diciptakan dalam gambar Tuhan yang memiliki kecerdasan, kreativitas, dan kemampuan untuk berkembang. Oleh karena itu, seperti yang disarankan oleh Prof. Stella, mari kita fokus pada potensi anak-anak dan dorong mereka untuk tumbuh dan berkembang melalui pembelajaran yang berkesinambungan.  

Dengan keyakinan bahwa setiap individu memiliki kecerdasan yang dapat berkembang, kita dapat menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijaksana, kreatif, dan mampu menghadapi tantangan hidup. 

Sebagai orang tua, Anda mungkin merasa bingung atau stres dalam mendampingi anak melalui tantangan pendidikan dan perkembangan mereka. Kami memahami perjuangan Anda. Hubungi Layanan Doa dan Konseling CBN untuk mendapatkan dukungan doa kapan pun Anda membutuhkannya.  

WhatsApp Icon HUBUNGI KAMI SEKARANG

Kami percaya Tuhan akan memberi kekuatan dan hikmat untuk Anda menjadi orang tua yang penuh kasih dan bijaksana. 

Sumber : Jawaban.com
Halaman :
Tampilkan per Halaman

Ikuti Kami